- June 4, 2016
- Posted by: admin
- Category: Berita
Jakarta, BP- Dua wholeselers travel operator dan travel agent terbesar di Korea blak-blakan soal titik lemah pariwisata Indonesia. Mereka tidak basa basi bertestimoni di depan Menpar Arief Yahya dan tim di Conrad Hotel, Seoul. Keduanya adalah Hana Tour yang memiliki market share hampir 20 persen dari outbond Korea yang hampir 20 juta itu. Persisnya 19.310.430 orang Korea jalan-jalan liburan ke luar negeri.
Satu lagi Modetour International yang mengelola 1,8 juta wisatawan dari Korea keluar dari negara. Modetour memiliki lebih dari 1.250 tenaga kerja untuk menghandle outbond Korea itu. Sampai-sampai memperoleh penghargaan nomor 1 Chinesse Inbound Tour 2012, Prime Minister’s Citation Award 2012 dan $2.000 Gold Tower of Tourism Promotion Award 2012.
Apa kritik mereka? “Orang Korea belum banyak yang tahu Indonesia selain Bali! Kami bahkan tidak tahu Borobudur? Ada di mana? Apa menariknya?” kata Mr Hong Ki Jung, Vice Chairman of Mode Tour, yang dibenarkan Mr Kim Jin Young, Manager of Mode Tour dan Mr Yoon Ju Young, Deputy Manager Mode Tour.
Statemen yang sama juga keluar dari Mr Kim Jim Kook Presiden Hana Tour dan Mr KimChang Hum, GM Hana Tour dan Mr Joo Nan Soo. Karena itu, Menpar Arief Yahya, Deputi I Gde Pitana, Dubes John Prasetio, Wakil Dubes Cecep Herawan, Asdep Vincensus Jemadu yang berada di ruangan itu hanya bisa bengong. Promosi ke Korea harus lebih tajam menukik dan lebih gencar lagi. Lalu apa solusi menurut mereka? Dua perusahaan terbesar di Korea itu punya saran yang sama: Familiarization Trip atau Famtrip! “Ajak para tour travel, jurnalis, atau media, penulis, Korea berjalan-jalan ke berbagai destinasi yang ada di Indonesia, termasuk Borobudur, dan 10 destinasi baru yang sudah siap dipasarkan,” ungkap Mr Kim Chang Hun.
Menurut Kim Chung, selain Bali yang sudah terdengar di Korea afalah Batam-Bintan di Provinsi Kepulauan Riau. Lalu apa lagi? “Tidak ada cara yang lain, kecuali promosi dan marketing! Melalui berbagai media dan event di Korea,” ungkapnya. Dia memberi contoh Taiwan, yang saat ini semakin gencar berpromosi di Korea. Dia berharap ke depan Wonderful Indonsia bisa joint promotion dengan mereka.
Kritik lain adalah harga paket wisata ke Indonesia yang terlalu mahal. “Ke Honolulu Hawai di Pacific sana jauh lebih murah dibandingkan ke Bali. Begitu pun ke Thailand, Filipina dan Kambodia. Karena Korean Air dan Garuda Indonesia yang terbang ke Korea juga belum masih full service, belum ada penerbangan LCC, low cost carrier yang membuat harga paket lebih murah,” keluh Mr Hong Ki Jung.
Soal Bahasa, Hong Ki Jung juga menyarankan ada orang Korea yang bukan hanya mengerti bahasa, tetapi juga memahami adat kebiasaan dan perilaku mereka. Mengapa begitu? “Banyak sekali keluhan seperti itu, bahasa mungkin paham, tapi pariwisata itu kan tidak sekedar bahasa, tapi lebih ke hospitality,” kata Mr Yoon Ju Young, salah satu Deputy Manajer Moda Tour.
Dia juga menyarankan agar Indonesia punya kantor perwakilan di Seoul, bukan di Busan, kota kedua Korea. Lalu jurus yang bisa membuat lebih booming, kata mereka adalah membuat film dengan artis populer dari Korea dengan mengambil setting di Destinasi wisata di Indonesia. “Salah satu kunci sukses Korea adalah film itu.”
Menpar Arief Yahya mendengar dengan saksama keluhan mereka. Saat bertemu dengan sekitar 12 perusahaan tour agency dan tour operator, Jumat 3 Juni 2016, dia juga mendapatkan keluhan yang mirip dengan dua wholeselers yang sudah one on one meeting itu. “Oke saya sudah catat, ada 3 hal yang harus ditindaklanjuti,” ungkap Arief Yahya.
Pertama, solusi untuk kemahalan adalah segera membuka LCC, penerbangan murah dari Seoul ke Indonesia. Bisa via Bali, Jakarta atau Manado. Ini akan ditindaklanjuti dengan Jeju Air, Jin Air dan Lion Air sebagai maskapai nasional yang bisa joint. “Ini akan menurunkan harga paket menjadi lebih kompetitif,” ungkap Arief Yahya.
Kedua, membuat paket dengan menjadikan Singapore sebagai hub untuk destinasi Batam-Binatan. Bali sebagai hub pariwisata untuk didistribusikan ke banyak tempat lain di Indonesia. Dan Jakarta sebagai hub untuk bisnis. Filipina yang tinggal 1 jam menuju Manado juga bisa dijadikan hub. “Paket ini juga akan lebih kompetitif, dan kami tidak ada masalah dengan Singapore-Batam-Bintan,” ungkap dia.
Ketiga adalah joint marketing, atau marketing activities, seperti FamTrip. Ini akan segera dilakukan untuk memperkenalkan ke jurnalis, tour operator, tour agency, agar mereka memiliki gambaran dan pengalaman tentang destinasi Indonesia. “Tiga jurus itulah yang akan dipakai untuk menggenjot pasar Korea,” jelas Arief Yahya, yang juga didampingi Asnawi Bahar, ketua asita.#duk