SM Padang Sugihan , Riwayatmu Kini……

gajah
 
 
 
 
 
BP/DUDY OSKANDAR
Gajah-gajah yang berada di Suaka Margasatwa (SM) Padang Sugihan Sebokor yang terletak di kabupaten  Banyuasin yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA)  .

SM Padang Sugihan , Riwayatmu Kini……
        Salah satu dampaknya dengan dibukanya lahan perkebunan dan hutan produksi yaitu berbagai jenis flora dan fauna mulai terusik salah satunya yaitu kawanan gajah liar yang tinggal dihutan.
    Dengan berubahnya fungsi hutan menjadi perkebunan tentunya ada pergeseran pandangan masyarakat mengenai keberadaan binatang liar tersebut yang lebih menganggap binatang tersebut sebagai hama yang merusak lahan perkebunan mereka atau dianggap sebagai mahluk yang membahayakan manusia sehingga dihalalkan untuk dimusnahkan dari bumi mereka.
    Rasanya sebagian orang sudah mulai lupa bahwa sesungguhnya binatang-binatang liar tersebutlah “penduduk “asli” yang telah tinggal dihutan itu sebelum kedatangan oknum manusia-manusia yang membuka lahan untuk kepentingan bisnis semata tanpa menghiraukan keseimbangan alam, salah satunya gajah.
   
    Salah satu penangkaran gajah yang dibangun sebagai salah satu bagian pelestarian binatang liar di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yaitu Suaka Margasatwa (SM) Padang Sugihan Sebokor yang terletak di kabupaten  Banyuasin yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA)  .
    SM Padang Sugihan Sebokor Banyuasin terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Banyuasin dan Ogan Komering Ilir (OKI) , Propinsi Sumsel.
    Untuk mencapai SM. Padang Sugihan dari kota Palembang dapat dilalui dengan 2 cara yaitu lewat sungai dan jalan darat. Lewat  sungai dengan kendaraan speed boat menuju desa terdekat Sebokor dengan rute jembatan Ampera, Sungai Musi, saluran primer dari Desa Cinta Manis dan Desa Sebokor dengan waktu kurang lebih 1,5 jam, atau memutar melalui sungai Padang Sampai di Jalur 21, namun relatif panjang kurang lebih 2 jam.
    Sedangkan jalan darat dapat ditempuh selama kurang lebih 2 jam dengan rute Palembang, Plaju, Cinta Manis dan Sebokor.     Kawasan SM Padang Sugihan ditunjuk menjadi suaka margasatwa berdasarkan SK Menteri Kehutanan dengan luas 86.932 Ha. Secara umum merupakan ekosistem lahan basah atau rawa pasang surut karena genangan yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
             Potensi fauna yang di Padang Sugihan selain gajah diantaranya terdapat rusa, babi hutan. Selain itu terdapat  beruk, lutung, kera ekor panjang, trenggiling, tapir, kijang, bajing tanah, buaya muara, biawak, serta berbagai jenis burung dan ikan.
    Flora yang mendominasi di SM Padang Sugihan adalah gelam. Jenis lain yang masih bisa ditemukan antara lain pulai, ficus sp, mahang, dillenia sp, pandan laut, paku laut, pakis gambut, pales, rengas, sungkai, waru laut, rotan udang, laban, laban rawa.
    Kawasan SM. Padang Sugihan merupakan habitat alami gajah maka didalamnya didirikan Pusat Latihan Gajah yang lokasinya dijadikan ekowisata.
     Jika saja pemerintah daerah mengembangkan wisata untuk menyusuri sungai musi hingga pedalaman Banyuasin melalui ekowisata, rasanya akan membantu mengembangkan perekonomian perkampungan kecil yang ada disepanjang tepian sungai Musi serta membantu dalam usaha untuk menjaga kelestarian hayati dihutan ini.
    Sayang kini kondisi SM Padang Sugihan Sebokor Banyuasin cukup memperihatinkan, disana terdapat beberapa lokal bangunan kayu yang kini nyaris roboh dan tidak bisa di tempati lagi.
    Beritapagi ,berkesempatan mengunjugi SM Padang Sugihan , Rabu (2/9) dan bertemu dengan salah satu pelatih gajah di SM Padang Sugihan Juwito.
    Menurut Juwoto kondisi SM Padang Sugihan memprihatikan karena kondisi bangunan di tempat tersebut yang dulunya kantor nyaris roboh dan tidak bisa ditempati lagi karena terbuat dari kayu.
    Belum lagi bangunan lainnya di sekitar SM Padang Sugihan juga nampak terlihat nyaris roboh, hanya sebuah pos penjagaan dekat sungai yang masih terlihat kokoh dan sering jadi lokasi istirahat pelatih-pelatih gajah ini.
    ” Ya kalau yang datang di sini paling sebulan ada beberapa orang saja pak,” kata Juwito ditemui di posko penjagaan.
     Sepinya SM Padang Sugihan karena pihak BKSDA sebagai pemilik kawasan ini tidak melakukan gebrakan atau inovasi bagaimana agar SM Padang Sugihan ini ramai di kunjungi oleh masyarakat Sumsel.
    ” Harusnya ada kerjasama dengan pihak lain agar disini banyak yang datang,” katanya.
    Dijelaskan Juwito kalau ada sekitar 28 ekor gajah di SM Padang Sugihan dengan 67 orang pelatih gajah.
    ” Kebanyakan gajah-gajahnya masuk hutan rawa di belakang karena sekarang musim kemarau, jadi gajahnya lebih banyak merendam,” katanya.       
    Menurutnya SM Padang Sugihan merupakan cabang pusat pelatihan gajah Serelo, Lahat milik BKSDA.
    ” Memang tidak terawat, sepi, kalau mau rame yang harus kerjasama dengan pihak lain, karena disini hanya tempat pelatihan gajah saja,” katanya sembari berharap kalau SM Padang Sugihan kembali ramai.
    Staf Khusus  Gubernur Sumsel bidang perubahan iklim  Najib Asmani yang mengunjungi SM Padang Sugihan juga mengaku senang ke SM Padang Sugihan.
    ” Disini gajah-gajahnya banyak dan bagus dijadikan objek wisata,” katanya. Dudy Oskandar



Leave a Reply