- November 20, 2015
- Posted by: admin
- Category: Berita
No Comments
Jakarta,BP-Ketua Lembaga Pengkajian MPR RI Rully Chairul Azwar menegaskan, tahun 2015 satu dasawarsa penyelenggaraan Pilkada, sehingga perlu dievaluasi. Semua menginginkan Pemilu lebih demokratis, jujur dan adil sehingga terpilih pemimpin daerah berintegritas dan mementingkan rakyat. Faktanya, hasil Pilkada langsung banyak kepala daerah tersandung kasus korupsi.
“Pasal 18 UUD NRI 1945 mengatakan Pilkada dipilih secara demokratis sedangkan Pilpres dipilih secara langsung. Dalam era reformasi ini ada semangat melaksanakan demokrasi secara terbuka. Itulah penyebab Pilkada dilakukan secara langsung dengan asumsi kalau dipilih orang banyak akan lebih baik,” tegas Rully Chairul di Gedung MPR RI Jakarta, Kamis (19/11).
Menurut Rully, rentang waktu tahun 2005-2009 terjadi 350-an Pilkada. Setiap minggu bahkan setiap hari digelar Pilkada, sehingga tiada hari tanpa Pilkada. Pilkada ditambah dengan Pileg dan Pilpres, sehingga menjadi tontonan menarik. Dari sini muncul konsultan politik, usaha percetakan kaos, spanduk, dan atribut kampanye yang pada gilirannya menciptakan lapangan kerja baru,” ujarnya.
Jika 5 tahun pertama lanjut Rully, pelaksanaan Pilkada masih berjalan lancar, tapi tahun 2007 mulai dikeluhkan. Sehingga tahun 2014 pelaksanaan Pilkada dievaluasi . Evaluasi terjadi karena jargon Pilkada disebutkan nomer piro wani piro (NPWP). Rakyat memilih calon kepala daerah karena uang. Itulah yang menjadikan seseorang kepala daerah. Dan dia akan lupa terhadap janji membangun dan mensejahterakan rakyat.
Dikatakan, pengalaman demikian, pada akhir pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), atas persetujuan Presiden dan DPR mengembalikan Pilkada melalui DPRD. Namun karena SBY tidak tahan dikritik dia mengeluarkan Perppu Pilkada langsung.
“Kondisi ekonomi dan pendidikan masyarakat masih rendah. Hal inilah yang membuat kualitas demokrasi dan Pilkada masih buruk. Faktor ekonomi dan pendidikan yang belum menggembirakan membuat transaksional dalam Pilkada,” kata Rully.
Dia menambahkan, masa transisi perlu dikawal agar jangan sampai ekses politik uang merusak demokrasi. Dan sekadar mengingatkan kepada kita untuk menengok sejenak ke belakang kelemahan tersebut bisa diminimalisir. duk