- November 24, 2014
- Posted by: admin
- Category: Berita
Palembang – Mungkin bagi sebagian orang sampah ataupun limbah rumah tangga dinilai sebagai hal menjinjikan dan harus disingkirkan dari sekitar rumah kita. Selain bisa menyebabkan penyakit juga bisa mengotori rumah dan menyebabkan lingkungan tidak sehat. Namun tidak bagi Ida Ratna Koordinator Penggiat Palembang Berkebun, justru pihaknya bisa memanfaatkan sampah dan limbah disekitar rumah untuk dijadikan sesuatu bernilai produktif dan positif bagi lingkungan.
Saat bertemu tim Anda Bicara Trijaya FM, Sabtu (22/11), Ida Ratna menuturkan hobi berkebun membuat dirinya selalu berfikir mencari cara bagaimana membuat barang-barang bekas atau limbah yang tidak berguna bisa dimanfaatkan bagi orang banyak. Salah satunya dengan memilah berbagai jenis sampah dan limbah untuk dijadikan pupuk organik penyubur tanaman sekitar rumah. “Mungkin banyak yang belum tahu bahwa limbah seperti sabun, air cucian dan lain sebagainya bisa dimanfaatkan untuk bahan pembuat pupuk organik..
Dia juga menjelaskan sebagian besar limbah dan sampah rumah tangga itu bisa dimanfaatkan untuk susuatu yang lebih produktif seperti pupuk organik atau bahan penyubur tanaman. “Di Palembang Berkebun, komunitasnya selalu mencoba hal yang baru seperti mengolah sampah & limbah rumah tangga untuk dijadikan pupuk tanaman pangan rumahan,”ujar Dia.
Menurut Ida jika kita mau, semua yang ada rumah dan rumah kita sendiri bisa dijadikan hal yang produktif dan sehat secara lingkungan. “Dasarnya dari rumah, mulai dari pupuk, tanaman dan kebunnya pun dirumah”, ungkapnya.
Hal inilah yang pihaknya tularkan di Komunitas Palembang Berkebun untuk mengajak agar kita cinta lingkungan, cinta rumah dan bisa menciptakan kemandirian pangan. “Coba bayangkan saat ini sayur pun ada yang di impor padahal kita negara agraris, energi positif inilah yang coba kita kampanyekan agar sesibuk apapun dan sesempit apapun rumah kita bisa dimanfaatkan untuk memproduksi pangan rumahan sendiri dan dari rumah kita sendiri”. Kata Ibu Wirausaha ini.
Di Palembang berkebun, menurutnya ada sekitar 50 orang anggota aktif dari berbagai ragam profesi dan rutin mengadakan pertemuan tiap minggunya. Disinilah para anggota berbagi pengalaman mengenai berkebun rumahan dan langsung mempraktikannya seperti menanam kangkung, bayam, cabe, kacang dan tumbuhan pangan lainnya.
“Dengan bisa memproduksi pangan sendiri bisa mengurangi biaya konsumtif pangan rumah tangga lho, apalagi cabai lagi mahal, cetusnya.
Dikatakan Ida, para anggota diajarkan tentang prinsip 3 E dalam komunitas ini yakni Edukasi, Ekologi dan Ekonomi. Edukasi ini, bagaimana cara memanfaatkan rumah untuk bisa dijadi lahan berkebun kebutuhan pangan rumahan. Ekologi, bagaimana kegiatan berdampak positif bagi lingkungan, dengan berkebun rumahan dengan memanfaatkan sampah limbah disekitar rumah secara otomotis membuat lingkungan lebih baik, lebih hijau dan sehat. Sementara Ekonomi, berkebun rumahan jika dikelola dengan baik bisa bernilai ekonomis seperti industri rumahan.
“Sebagai penggiat berkebun di Palembang Berkebun, pihaknya hanya ingin ikut menyukseskan visi Indonesia Berkebun berdasarkan konferensi nasional yang diadakan di Tahun 2014 ini yakni dari rumah, kita ciptakan kemandirian pangan”, Ucapnya.
Tidak hanya Palembang Berkebun, memanfaatkan sampah untuk hal yang positif juga datang dari Pemerintah Kota Palembang, terutama dikawasan Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Sukawinatan Palembang. Penduduk sekitar selama ini selalu mengeluhkan dampak asap yang datang dari area TPA akibat dari pembakaran. Namun hal ini segera berakhir pasalnya Pemkot Palembang menyulap TPA Sukawinatan menjadi pembangkit listrik tenaga sampah (PLTS).
Hal ini dijelaskan oleh Seksi Pembinaan Kebersihan Lingkungan Masyarakat Dinas Kebersihan Kota Palembang, Armansyah, Jumat (21/11). PLTS ini merupakan bantuan dari pemerintah pusat untuk bisa dimanfaatkan di Palembang. Menurut dia, saat ini produksi listrik dari pengolahan sampah di TPA Sukawinatan hanya 12.000 watt per jam melalui produksi sampah sebanyak 500 ton yang masuk ke TPA Sukawinatan. “jika PLTS dioperasionalkan maka produksi listrik akan mencapai 500 ribu watt perjam”, ungkapnya.
Armansyah juga menjelaskan selain mampu membantu menyuplai listrik, energi listrik tersebut berdampak langsung pada pengurangan gas metan sampai 60 persen, karena gas metan tersebut difungsikan sebagai bahan bakar untuk menghidupkan turbin sehingga tidak akan berdampak pada pencemaran. (Fatur)