Salah Paham Dua Relawan Serasi Babak Belur //Ketua Tim Serasi, Kami Difitnah

indexPALI, BP-Ros dan Har, dua anggota Tim Relawan Serasi babak belur dikeroyok warga di Desa Tanah Abang Selatan Kecamatan Tanah Abang. Kedua orang itu bermaksud melakukan pemantauan terhadap Posko Relawan HAFAL. Namun saat melakukan pemantauan, mereka diserbu warga karena dicurigai melakukan money politics.
Informasi yang berhasil dihimpun, Senin (7/12) Tim Relawan Serasi melakukan pemantauan ke seluruh Posko HAFAL. Menggunakan kendaraan jenis Kijang BG 1536 QN mereka mendatangi seluruh posko agar tetap berjaga mengantisipasi terjadinya money politics. Namun saat berada di Desa Tanah Abang, mereka diserbu warga yang diduga pendukung salah satu paslon saingan HAFAL. Mereka justru yang dicurigai tengah melakukan money politics.
Mendapat serangan mendadak secara membabi buta membuat keduanya tidak berkutik. Ros yang saat itu m‎engemudikan mobil, sempat melarikan diri karena diserbu warga yang berjumlah puluhan. Namun keduanya berhasil ditangkap dan menjadi bulan-bulanan warga.
Saat itu juga keduanya dibawa ke rumah Mukhtar Jayadi, salah satu paslon‎ yang rumahnya juga berada di Tanah Abang. Beruntung polisi berhasil melakukan pengamanan sehingga kedua anggota Relawan Serasi itu bisa diselamatkan.
Tugiyo Yuwono, Ketua Tim Relawan Serasi yang mendengar kabar itu menjadi berang. Ia tidak terima anggotanya yang ditugaskan memantau Posko Relawan justru dituduh membagi-bagikan uang untuk memenangkan Pilkada PALI.
“Kami sudah difitnah, tuduhan melakukan money politics itu sangat kejam kami yang bermaksud mencegah money politics justru kami yang dituduh” kata Tugiyo.
Tugiyo membenarkan, kedua orang itu adalah anggota Tim Relawan yang dipimpinnya. Mereka ditugaskan untuk melakukan pemantauan ke seluruh posko-posko yang ‎ada di Kabupaten PALI. Pemantauan ini dilakukan agar semua posko tetap aktif melakukan ronda untuk mencegah agar tidak terjadi money politics. Namun ternyata saat anggotanya yang memantau justru dituduh membagi-bagikan uang dan indomie.
“Kejadiannya kan siang bolong, mana mungkin kami bagi-bagi sembako atau uang kepada warga saat matahari diatas kepala. ‎Dari sini saja kelihatan kalau kami difitnah” terang Tugiyo.
Tugiyo mengaku, saat berangkat dari Talang Ubi untuk melakukan pemantauan mereka dibekali dengan lima dus indomie untuk diserahkan ke Posko. “Ada lima posko yang akan didatangi, jadi mereka cuma bawa lima dus. Selain mie, masing-masing posko dibantu 3kg gula, 1kg kopi dan satu kotak teh untuk ‎logistik mereka saat ronda. Tidak lebih” bebernya.
Dengan jumlah logistik sebanyak itu, lanjut Tugiyo, jelas tidak mungkin untuk dijadikan bahan money politics.
“Bayangkan, apa mungkin logistik sebanyak itu untuk dibagikan ke warga satu desa sebagai bentuk money politics. Jelas tidak mungkin kan? Jadi kami ini difitnah,” tegasnya.
Tugiyo juga membantah bila didalam mobil jenis kijang itu ditemukan uang dan amplop. Kalaupun ada uang itu hanya uang pribadi anggotanya dan dana untuk beli bensin. Yang jumlahnya tidak seberapa.
“Saya pastikan tidak ada amplop didalam mobil itu. Kalaupun ada amplop, itu pasti rekayasa sepihak. ‎Uang yang ada pun untuk beli bensin. Tahu sendiri kan, berapa ongkos beli bensin?” ujarnya setengah bertanya.
Tugiyo sangat menyesalkan aksi main hakim sendiri yang dilakukan pendukung salah satu paslon tersebut. Ia menganggap sudah menciderai proses demokrasi yang selama ini sudah berlangsung tertib dan aman.
Karena tidak terima dengan kejadian ini, Tugiyo mengaku sudah memerintahkan kedua anggotanya untuk melakukan visum dan melaporkan kejadian ini ke Polres Muara Enim. Mereka tidak terima sudah dikeroyok dan meminta kepolisian mengusut pelaku pengeroyokan tersebut.
“Kita sudah perintahkan kuasa hukum kita untuk mendampingi anggota melapor ke Mapolres Muara Enim. Pelaku pengeroyokan harus mendapatkan sanksi hukum” tegasnya. (Hab)



Leave a Reply