Memutar 2 Kecamatan Hindari Banjir

banjirHUJAN deras yang melanda wilayah Kabupaten Musirawas Utara (Muratara), Rabu (24/2), menyebabkan 17 desa kebanjiran. Ke 17 desa tersebut terletak di tiga kecamatan berbeda.
Banjir yang merendam pemukiman masyarakat bervariasi ketinggiannya. Desa yang terendam banjir yakni, Desa Noman dan Batu Gajah, Kecamatan Rupit dan Desa Lubuk Rumbai, Pantai, Kertasari, Kecamatan Karang Dapo.
Selanjutnya, Desa Lesung Batu, Kelurahan Surulangu, Kecamatan Rawas Ulu, berikut Kelurahan Rupit, Kecamatan Rupit. Kemudian Desa Mandi Angin, Beringin Makmur (BM) I, Kelurahan Bingin Teluk, Tanjung Raja, Belani, Desa Batu Kucing dan Translok, Kecamatan Rawas Ilir.
Tak hanya pemukiman warga yang terendam banjir, tapi juga jalan menuju Rawas Ilir. Sehingga angkutan desa (angdes) dari Rupit menuju ke Rupit terpaksa memutar melalui Kecamatan Nibung. Sedangkan angdes dari Lubuklinggau menuju Rawas Ilir memutar melalui Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musirawas. Dari 17 desa tersebut, yang paling parah Desa Noman. Di sana hampir 50 rumah terendam banjir.
Edo, warga setempat, mengatakan, air merendam jalan dan pemukiman warga, Kamis (25/2) sekitar pukul 09.00. Tadinya kendaraan masih bisa lewat. Namun, ketinggian air semakin bertambah setelah satu jam berselang. “Kendaraan sudah tidak bisa lewat lagi. Kalaupun bisa, hanya mobil yang double gardan saja,” jelasnya.
Kendati banjir melanda, tak satupun rumah warga yang benar-benar terendam, lantaran berupa rumah panggung.
Menurut Rishahudi, warga lainnya, banjir terjadi kemarin sekitar pukul 01.00 akibat meluapnya Sungai Rupit. Air datangnya begitu cepat sampai-sampai pedagang manisan dan pegawai SDN I tidak bisa menyelamatkan barang-barang berharga. Sekolahpun terpaksa libur.
“Banjir datang sekitar pukul 01.00 langsung merendam puluhan rumah warga,” katanya.
Masih katanya, banjir tak cuma merendam Desa Noman, tetapi juga Desa Batu Gajah. Tetapi keadaannya tidak begitu parah.  Saat ini kata Ris, masyarakat yang rumahnya terendam terpaksa mengungsi ke rumah keluarga yang tidak terendam. “Mengungsi ke rumah keluarga yang tidak terendam. Korban jiwa tidak ada,” jelasnya.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Muratara Zainal Arifin Daud mengatakan, pihaknya masih melakukan pendataan lokasi-lokasi yang terendam banjir. Sejauh ini baru Desa Noman yang kondisinya paling parah. “Saat ini Dinas Sosial masih melakukan pendataan pemukiman warga yang terendam,” paparnya.
Kendati baru mendata, Posko Tagana sudah didirikan di wilayah Kecamatan Karang Dapo.
Sementara itu Wakil Bupati Muratara H Devi Suhartoni langsung terjun ke lokasi banjir. Daerah pertama yang didatangi yakni Kecamatan Karang Dapo. Di sana Wabup langsung terjun ke jalan yang terendam banjir. Kemudian, ia meninjau SDN I Noman Baru, yang juga terendam.
“Selain dilanda banjir, Muratara ini sedang dilanda paceklik, harga karet dan sawit turun,” kata Wabup.
Ia mengaku kasihan dengan masyarakat. Apalagi, ada ancaman lain pascabanjir, yakni penyakit demam berdarah dan diare. “Pemda Muratara akan berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat meminta bantuan untuk kepentingan masyarakat,” ujarnya.



Leave a Reply