- September 12, 2015
- Posted by: admin
- Category: Berita
PALEMBANG, BP
Saat usia Richard menginjak 23 tahun, ia sudah diberikan amanah untuk mengemban jabatan sebagai Camat Keluang, Musi Banyuasin. Pengalamannya mengamankan roda pemerintahan di Keluang, membuat Gubernur Sumsel, Alex Noerdin mendapuknya sebagai Kepala Badan Kesatuan Kebangsaan dan Politik (Kesbangpol), Sumsel.
Diusianya yang belum menginjak kepala empat ini pun, pria lulusan Sekolah Tinggi Pendidikan Dalam Negeri (STPDN) tahun 1998 ini masih banyak kesempatan terbuka untuk menuju puncak karirnya. Lantas, apa saja yang ia persiapkan untuk menggapai itu, bagaimana caranya bisa terjun ke dunia birokrat dan apa keinginan terbesarnya dalam hidup, berikut petikan wawancara wartawan BeritaPagi dengan Richard Chahyadi.
#Apa yang membuat anda tertarik ke dunia birokrat?
Ceritanya sebenarnya panjang. Tapi garis besarnya, semua itu sudah suratan dengan dorongan dari orang tua. Sebenarnya saya sudah lulus di Universitas Sumatera Utara (USU) Fakultas Kedokteran. Disaat yang bersamaan, orang tua mendengar ada sebuah sekolah yang semuanya dibiayai negara bahkan setelah tamat, langsung bekerja. Itulah STPDN. Atas restu orang tua, saya mencoba. Dan ternyata, alhamdulillah, saya bisa lulus dan menyelesaikan sekolah disana. Sedari kecil saya sama sekali tidak pernah memahami dunia pemerintah, karena saya dibesarkan di lingkungan wiraswasta. Karir ini benar-benar saya rintis dari nol. Tapi seiring waktu dan proses membuat saya bisa berada di lingkungan Pemprov Sumsel. Semuanya saya jalankan dengan hati untuk menguasai masyarakat. Dengan begitu ada, program-program yang kita sampaikan ke masyarakat benar-benar mengena.
#Dukungan apa yang diberikan orang tua dalam hidup anda?
Orang tua merupakan panutan hidup kita. Surga ada di telapak kaki ibu. Menurut saya, campur tangan keduanya sangat penting. Orang tua tidak pernah mengarahkan kita untuk berbuat hal yang negatif, selalu positif. Dasar itulah yang menjadi pegangan hidup saya. Dalam menghadapi sesuatu itu, jangan ada keragu-raguan. Orang makan nasi kita juga, orang bisa kita juga harus bisa. Walau kita orang kampung, kita juga bisa berkarya. Ini jadi patokan untuk tetap maju. Makanya, saran orang tua untuk terjun ke birokrat, saya ambil.
#Tokoh Idola Anda Siapa?
Untuk dunia, saya kagum dengan Mantan Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagen. Beliau dalam memberikan ketegasan dalam menyikapi sesuatu. Tidak pernah melihat dan membedakan warna kulit. Jika berbicara Indonesia, saya masih menaruh hormat dengan mantan presiden RI, Soeharto. Tapi untuk skup yang lebih kecil, Sumsel, tentu saya kagum dengan sosok Gubernur Sumsel Ir H Alex Noerdin.
#Apa yang bisa anda pelajari dari sosok-sosok idola itu?
Wajib menyadari jika memimpin suatu daerah itu, jangan menganggap daerah kecil. Melainkan jadikanlah Negara Indonesia mini. Siapapun yang berkompeten, kalau dia mampu dan dia mau wajib diberdayakan, berikan kesempatan. Jadi tidak hanya putra daerah saja. Ini bisa dilihat dari sepak terjang Gubernur Sumsel Alex Noerdin. Banyak terobosan yang dilakukan oleh beliau. Ini yang terus saya contoh termasuk ide-ide beliau yang patut untuk ditiru. Saya terus terang tidak ada hubungan keluarga dengan beliau, tapi saya banyak belajar banyak mengenai seluk beluk birokrat darinya.
#Dari sekian banyak tempat anda bekerja, bagaimana cara anda mempelajari dan membedakan sistem kepemimpinan yang nantinya anda terapkan didaerah baru?
Pola kepemimpinan antara SKPD dengan SKPD lain, tentu berbeda. Lain pula wilayah, maka lain pula tipikal orangnya. Pertama belajar pengalaman pribadi dulu, pada saat saya menjabat sebagai kades dan camat dalam kurun waktu yang cukup lama, 8-9 tahun. Yang perlu dilakukan, pendekatan dengan masyarakat. Itu modal utama. Dimanapun kita ditugaskan, kita wajib membaur dengan masyarakat, sesuai dengan pepatah Dimana Bumi dipijak, disitu langit dijunjung.
#Bagaimana metode anda untuk memimpin rekan di kantor?
Saya selalu mengatakan kepada karyawan saya kalau kita partner kerja, karena secara tidak langsung, secara administrasi mereka tahu kita pimpinan. Tapi kalau partner kerja, kita bersama-sama. Kalau terlalu formalitas, akan sangat terasa sekali hubungan kerja itu. Selain partner, saya selalu mengarahkan, jika bekerja wajib mendahulukan emosional kekeluargaan.
#Menanggapi typikal masyarakat yang berbeda tiap daerah. Bagaimana strategi anda dalam menghadapinya?
Kembali ke tipe kepemimpinan. Masing-masing tipe ini harus dikuasai, tapi tergantung siapa dan apa yang dihadapi. Kalau berhadapan engan masyarakat, kita harus menyesuaikan diri dengan masyarakat. Bukan sebaliknya. begitu pula dengan SKPD. Kita lihat bagaimana menyikapi tipe-tipe partner kerja kita sendiri. Di Kesbangpol ini terdapat ormas yang berbeda-beda. Jadi semuanya memiliki strategi masing-masing.
#Keinginan/Obsesi yang belum anda dapatkan?
Kalau berbicara obsesi atau keinginan, setiap orang pasti memilikinya. Tidak harus dengan memiliki jabatan dulu baru bisa terpenuhi. Tapi jika benar-benar terkabulkan, saya tetap berkeinginan untuk membangun daerah asal, jika ada kesempatan. Semuanya memiliki faktor penentu. Setidaknya, bekerja demi membangun Sumsel, ini yang terpenting.
#Terakhir, apa yang harus ditingkatkan dari kabupaten/kota yang ada di Sumsel?
Infrastruktur. Faktor ini sangat menunjang pertumbuhan ekonomi. Itu yang harus kita tekankan kepada kepala daerah atau nantinya kita menjadi kepala daerah suatu saat nanti. Memang ada beberapa infrastruktur yang menjadi tanggung jawab provinsi, tapi banyak pula infrastruktur yang menjadi tanggung jawab daerah kabupaten itu sendiri. Percepatan pembangunan pasti diiringi dengan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Semuanya saling bersinergi. Jika insfrastruktur baik, maka distribusi akan lancar. Jika distribusi optimal, maka sumber daya di daerah itu akan terolah maksimal. ()dil