Air Mata Pertaubatan di Arafah

arafahMakkah, BP-LIMA jam waktu wukuf benar-benar digunakan para jemaah dengan kusyuk. Wukuf dilakukan setelah melaksanakan shalat Zhuhur dan Ashar yang dijama qasar, dikerjakan di waktu Zhuhur, pada 9 Dzulhijah atau bertepatan dengan 23 September.
Ketika khutbah wukuf dibacakan, pertama-tama mengajak jemaah untuk mendoakan kedua orangtua, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Air mata jemaah tak terbendung lagi, suara tangisan pecah menyanyat hati di tiap-tiap tenda jemaah.
Tangisan permohonan agar Allah mengampuni dosa kedua orangtua dan dosa jemaah. Serta tangisan pertaubatan dan penyesalan jemaah atas dosa-dosa yang telah diperbuat. Semuanya berharap, bisa menjalani kehidupan lebih baik lagi ke depannya.
Usai khutbah wukuf, jemaah banyak berzikir dan mengkhatamkan Alquran. Selama wukuf, tidak sedikit jemaah yang pingsan karena kepanasan dan kekurangan cairan. Dokter kloter siap siaga selama wukuf.
Jemaah yang kondisi tubuhnya sangat lemah, langsung dilarikan ke rumah sakit setelah mendapatkan pertolongan pertama. Sedangkan jemaah yang sebelumnya memang sakit, tetap dihadirkan saat wukuf walaupun cuma sebentar.
Usai wukuf dan setelah jemaah melaksanakan salat Maghrib yang dijama qasar dengan Isya dikerjakan di waktu Maghrib, jemaah bersiap-siap menuju Muzdalifah untuk mengambil batu.
Dengan mengenakan pakaian ihram yang tak putih lagi karena terkena debu dan tubuh yang kelelahan, jemaah tiba di Muzdalifah. Pagi 10 Dzulhijah, jemaah kembali diberangkatkan ke Mina untuk melempar jumrah aqabah.
Jemaah haji mulai melontar jumrah aqabah yang berjarak 14 kilometer pulang pergi (PP) dari tenda pemondokan. Jemaah secara berkelompok atau per kloter menuju ke Jumratul Aqabah dengan berjalan kaki, sambil terus mengucapkan talbiyah.
Kondisi terowongan menuju ke Jumratul Aqabah sangat sesak dan ramai, namun jemaah bisa terurai di lantai satu, lantai dua, dan lantai tiga. Petugas haji selalu mengingatkan agar jemaah tidak saling mendorong atau berdesak-desakan.
Di tiap sudut terowongan ada petugas yang sengaja menyemprotkan air agar jemaah tidak merasa kepanasan. Usai melontar jumratul aqabah, jemaah melakukan tahalul sebagai tanda telah bebas dari berpakaian ihram dan larangan ihram, kecuali larangan untuk berhubungan suami istri tetap berlaku.
Sebagian besar jemaah Indonesia lebih memilih melontar jumratul aqabah di pagi hari usai shalat subuh karena cuaca masih dingin. Kondisi di Mina saat ini suhu mencapai 45 derajat celcius.
Di sepanjang jalan menuju terowongan Mina, banyak terlihat jemaah yang pingsan dibawa ke pinggir jalan oleh petugas dan Askar. Siang hari, usai sebagian besar jemaah dari Indonesia selesai melontar jumrah, sekitar pukul 09.00, kondisi di terowongan Mina di lantai satu mulai rusuh.
Jemaah yang memasuki terowongan di lantai satu mengalami musibah dengan berdesak-desakan dan aksi saling mendorong sehingga ada jemaah yang terjepit dan terinjak-injak. Informasi dari jemaah dan petugas haji di Mina sebagian besar jemaah adalah orang kulit hitam dari Afrika dan Mesir. Sampai berita ini diturunkan, belum ada jemaah dari Sumsel yang menjadi korban tragedi Mina ini.
Sementara di tenda pemondokan jemaah, mulai ramai memperbincangkan tragedi yang menelan korban ratusan jemaah ini. Mereka saling mengontak keluarga di Tanah Air untuk memberikan informasi kalau jemaah baik-baik saja. Sementara itu, sampai sore hari, masih terlihat jemaah dari Indonesia yang baru memulai untuk melontar jumratul aqabah. Onor



Leave a Reply