- March 4, 2016
- Posted by: admin
- Category: Berita
Jakarta, BP-Tradisi dan budaya local benar-benar menjadi bumbu atraksi yang ampuh untuk menggaet wisatawan. Seperti yang dilakukan Kalteng, saat menyambut Gerhana Matahari Total (GMT) di Kota Palangkaraya, 9 Maret 2016 mendatang. Ada ritual Balian Ba Ampar-Ampar, yang mulai diburu wisatawan mancanegara di sana. “Ini bukti bahwa culture itu 60 persen mempengaruhi wisman berkunjung ke tanah air,” kata Menpar Arief Yahya.
Sisanya, 35 persen nature atau potensi alam. Dan 5 persen buatan manusia (man made), seperti sport tourism, MICE – meetings, incentives, conferences dan exhibitions, theme park dan lainnya. “Mengapa Bali sangat dikenal di seluruh penjuru dunia? Karena khas dan keunikan budaya Bali, yang sudah atraktif. Karena itu, hidupkan budaya di seluruh kawasan pariwisata di seluruh nusantara, agar bisa dikemas dalam mempromosikan Wonderful Indonesia,” lanjut Arief Yahya.
Tuhan sudah memberi bonus GMT, yang hanya ada di 12 provinsi di Indonesia, yang dilalui daratannya. Di manapun juga tidak ada yang bisa menyaksikan Total Solar Eclipse itu, dan hanya terulang 350 tahun sekali. “Dulu 1983 juga ada GMT di Jawa, tetapi tidak dikemas sebagai produk atraksi di pariwisata. Tidak dipromosikan besar-besaran di luar negeri. Akhirnya bonus Tuhan itu hanya lewat begitu saja. Sekarang kami tidak mau kehilangan momentum langka seperti ini. Karena itu GMT kami kemas dengan tambahan 100 event di 12 provinsi itu,” sebut Arief Yahya.
Apa sih ritual Balian Ba Ampar-Ampar itu? Semacam tradisi adat dayak di Kalimantan Tengah untuk mengusir hal-hal negatif, akibat gerhana matahari itu. Dalam kebiasaan masyarakat local, yang mirip dengan ajaran Hindu Kaharingan, Ba Ampar-Ampar itu cukup dipercaya oleh masyarakat sebagai doa untuk mendapatkan keselamatan dan kebaikan.
“Ritual-ritual seperti inilah yang membuat fenomena alam itu menjadi seru. Di pariwisata, kekayaan cerita-cerita seperti itu sangat banyak, dan masih dipercaya oleh masyarakat secara turun temurun. Ini juga menjadi atraksi tersendiri,” terang Raseno Arya, Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisata, Kamis (3/3).
Kementerian Pariwisata tak tinggal diam. Sebuah tim kecil siap diterjunkan ke Palangka Raya. Misinya, mempromosikan budaya lokal, destinasi wisata, kuliner hingga kegiatan GMT ke wisatawan yang sudah mulai bersiap-siap berkunjung ke Palangkaraya. “Balian Ba Ampar-Ampar akan digelar di Stadion Sanaman Mantikei Palangka Raya, pada 9 Maret 2016,” tambah Raseno.
Ternyata, ini ritual pertama yang dilakukan masyarakat Dayak. Maklum, GMT jarang terjadi. Nantinya akan ada tiga Balian yang akan melaksanakan ritual. Tiga Balian tadi nantinya akan meminta kepada sang pencipta untuk dijauhkan dari hal negatif.
Bagi masyarakat Dayak, matahari adalah sumber kehidupan. Kalau hilang, masyarakat Dayak pun meyakini kehidupan akan ikut habis. “Ini jadi semacam upacara tolak bala. Kalau penasaran, silahkan ke Palangka Raya,” ujar Raseno.
Atraksi budaya ini ternyata mendapat respon tinggi dari wisatawan yang berkunjung. Belum apa-apa saja, banyak wisatawan yang minta
difasilitasi untuk menyaksikan ritual Balian Ba Ampar-Ampar. Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Palangka Raya, Afendie, mengaku kewalahan menyambut antusiasme wisatawan. Dari paparannya, tamu-tamu di tiga hotel berbintang di wilayah Kota Palangka Raya sudah banyak yang minta difasilitasi.
“Sekitar 260 kamar tiga hotel berbintang telah dipesan wisatawan Jepang dan Australia. Selain permintaan menyaksikan GMT, mayoritas tamu juga minta difasilitasi untuk menyaksikan ritual khas Dayak tadi,” ujar Afendie. #rf