Mutu Pendidikan Belum Berkembang

sdJakarta,BP-Anggota DPD RI   Sulistyo menegaskan,  setahun pemerintahan Jokowidodo mutu  pendidikan kita belum mengalami perkembangan, bahkan tidak memiliki arah yang jelas. Setiap pergantian pemimpin nasional dan pergantian menteri, kurikulum pendidikan selalu berubah. Termasuk kebijakan terhadap guru honorer, nasib mereka kurang beruntung karena banyak yang tidak diangkat menjadi PNS meski telah menjadi honor belasan tahun.

 “Kebijakan Kemendikbud RI hanya berbuih-buih. Masih jauh dari harapan dalam upaya   mencerdaskan kehidupan bangsa,”  ujar Sulistyo   di Gedung DPD RI Jakarta, Rabu (18/11).
 Menurut Sulistyo,   15 September 2015 Menpan dan RB Yuddy Chrisnandi menyatakan akan mengangkat guru honor menjadi  PNS, tapi belakangan malah  menyerahkan masalah tersebut  ke DPR RI. Menpan dan RB beralasan tidak memiliki hak budget, anggaran. Janji pengangkatan guru honorer sebagai PNS dalam APBN 2016 itu hilang,” kata Sulistyo.
Karena itu dia berjanji akan menelusuri siapa yang menghilangkan pengangkatan guru honorer tersebut. Sulistyo menyatakan, demo guru honorer  akibat janji pengangkatan pemerintah sendiri  yang kontraproduktif.
“Paling tidak  ada tiga kategori guru,   ratusan  yang akan diangkat,   439.956 ribu akan diangkat  4 tahun mendatang, dan 1.100 juta guru honorer (Mendikbud RI dan Menag RI)  berstatus tidak jelas,” paparnya.
Ketua Komite III DPD RI Hardi Slamet Hood menegaskan,   kurikulum yang harus diatur  pemerintah, hanya tiga, sejarah untuk membangkitkan semangat dan rasa nasionalisme,  bahasa Indonesia juga untuk membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa, dan   matematika untuk menyeimbangkan otak kiri dan kanan.
 “Sedangkan mata pelajaran yang lain, bisa dieksplorasi   masing-masing sekolah. Tapi, bukan berarti harus menggunakan K13 (kurikulum   ke-13), karena tidak disosialisasikan,  banyak guru   tidak paham,” tutur  Hardi.
Sekolah gratis pun kata Hardi, bisa menjadikan  pelajar  melawan orang tua, karena merasa dibiayai   negara. Jadi,   harus banyak yang dibenahi untuk pendidikan dan kurikulum  agar arahnya jelas dan menghasilkan anak didik   berkualitas.
 Soal  melambatnya ekonomi  lanjut dia, tidak berpengaruh kepada pendidikan dan  memang kinerja pemerintah tidak optimal. Apalagi memberlakukan dua  kurikulum pendidikan sekaligus, yang tidak ada di dunia mana pun. “Kekurangan guru dan guru   tidak bermutu,   kualitas pendidikan tetap jeblok dan tidak akan menghasilkan anak didik handal. Makanya, DPD RI akan menggelar seminar pendidikan   26 November 2015 untuk mengelaborasi masalah pendidikan dan guru,” jelas Hardi.
Komisioner Beasiswa Supersemar, Suaib Didu mengatakan,   pelambatan ekonomi berbanding lurus dengan kualitas pendidikan.  Meski anggaran  pendidikan sudah 20 % dari APBN, tapi dana tersebut lebih banyak digunakan tidak tepat sasaran, seperti jalan-jalan ke luar negeri   dengan dalih untuk studi perbandingan.”Seharusnya anggaran itu lebih banyak  digunakan untuk operasional pelajar dan meningkatkan kualitas guru  sehingga   seta mensejahterahkan nasib guru,” kata Suaib. duk


Leave a Reply