- November 12, 2015
- Posted by: admin
- Category: Berita
Palembang, BP-Sebanyak 70 pemakalah dari 105 perguruan tinggi yang terlibat yang ada di Indonesia. Dalam seminar nasional Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) Indonesia, yang berekjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Sriwijaya (Unsri). Seminar sendiri mengusung tema “etika lingkungan dalam eksploitasi sumber daya pangan dan energi”.
“Diseminar ini lah berbagai permasalahan dari masing-masing daerah dikupas tuntas. Setelah seminar ini akan dibuatkan rekomendasi bagi pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dalam mencegah dan menanggulangi masalah lingkungan,” kata, Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Sriwijaya (Unsri) Ishak Iskandar, disela-sela seminar di Hotel Novotel, Rabu (11/11).
Ia juga menjelaskan, kegiatan seminar ini merupakan agaenda tahunan dari BKPSL, sebelumnya hal serupa juga di lakukan di Surabaya, untuk kali ini yang menjadi tuan rumah yakni Palembang, dan tahun depan itu di Bogor. Sesuai dengan tema kali ini, Ishak mengatakan, penyelesaian masalah lingkungan ini tidak bisa hanya melalui pendekatan teknik seperti waterbombing ataupun hujan buatan, namun perlu keterlibatan masyarakat dari sisi etika dan moralitas ekologi. Oleh sebab itu memalui seminar ini membuka diskusi dari berbagai pihak seperti pemerintah, akademisi, dan kalangan industri terkait isu etika lingkungan. Dengan begitu pemahaman tentang pengelolaan lingkungan yang beretika bisa terwujud.
“Ada 70 pemakalah dari 105 perguruan tinggi yang terlibat. Dalam mencegah dan menanggulangi masalah lingkungan,” ujarnya.
Lebih lanjut menurutnya, pembelajaran dengan pihak terkait juga dihadirkan seperti Bupati OKU Timur, PT Medco Energi, dan PT Pusri. Meski pendataan terkait kajian lingkungan bisa saja didapat dari Unsri sendiri tapi diskusi seperti ini dipastikan bisa menjadi mediasi antar pihak. Mengingat akademisi memberi masukan untuk penerbitan amdal untuk industri dan kajian lingkungan lainnya.
“Kajian ini mencakup beragam aspek, mulai dari kimiawi sampai kearifan lokal wilayah setempat,” ujarnya.
Selain rekomendasi ilmiah, pihaknya juga memberi dorongan kepada pemerintah agar mengkaji ulang pasal 32/2009 tentang lingkungan. Dengan begitu diharapkan bisa menjadi upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan di tahun-tahun depan.
“Kabut asap tahun ini lebih lama karena ada kesalahan pengelolaan dari pihak yang tidak bertanggung jawab, bukan soal anomali iklim. Ini yang jadi perhatian semua kalangan,” bebernya.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Pertanian Unsri Fachrurrozie Sjarkowi yang juga selaku Ketua Dewan Riset Daerah Sumsel menilai, etika lingkungan sangat penting dalam pemanfaatkan SDA, tidak cukup dengan iptek saja. Dari sini, hadir kearifan lokal sebagai nilai jati diri masyarakat setempat.
“Kearifan lokal yang dimaksud seperti penataan lahan budidaya dan non konversi serta lahan gambut yang tepat,” pungkasnya. Oadk