- October 2, 2015
- Posted by: admin
- Category: Berita
Palembang,BP-Fenomena judi online kini telah menjadi potret buram yang merong-rong generasi muda. Ironisnya, penggiat-penggiat judi online ini tak sedikit mereka yang masih pelajar.
Lantas, bagaimana Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Palembang, Adi Sangadi melihat fenomena ini? Pasalnya, penggiat skandal judi online banyak dilakukan oleh anak-anak.
Judi online menurut Adi Sangadi diakui telah merenggut culture anak-anak dewasa ini. Tak hanya warnet sebagai objek mereka, karena anak-anak sekarang juga sudah dilengkapi dengan gadget. Oleh karena itu dalam setiap kesempatan kita selalu memberikan himbauan dan tindakan preventif bagi anak-anak mengenai kebiasaan judi online dan kemudian konten porno dan sejenisnya.
Tentu KPAI selalu berkordinasi dengan stakeholder dan juga Kominfo untuk hal semacam ini. Kita berharap ada semua peran dalam memberikan arahan kepada anak-anak kita untuk berkarakter dan berbudaya yang lebih baik.
Dan perlu disadari bahwa ada peran orang tua sebagai orang yang paling dekat dengan anak. Oleh karena itu, menekan anak dengan apa yang dibutuhkan bukan apa yang diinginkan. Bukan kemudian kita sebagai orang tua tidak sayang tetapi belum saatnya.
Misalnya membekali dengan gadget tanpa filter dan pantaun dari orang tua kemudian juga melakukan judoi online karena judi online juga tidak hanya di warnet saja sekarang dilakukan.
Kemudian selanjutnya membekali uang jajan yang berlebihan itu kan kemudian akan memicu anak untuk berhura-hura. Dan yang paling penting adalah filter agama bagi anak-anak sehingga orang tua perlu melakukan adanya pendekatan agar anak mengerti mengenai hal yang baik dan buruk misalnya dengan mengaji dan lain sebagainya.
Selanjutnya mengenai Sekolah yang notabene nya adalah tempat kedua setelah rumah sehingga diharapkan kepada guru agar menyisipkan selalu pembelajaran mengenai karakter dan budaya seperti akses internet yang digunakan sebagaimana mestinya.
Artinya, guru jangan hanya mengajar tapi mendidik dan membimbing sehingga bukan hanya IQ (Intelegent Question), tapi EQ (Emosional Question) dan (Spiritual Question) SQ yang merupakan filter bagi anak-anak ditengah gencarnya budaya-budaya barat yang masuk.
Tak hanya itu, kemudian polisi yang sampai sekarang KPAI selalu mendampingi anak-anak yang bermasalah dengan tindakan pidana. Dan dalam konteks ini tentu kita bersama-sama melakukan pengawasan terhadap kepolisian dan melakukan pembinaan.
Dan jika memang sudah melanggar dan masuk dalam ranah pidana maka polisi akan memproses dengan hukum yang berlaku dan tentu KPAI selalu mendampingi selama mereka masih anak-anak.
Kami pada prinsipnya selalu membuka pintu lebar kepada masyarakat yang kemudian mengeluhkan putra dan putrinya untuk sama-sama bertukar pikiran. Dan kami akan melakukan pembinaan bagaimana seharusnya menyikapi anak-anak. Osug