- April 7, 2016
- Posted by: admin
- Category: Berita
Palembang, BP-Polda Sumsel memusnahkan sebanyak 1.467 pucuk senjata api rakitan (senpira) baik laras panjang maupun laras pendek yang merupakan hasil Operasi Senpira Musi 2016 di halaman Mapolda Sumsel, Rabu (6/4) sekitar pukul 09.00.
Senpira yang dimusnahkan tersebut terdiri dari laras panjang sebanyak 1.182 pucuk dan laras pendek sedikitnya 285 pucuk. Pemusnahan dilakukan dengan cara dipotong-potong menggunakan sebuah mesin gerinda potong.
Dari jumlah senpira yang dimusnahkan itu juga ternyata paling banyak berasal dari Kabupaten Muaraenim. Selain itu, Sumsel juga merupakan provinsi tertinggi dalam aksi kejahatan bersenpi pada 2015. Hal tersebut diakui Asisten Operasi Mabes Polri Irjen Pol Unggung Cahyono.
“Sumsel ini tertinggi kejahatan bersenpi. Jadi saya harap Kamtibmas di wilayah hukum Polda Sumsel dapat dikendalikan,” ujar Unggung di sela-sela sambutan pemusnahan senpira di Mapolda Sumsel.
Sementara itu, Kapolda Sumsel Irjen Pol Djoko Prastowo menjelaskan, pada 2015 memang Sumsel dikategorikan rawan di bidang kejahatan Senpi. Hal tersebut dikarenakan banyaknya produksi rumahan dari warga daerah yang merupakan pengrajin besi beralih membuat senpira.
“Polda Sumsel paling rawan bidang kejahatan senpi 2015 lalu. Maka, program Operasi Senpira Musi 2016 ini kita prioritaskan untuk penanggulangan kejahatan,” kata jenderal bintang dua ini.
Ditambahkan Djoko, memang ada peralihan budaya masyarakat Sumsel yang sebelumnya selalu membawa senjata tajam (Sajam), kini memegang senpi. Meskipun begitu, Polda Sumsel tentunya tidak akan tinggal diam dan akan melakukan upaya pencegahan.
“Terlebih, di Singapura orang sana saja takut dengan warga Palembang terutama Kayu Agung. Ini menandakan pembuatan Senpira di Sumsel sudah mengkhawatirkan. Kami imbau masayarakat agar tak lagi membuat ataupun menyimpan senpira tanpa izin,” jelas Djoko.
Terpisah, Bupati Ogan Komering Ilir (OKI) Iskandar yang sempat hadir dalam pemusnahan senpira ini mengatakan, pihaknya terus berupaya melakukan sosialisai seperti himbauan dan razia kepada para pengrajin senpira di Kabupaten OKI.
“Mereka ini liar dan berpindah-pindah. Tidak nyata, bahkan setiap dilakukan razia kami kucing-kucingan (kejar-kejaran-red). Namun, kami akan terus melakukan sosialisasi dan melakukan pembinaan agar mereka tidak lagi membuat dan memperdagangkan senpira,” pungkas Iskandar. #rio