- June 5, 2016
- Posted by: admin
- Category: Berita
Ibu rumah tangga mengeluhkan harga kebutuhan pokok yang makin tak terkendali. Terlebih di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu.
MEMASUKI bulan Ramadhan selalu menjadi tren kenaikan harga sembako. Bahkan harga menjadi gila-gilaan saat mendekati Lebaran. Kenaikan bisa mencapai angka di luar nalar. Hal tersebut akibat dari meningkatnya permintaan masyarakat pada bulan tersebut.
Bahkan, sejak seminggu menjelang puasa pun, harga sudah mulai meroket. Seperti yang terjadi pada bawang merah, cabai, dan daging. Berdasarkan pantauan di beberapa pasar tradisional di Palembang, harga cabai naik hingga Rp10.000, bawang merah naik Rp20.000, dan daging ayam naik Rp8.000.
Harga cabai merah kalau sebelumnya Rp30.000 per kilogram naik menjadi Rp35.000 hingga Rp40.000 /kg.
Edi, pedagang di Pasar Lemabang, mengatakan, kenaikan harga sudah terjadi seminggu sebelum bulan puasa. “Kita tidak tahu penyebabnya kenapa naik, dari agennya memang sudah tinggi,” katanya.
Tak hanya pada cabai, bawang merah pun mengalami kenaikan dari Rp28.000 /kg menjadi Rp48.000 /kg. Kenaikan harga pangan, khususnya bawang merah ini, tentu membuat pedagang kecil tidak nyaman.
Suparman, pedagang di Pasar Kuto, mengatakan, harga naik sejak minggu ini. Kenaikan yang cukup signifikan itu berasal dari agen akibat suplai yang berkurang. Imbasnya, penjualan merosot tajam.
“Ya, biasanya beli 1 kg, berkurang menjadi setengah, yang setengah berkurang jadi seperempat,” katanya.
Menurutnya, bawang didapatkan dari Brebes, Jawa Tengah. Jenis bawang inilah yang paling diminati oleh masyarakat dibandingkan bawang impor yang juga dijualnya.
Dikatakannya, pedagang bawang di pasar tidak tahu kapan harga bawang akan kembali normal. Saat di kondisi normal, harga bawang bisa menyentuh Rp20.000 /kg.
Kenaikan harga bawang yang begitu drastis ini tentu saja menimbulkan berbagai masalah. Bagi konsumen, kenaikan harga komoditas ini terasa begitu menyiksa, terutama kalangan masyarakat bawah. Sulit mengurangi pembelian bawang karena ini merupakan bumbur dapur yang wajib ada setiap hari.
Salah seorang konsumen, Suryati, mengaku terkaget-kaget mengetahui harga bawang dan cabai yang meroket.
“Biasanya tidak semahal ini. Mungkin karena akan puasa, harga jadi mahal semua,” ujarnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatra Selatan Permana, mengatakan, permasalahan kenaikan harga kebutuhan pokok memang dipicu oleh tingginya permintaan masyarakat.
“Permintaan meningkat karena konsumen enggan beralih ke komoditas substitusi,” katanya.
Ia mencontohkan bawang merah. Sudah tahu harganya naik terus, beralihlah ke bawang goreng, yang banyak dijual di pasaran. Toh, fungsinya sama, sebagai pengharum masakan. “Fungsinya kan tetap sama, tapi bentuknya berbeda,” ujarnya.
Sedangkan untuk cabai, mumpung harganya belum melonjak, konsumen disarankannya membeli dalam jumlah yang cukup lalu menggilingnya. Kemudian disimpan di lemari pendingin agar tahan lebih lama. Jadi, begitu harga cabai melonjak, konsumen sudah punya persediaan.
“Sayangnya di Sumsel, masyarakat terbiasa membeli bawang dan cabai yang masih utuh. Stok yang terbatas membuat harganya tinggi. Mau tidak mau konsumen tetap membelinya,” terangnya. #pitriatiningsih