- May 27, 2016
- Posted by: admin
- Category: Berita
No Comments
Palembang, BP-Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Selatan melakukan inspeksi mendadak (sidak) di dua pasar di Palembang yakni Pasar Cinde dan Pasar KM 5 guna memantau harga sejumlah komoditi yang naik menjelang bulan suci Ramadhan, Kamis (26/5).Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Selatan Permana mengatakan, kenaikan ini diperkirakan akan berlanjut hingga pertengahan bulan Ramadhan. Pemerintah berupaya untuk menjaga stabilitas harga dengan memastikan ketersediaan barang cukup.
Dirinya berujar, kenaikan sejumlah harga komoditas dipengaruhi oleh sejumlah hal. Untuk daging ayam broiler, kenaikan harga disebabkan oleh meningkatnya harga pakan jelang Ramadhan.
“Kalau untuk daging sapi dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan. Agen jadi harus menambah stok dengan mendatangkan sapi dari sejumlah sentra produksi sapi seperti Lampung dan Jakarta. Bahkan ada beberapa pihak swasta yang mendatangkan sapi tidak melalui RPH sehingga pasokan daging berlebih,” tuturnya.
Melihat kecenderungan ini, pihaknya berencana untuk menggelar operasi pasar guna mengendalikan harga komoditas yang merangkak naik. Harapannya, harga dan pasokan dapat berimbang. Yang penting, tambahnya, pasokan harus mencukupi kebutuhan. Jangan sampai konsumen kesulitan menemukan daging.
Operasi pasar sudah dilakukan untuk komoditas gula, bekerjasama dengan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). Upaya ini akan berlangsung hingga masa penggilingan tiba pada Juni mendatang. “Jika masa giling sudah tiba, pasokan akan terjaga dan harga gula akan berada pada posisi yang diproyeksikan yakni Rp 12.500 per kg,” kata Permana.
Sebelumnya Permana menuturkan, operasi pasar gula pasir hanya berdampak pada penurunan harga sementara, dan tidak begitu signifikan. Setelah harga turun beberapa saat, saat ini gula pasir kembali tinggi dengan Rp14.700 per kilogram.
“Ini disebabkan beberapa faktor, salah satunya karena PTPN VII Cinta Manis dan PT Laju Perdana Indah (LPI) saat ini masih dalam tahap produksi proses penggilingan tebu menjadi gula. Setidaknya baru Juni nanti, hasil produksi gula itu bisa masuk ke pasaran,” tuturnya.
Permana menuturkan, PTPN VII Cinta Manis dapat memproduksi 64.000 ton gula pasir. Sedangkan PT LPI 26.000 ton gula. Ia berujar, produksi gula pasir lokal di Sumsel dapat mencukupi kebutuhan masyarakat di Sumsel. Hanya saja saat ini merupakan masa tanam dan penggilingan, maka membutuhkan waktu untuk sampai di pasaran.
Untuk mencukupi kebutuhan gula di Sumsel, ada beberapa BUMN lain yang turut bergerak seperti PT PPI (Persero). Dimana untuk stok gula didatangkan dari negara lain, yakni Thailand dalam bentuk gula kristal mentah dan diolah kembali menjadi gula pasir.
Selain gula, operasi pasar di Sumsel juga sudah dilakukan untuk komoditi beras. Permana menyebutkan, harga beras di Sumsel saat ini mencapai sekitar Rp11.000 per kilogram. Operasi pasar yang sudah dilakukan oleh Perum Bulog Divre Sumsel diharapkan dapat menjaga kenaikan harga beras yang ada di Sumsel.
“Harapannya jelang bulan Ramadan, harga beras di pasaran tak melambung pesat. Ini kan biasa terjadi, semua bahan pokok naik pesat,” tukasnya.
Berdasarkan data Perum Bulog Divre Sumsel, beras yang ada di gudang Bulog mencukupi kebutuhan masyarakat Sumsel untuk beberapa bulan kedepan, dimana saat ini ada 74.352 ton beras.
Selain gula dan beras, Permana menuturkan, ketersediaan minyak goreng di Sumsel yakni 43.225 ton, dan tepung terigu 5.000 ton.
Untuk cabai diperkirakan kebutuhannya akan meningkat 25 persen menjelang bulan Ramadan dan Lebaran. Kelancaran distribusi harus terjaga dan kebutuhan cabai terpenuhi. “Agar distribusi lancar, perlu adanya campur tangan dari kepolisian, Dishub, Dinas PU, agen, koperasi, dan instansi lain. Keterlibatan ini akan sangat bermanfaat karena jika distribusi terhambat akan menjadi kendala pengiriman bahan pokok dari sentra produksi,” terang dia.
