- September 18, 2015
- Posted by: admin
- Category: Berita
Lampung, BP-Kendati nilai mata uang dollar hingga saat ini terus meningkat, pemdapatan disektor perminyakan tak membuat harganya juga mengalami kenaikan dari sisi keuntungan. Tetapi dari bidang perminyakan masih tetap kecil, tak beriringan dengan harga dollar yang semakin menanjak. Penurunan harga minyak pun luar biasa, hingga mencapai 55 persen.
Kepala satuan kerja khusus (SKK) Migas Perwakilan Sumbagsel, Tirat Sambu Ichtijar mengatakan, dengan posisi pembagian hasil yang tetap sama antara pemerintah dengan pihak kontraktor, semakin membuat hasil dari pendapatkan akan penjualan migas tetap kecil meskipun dengan kondisi dolar yang naik .
“Bagi hasil kita tidak berubah, untuk minyak pembagian 85 persen untuk pemerintah sedangkan 15 persen kontraktor, lalu gas 70 pemerintah dan 30 kontraktor. Otomatis dengan harga minyak 55 persen turun maka bisa difikirkan pendapat akan kedua sektor tersebut sangat kecil ,” katanya, saat berbicara dalam media gathering skk migas-kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) dengan Forum Jurnalis Migas (FJM) Sumsel di Grand Etty Krakatao, Lampung Selatan, Kamis (17/9).
Ia juga menjelaskan, akibatnya cashflow terganggu sedemikian rupa, namun pihaknya tetap berusaha untuk mengatasi agar tidak ada pemutusan kerja pegawai. Hal ini membuat pihaknya harus melakukan efisiensi salah satunya menekan biaya operasi.
“Apa saja yang bisa kami tekan, selain biaya operasi kami juga harus mengurangi biaya CSR untuk berhemat. Sekedar bertahan dengan kondisi yan sulit sekarang,” ujarnya.
Pihaknya tetap berharap, nantinya harga minyak bisa kembali normal. Sebab dengan harga minyak bersifat naik turun. Sehingga pihaknya pun optimis harga minyak akan naik lagi.
“Kemarin kami sempat terlena dengan kondisi minyak yang naik kemudian turun dratis, ini menjadi shock terapi juga buat kami ,” bebernya.
Mengenai produksi minyak di provinsi Sumsel, Tirat mengatakan, sebelumnya produksi di Sumsel bisa mencapai 80 ribu perbarel tiap harinya. Tetapi saat ini di Sumsel hanya sekitar 65 ribu hingga 70 ribu perbarel minyak perhari yang dihasilkan, hal ini dikarenakan sulit untuk menemukan sumur bor dengan kandungan minyak yang lebih besar. Ini merupakan rata rata minyak yang diproduksi di Sumsel. Diakuinya sebelumnya pihaknya harus melakukan efisiensi salah satunya menekan biaya operasi.
“Kalau menemukan sumur bor yang banyak pastinya akan meningkat produksinya, tetapi saat ini pihaknya sering menemukan sumur bor yang lebih sedikit. Oleh sebab itu sering berpindah-pindah untuk menemukan yang banyak, oleh karena itu lah apa saja yang bisa kami tekan, selain biaya operasi juga harus mengurangi biaya CSR untuk berhemat. Sekedar bertahan dengan kondisi yan sulit sekarang,” ungkapnya.
Sementara itu, mengenai pelaksanak gathering ini, Tirat mengharapkan kegiatan pertemuan ini bisa menjadi ajang sharing bersama antara pihak skk migas – kkks sumsel berserta awak media.
“Tujuan yang kami berharap bisa memberikan pengetahuan kepada para awak media akan.pengetahuan mengenai migas khususnya ekspedisi migas hulu,” ujarnya.
Ditambahkannya, dari pertemuan ini pula hendaknya para awak media bisa membuat berita yang akurat serta berimbang khususnya mengenai pemberintaan di sektor migas.
“Mudah-mudahan para awak media bisa lebih efektif dalam membuat berita yang tajam serta akurat sehingga dapat memberikan edukasi kepada masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu, ketua Forum Jurnalis Migas (FJM) Sumsel, sekaligus ketua PWI Sumsel, Oktaf Riadi menyambutkan, baik dengan kegiatan media gathering yang dilakukan oleh pihak SKK Migas dan KKKS Sumsel. Melalui kegiatan ini pula bisa menjadi ajang untuk saling merekatkan hubungan media dengan pihak SKK Migas Sumsel.
“Kami apresiasi baik , sebab ini bisa menambah wawasan bagi kami awak media, untuk berfikir maju dengan menambah ilmu dari media gathering ini,” pungkasnya. Oadk
Saya turut prihatin atas peristiwa tersebut.
Saya juga mempunyai link berita terkini yang mungkin bermanfaat.
Silahkan kunjungi Berita Terkini Universitas Gunadarma