- October 23, 2015
- Posted by: admin
- Category: Berita
No Comments
Palembang, BP-Medan lahan dan hutan di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) sulit ditaklukan. Bahkan tersulit ketika satgas memadamkan api yang tergulung dalam puting beliung. Cuaca ekstrem inilah yang menjadi kendala utama personel TNI dalam upaya mengatasi pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Sumsel sejak mulai beroperasi pada 11 September 2015 lalu.
“Kesulitan yang kami hadapi seperti cuaca, angin cukup kencang terlebih di daerah pesisir yang mudah terbakar. Ada satu momen, dimana ada puting beliung berisi api tingginya dua kali dari pohon akasia. Tapi semua satgas masyarakat tetap solid untuk melakukan pemadaman,” kata Danyon Armed 10, Letkol Arm Toar Pioh selaku Ketua Satgas Kebakaran di Posko Air Sugihan PT Bumi Andalas Permai, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) ketika dijumpai seusai upacara pelepasan personel TNI di lapangan Base Ops Lanud Palembang, Kamis (22/10).
“Paling diingat itu kejadian saat adanya angin puting beliung yang tingginya tiga kali pohon. Situasi sangat berbahaya karena dalam pusaran ada api yang bisa bergerak leluasa mengikuti arah angin,” kata Toar.
Toar bersama 1.050 prajurit TNI dikembalikan setelah bertugas selama satu bulan, 10 hari di Sumsel untuk tujuan penyegaran personel.
Ia mengatakan, kondisi itu sangat membahayakan nyawa sehingga personel terpaksa dievakuasi dari lokasi tersebut sekitar pukul 04.00 .
“Evakuasi juga tidak bisa langsung, harus menunggu dulu sekitar dua jam. Jadi sementara menunggu, personel bersembunyi dengan cara masuk kanal. Ini momen yang tidak bisa saya lupakan karena api sudah menyeberang dan mengurung mereka,” kata Danyon Armed 10 Bogor, lulusan Akademi Militer tahun 1997 ini.
Ia mengemukakan, banyak persoalan yang dihadapi di lapangan karena dipicu oleh cuaca ektrem ini yakni kondisi cuaca atau iklim yang tidak biasa dan sangat jarang terjadi karena memiliki intensitas yang sangat tinggi atau sangat rendah.
Sehingga, untuk beberapa upaya yang sudah dilakukan menjadi gagal total karena lokasi yang apinya sudah bisa dipadamkan justru menyala kembali akibat dorongan angin.
Menurutnya jika suatu lokasi yang sudah berhasil dipadamkan kebakarannya harus benar-benar dipulihkan dengan cara menyemprotkan air ke dalam lahan gambut supaya tidak muncul lagi titik api.
Namun, luasnya areal yang terbakar menjadi kendala tersendiri.
“Cuaca sangat panas karena hujan tidak turun-turun, belum lagi daerah pesisir yang habis terbakar menjadi ladang angin. Sehingga jika lambat memulihkan (lahan yang sudah bisa dipadamkan) maka titik api akan muncul lagi,” katanya.
Toar mengaku membawa 350 orang personel Armed 10 ke Sumsel yang disebar di beberapa titik kebakaran hutan yakni di Cengal, Mesuji, dan Air Sugihan Kabupaten OKI.
Dalam operasi selama satu bulan sepuluh hari itu, Toar tim yang terdiri atas masyarakat, regu pemadam kebakaran perusahaan berhasil mematikan kepala api di Air Sugihan sehingga bisa mencegah kerugian yang besar lagi.
Namun, di tengah upaya itu, muncul kepala api di Distrik Bagan Tengah, kawasan Air Sugihan yang hingga hari ini masih belum padam.
“Untuk memadamkan kepala api tidak bisa cepat, harus ektra hati-hati karena dalam cuaca ekstrem membuat arah angin bisa berbalik dan bisa mengurung personel. Jadi mematikannya dengan cara menyemprotkan air dari pinggir, secara bertahap sembari menjinakkan kepala apinya, seperti yang dilakukan di Air Sugihan,” katanya.
Selain itu untuk memaksimalkan upaya pemadaman kepala api ini, maka operasi ini dilakukan pada malam hari karena pada pukul 01.00 hingga 04.00 , arah angin cenderung bisa diprediksi dibandingkan pada pagi hingga sore hari.
Kemudian, selain menyemprotkan air, ia bersama 167 personelnya yang khusus ditempatkan di Air Sugihan juga membuat sekat kanal sejauh dua km dengan lebar sekitar 300 meter seperti arahan dari Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo ketika berkunjung ke lokasi.
“Pekerjaan ini belum selesai karena masih banyak bentangan alam yang belum diberikan sekat kanal. Rencananya, pekerjaan ini akan dilanjutkan tim pengganti yang tiba hari ini,” katanya.
Menurutnya tim lama sudah menyerahterimakan peta wilayah kebakaran kepada tim baru, dan hanya bisa menitipkan pesan bahwa kerja sama tim adalahnya yang terpenting, yakni bagaimana membangun sinergi antara TNI, masyarakat, dan regu pemadam kebakaran perusahaan. Semua tidak akan terganggulangi tanpa adanya kerja sama.Dudy Oskandar