- September 15, 2015
- Posted by: admin
- Category: Berita
No Comments
Banyuasin BP – Kemarau panjang dan keterbatasan ekonomi, membuat Masna (36) terpaksa mengandalkan air sungai yang tak layak kotor, untuk mandi, mencuci, buang air dan dikonsumsi.
Kemiskian Membuat seorang ibu rumah tangga Masna 36 Warga betung harus mencuci pakaian di bawah kolong jembatan yang sudah rusak dan berlobang,sumur yang biasa di pakai nya untuk mencuci dan mandi kering akibat tidak pernah hujan dan dia harus memanfaatkan air rawah yang ada di bawah jembatan.
Masna 36 warga betung mengatakan sudah terbiasa mandi dan mencuci pakaian di bawah jembatan tersebut gatal – gatal pun sering di alaminya akibat tak pernah hujan di wilayah betung.
“Biasanya saya memakai air sumur yang berada di depan rumah tetapi akibat hujan tak pernah turun membuat sumur saya kering dan tidak bisa di gunakan untuk mencuci,ya jadi saya memakai air rawah yang ada di bawah jembatan tersebu.Gatal – gatal memang sering di alami tetapi lama-lama terbiasa,” gurunya sambil tertawa.
Kondisi ini menyebabkan warga harus menghemat air karena susah didapat. Dalam sehari, dia hanya bisa mandi sekali karena sulitnya mencari air bersih. “Di sini PDAM jarang hidup, bagi warga yang berdui masih bisa beli air PDAM per tangki seharga Rp 140 ribu. Tapi ekonomi kami tidak mampu untuk membi air, Alhamdulillah tuhan masih menyediakan sungai,” katanya.
Di mengharapkan, dengan kondisi kemarau seperti ini pemerintah turun tangan membantu masyarakat untuk mendapatkan air bersih. Bisa dengan cara menggunakan truk air datang ke lokasi pemukiman masyarakat dengan memberikan air secara gratis,’’ jelas janda satu anak itu.
Kondisi yang sama juga dialami Amir warga betung. Akibat tidak pernah turun hujan, banyak sumber mata air yang mengering sehingga warga kesulitan air bersih. Jadi terpaksa mengambil air parit untuk memenuhi kebutuhan mandi dan mencuci. “Tapi untuk kebutuhan air minum dan memasak kami beli air galon isi ulang Rp 4 ribu per galon,” katamya.
Masna 36 warga betung mengatakan sudah terbiasa mandi dan mencuci pakaian di bawah jembatan tersebut gatal – gatal pun sering di alaminya akibat tak pernah hujan di wilayah betung.
“Biasanya saya memakai air sumur yang berada di depan rumah tetapi akibat hujan tak pernah turun membuat sumur saya kering dan tidak bisa di gunakan untuk mencuci,ya jadi saya memakai air rawah yang ada di bawah jembatan tersebu.Gatal – gatal memang sering di alami tetapi lama-lama terbiasa,” gurunya sambil tertawa.
Kondisi ini menyebabkan warga harus menghemat air karena susah didapat. Dalam sehari, dia hanya bisa mandi sekali karena sulitnya mencari air bersih. “Di sini PDAM jarang hidup, bagi warga yang berdui masih bisa beli air PDAM per tangki seharga Rp 140 ribu. Tapi ekonomi kami tidak mampu untuk membi air, Alhamdulillah tuhan masih menyediakan sungai,” katanya.
Di mengharapkan, dengan kondisi kemarau seperti ini pemerintah turun tangan membantu masyarakat untuk mendapatkan air bersih. Bisa dengan cara menggunakan truk air datang ke lokasi pemukiman masyarakat dengan memberikan air secara gratis,’’ jelas janda satu anak itu.
Kondisi yang sama juga dialami Amir warga betung. Akibat tidak pernah turun hujan, banyak sumber mata air yang mengering sehingga warga kesulitan air bersih. Jadi terpaksa mengambil air parit untuk memenuhi kebutuhan mandi dan mencuci. “Tapi untuk kebutuhan air minum dan memasak kami beli air galon isi ulang Rp 4 ribu per galon,” katamya.
Sementara itu Kepala Dinas Sosial Banyuasin M Yusuf mengatakan sejak seminggu lalu pihaknya dan tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPMPD) telah turun ke lokasi kekeringan membagikan air bersih ke masyarakat. “Sekali berangkat, kami membawa 10 ribu liter, ditambah yang dari BPMPD juga 10 ribu liter, mungkin belum sampai saja ke daerah itu,” katanya.
Dia melanjutkan, pemerintah kecamatan atau desa setempat diharapkan segera menghubungi pihaknya bila kondisi wilayah tersebut membutuhkan air bersih. “Cukup di telepon saja kami siap datanga,” singkatnya.