Sehari, Alam Mampu Habiskan Tiga Batu Semen

Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumsel Apriyadi kunjungi Alam bocah pemakan batu
Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumsel Apriyadi kunjungi Alam bocah pemakan batu

Palembang – Faktor kemiskinan dan kurangnya pengawasan dari orangtua membuat bocah yang baru berusia dua tahun yaitu Alam harus rela memakan batu yang bercampur semen setiap harinya. Seperti apa kisah balita pemakan batu ini ?
Alam tinggal  di Jalan KH Azhari Kelurahan 5 Ulu Kecamatan Seberang Ulu I Lorong Kedukan, bersama dua saudaranya dan nenek Lisa (70) yang merupakan nenek kandung Alam bertempat tinggal. Rumah 4X5 meter yang beratap jerami dan beralaskan papan ini tepat berada di ujung jalan Kedukan dengan kondisi lingkungan sekitar yang tampak sanitasi-nya sangat jauh dari kata layak. Keluarga ini hidup dengan kondisi yang sangat minim untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Kehidupan Alam dan neneknya tersebut berada dibawah garis kemiskinan, orangtua Alam sudah berpisah sejak lama dan semenjak itu Alam dibesarkan oleh sang nenek yang sehari-hari berjualan di pasar.
Nenek Lisa menceritakan, kebiasaan Alam memakan batu semen tersebut sudah dilakukan sejak masih umur 1 tahun. “Kalau keluar dari rumah, Alam mencari batu dijalan, sudah kami cegah tetapi Alam terus menangis dan tetap memakan batu,” ungkapnya.
Awal mula kebiasaan Alam makan batu saat disamping rumahnya ada bangunan rumah yang baru dibangun dan disana banyak bebatuan yang bercampur semen. “Warga disini sudah mencegah juga dan mengawasi Alam supaya tidak makan batu,” kata nenek Lisa.
Lanjutnya, dirinya juga sudah memeriksa kondisi kesehatan cucunya tersebut ke dokter dan pengobatan tradisional. “Kata dokter kondisi Alam normal dan tidak ada penyakit serius didalam tubuhnya,” ujarnya.
Selama ini Alam tidak mempunyai penyakit. “Justru kalau tidak makan batu semen, dia (Alam, red) menangis terus,” bebernya.
Mengetahui informasi tersebut Dinas Sosial Provinsi Sumsel Apriyadi Mahmud langsung mengunjungi kediaman Alam. “Disamping faktor kemiskinan kebiasaan Alam ini harus diawasi dan jangan dibiarkan terus-menerus. Kalau dibiarkan akan berbahaya bagi kesehatan Alam, pengawasan keluarga dan warga sekitar sangat penting,” katanya.
Berdasarkan data di Sumsel tercatat ada sebanyak 6.000 data masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan. “Kondisi Alam ini karena kurang perhatian, terlebih kedua orangtua sudah berpisah sejak lama. Oleh sebab itu, keberadaan Dinsos Sumsel disini tidak hanya memberikan bantuan saja tetapi juga memberikan pemahaman kepada keluarga dan warga sekitar untuk memperhatikan kondisi Alam,” tuturnya. (RED)



Leave a Reply