Sementara untuk bawang merah dan bawang putih, perlu adanya tambahan dari luar Sumatra, karena stok yang tersedia di Sumsel tidak mampu memenuhi kebutuhan. Bawang putih yang di distribusi di Sumsel sebanyak 36 ton belum dapat memenuhi kebutuhan, dan untuk stok bawang merah di Sumsel sebanyak 64 ton juga diperkirakan tak mampu memenuhi kebutuhan jelang Ramadan dan Lebaran.
Permana mengungkapkan, kebutuhan daging sapi menjelang Ramadan 28.170 kg per hari dengan persediaan sebesar 56.340 kg per hari. Karena ketersediaan daging sapi yang cenderung terbatas pada bulan Ramadan, maka guna menstabilkannya butuh dipasok daging beku impor dari Australia. “Untuk daging ayam dan telur ayam di Sumsel, tak jadi kekuatiran karena di Sumsel cukup banyak sentra produksi. Kalaupun ada kenaikan harga, itu karena kenaikan permintaan saja,” imbuhnya.
Kepala PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI Persero) Cabang Palembang, Edhy Wahyono mengatakan, sejak diadakannya operasi pasar khusus gula pasir pada pekan lalu, belum begitu pengaruhi harga gula pasir di pasaran secara signifikan. Padahal operasi pasar dilakukan setiap hari.
“Sebelumnya harga gula pasir di kisaran Rp16.000 per kilogram di pasaran. Namun selama kita lakukan operasi pasar harga, ada penurunan harga yang tak begitu besar yakni Rp14.000-Rp15.000 per kilogram,” katanya.
Pihaknya menarget harga gula pasir bisa terjun bebas hingga Rp12.500 per kilogramnya. Saat melakukan operasi pasar, pihaknya menjual gula pasir dengan harga jauh dari pasaran saat ini yakni Rp12.000 per kilogram.
Hanya saja belum semua kabupaten/kota yang didatangi untuk operasi pasar, baru Palembang saja yang disambangi pihaknya. Sementara kabupaten/kota lain masih terkendala dengan penyediaan sarana/prasarana.
“Distribusi gula pasir butuh sarana dan prasarana. Ini yang masih jadi kendala. Kita sediakan 100 ton gula pasir untuk operasi pasar, sementara dalam satu harinya operasi pasar dikucurkan 1-2 ton gula,” ungkapnya. #idz
Dirinya berujar, kenaikan sejumlah harga komoditas dipengaruhi oleh sejumlah hal. Untuk daging ayam broiler, kenaikan harga disebabkan oleh meningkatnya harga pakan jelang Ramadhan.
“Kalau untuk daging sapi dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan. Agen jadi harus menambah stok dengan mendatangkan sapi dari sejumlah sentra produksi sapi seperti Lampung dan Jakarta. Bahkan ada beberapa pihak swasta yang mendatangkan sapi tidak melalui RPH sehingga pasokan daging berlebih,” tuturnya.
Melihat kecenderungan ini, pihaknya berencana untuk menggelar operasi pasar guna mengendalikan harga komoditas yang merangkak naik. Harapannya, harga dan pasokan dapat berimbang. Yang penting, tambahnya, pasokan harus mencukupi kebutuhan. Jangan sampai konsumen kesulitan menemukan daging.
Operasi pasar sudah dilakukan untuk komoditas gula, bekerjasama dengan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). Upaya ini akan berlangsung hingga masa penggilingan tiba pada Juni mendatang. “Jika masa giling sudah tiba, pasokan akan terjaga dan harga gula akan berada pada posisi yang diproyeksikan yakni Rp 12.500 per kg,” kata Permana.
Sebelumnya Permana menuturkan, operasi pasar gula pasir hanya berdampak pada penurunan harga sementara, dan tidak begitu signifikan. Setelah harga turun beberapa saat, saat ini gula pasir kembali tinggi dengan Rp14.700 per kilogram.
“Ini disebabkan beberapa faktor, salah satunya karena PTPN VII Cinta Manis dan PT Laju Perdana Indah (LPI) saat ini masih dalam tahap produksi proses penggilingan tebu menjadi gula. Setidaknya baru Juni nanti, hasil produksi gula itu bisa masuk ke pasaran,” tuturnya.
Permana menuturkan, PTPN VII Cinta Manis dapat memproduksi 64.000 ton gula pasir. Sedangkan PT LPI 26.000 ton gula. Ia berujar, produksi gula pasir lokal di Sumsel dapat mencukupi kebutuhan masyarakat di Sumsel. Hanya saja saat ini merupakan masa tanam dan penggilingan, maka membutuhkan waktu untuk sampai di pasaran.
Untuk mencukupi kebutuhan gula di Sumsel, ada beberapa BUMN lain yang turut bergerak seperti PT PPI (Persero). Dimana untuk stok gula didatangkan dari negara lain, yakni Thailand dalam bentuk gula kristal mentah dan diolah kembali menjadi gula pasir.
Selain gula, operasi pasar di Sumsel juga sudah dilakukan untuk komoditi beras. Permana menyebutkan, harga beras di Sumsel saat ini mencapai sekitar Rp11.000 per kilogram. Operasi pasar yang sudah dilakukan oleh Perum Bulog Divre Sumsel diharapkan dapat menjaga kenaikan harga beras yang ada di Sumsel.
“Harapannya jelang bulan Ramadan, harga beras di pasaran tak melambung pesat. Ini kan biasa terjadi, semua bahan pokok naik pesat,” tukasnya.
Berdasarkan data Perum Bulog Divre Sumsel, beras yang ada di gudang Bulog mencukupi kebutuhan masyarakat Sumsel untuk beberapa bulan kedepan, dimana saat ini ada 74.352 ton beras.
Selain gula dan beras, Permana menuturkan, ketersediaan minyak goreng di Sumsel yakni 43.225 ton, dan tepung terigu 5.000 ton.
Untuk cabai diperkirakan kebutuhannya akan meningkat 25 persen menjelang bulan Ramadan dan Lebaran. Kelancaran distribusi harus terjaga dan kebutuhan cabai terpenuhi. “Agar distribusi lancar, perlu adanya campur tangan dari kepolisian, Dishub, Dinas PU, agen, koperasi, dan instansi lain. Keterlibatan ini akan sangat bermanfaat karena jika distribusi terhambat akan menjadi kendala pengiriman bahan pokok dari sentra produksi,” terang dia.
Sementara untuk bawang merah dan bawang putih, perlu adanya tambahan dari luar Sumatra, karena stok yang tersedia di Sumsel tidak mampu memenuhi kebutuhan. Bawang putih yang di distribusi di Sumsel sebanyak 36 ton belum dapat memenuhi kebutuhan, dan untuk stok bawang merah di Sumsel sebanyak 64 ton juga diperkirakan tak mampu memenuhi kebutuhan jelang Ramadan dan Lebaran.
Permana mengungkapkan, kebutuhan daging sapi menjelang Ramadan 28.170 kg per hari dengan persediaan sebesar 56.340 kg per hari. Karena ketersediaan daging sapi yang cenderung terbatas pada bulan Ramadan, maka guna menstabilkannya butuh dipasok daging beku impor dari Australia. “Untuk daging ayam dan telur ayam di Sumsel, tak jadi kekuatiran karena di Sumsel cukup banyak sentra produksi. Kalaupun ada kenaikan harga, itu karena kenaikan permintaan saja,” imbuhnya.
Kepala PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI Persero) Cabang Palembang, Edhy Wahyono mengatakan, sejak diadakannya operasi pasar khusus gula pasir pada pekan lalu, belum begitu pengaruhi harga gula pasir di pasaran secara signifikan. Padahal operasi pasar dilakukan setiap hari.
“Sebelumnya harga gula pasir di kisaran Rp16.000 per kilogram di pasaran. Namun selama kita lakukan operasi pasar harga, ada penurunan harga yang tak begitu besar yakni Rp14.000-Rp15.000 per kilogram,” katanya.
Pihaknya menarget harga gula pasir bisa terjun bebas hingga Rp12.500 per kilogramnya. Saat melakukan operasi pasar, pihaknya menjual gula pasir dengan harga jauh dari pasaran saat ini yakni Rp12.000 per kilogram.
Hanya saja belum semua kabupaten/kota yang didatangi untuk operasi pasar, baru Palembang saja yang disambangi pihaknya. Sementara kabupaten/kota lain masih terkendala dengan penyediaan sarana/prasarana.
“Distribusi gula pasir butuh sarana dan prasarana. Ini yang masih jadi kendala. Kita sediakan 100 ton gula pasir untuk operasi pasar, sementara dalam satu harinya operasi pasar dikucurkan 1-2 ton gula,” ungkapnya. #idz