LRT, Ikon Masa Depan Sumsel-

1Palembang, BP-Pembangunan kereta cepat ringan atau light rail transit (LRT) di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan merupakan yang pertama di Indonesia. Selain menjadi ikon dan meningkatkan nilai jual daerah, LRT diyakini akan mengubah kultur masyarakat Palembang menjadi lebih disiplin apabila dikelola secara profesional.
Pakar transportasi publik Universitas Trisakti Dr Yayat Supriyatna mengatakan, pembangunan LRT di jantung Kota Palembang menyebabkan masyarakat terdampak secara sosial budaya dalam kesehariannya, bahkan sejak pengerjaannya. Kemacetan yang disebabkan pembangunan ‘sepur di pucuk’ tersebut membuat keseharian masyarakat pun berubah.
“Orang Palembang sudah kena (dampak-red) strukturnya. Karena di jalur reguler sudah macet, perilaku masyarakat berubah jadi mencari jalan pintas agar terhindar dari kemacetan. Masyarakat juga jadi berangkat lebih cepat dari sebelumnya agar tidak terlambat sampai tujuan karena macet. Ini merupakan cara pandang masyarakat dengan yang baru. Namun ini baru bagian kecil dari struktur yang membangun kultur,” ujarnya dalam diskusi Bangga Jadi Wong Sumsel ‘Kupas Tuntas LRT’ di Hotel Arista Palembang, Sabtu (4/6).
Ia mengungkapkan, selama ini transportasi publik di Indonesia selalu memiliki imej yang buruk di mata masyarakat. Ketidakpastian waktu, ketidaknyamanan, dan ketidakamanan transportasi publik membuat masyarakat memilih transportasi pribadi dibandingkan transportasi publik.
“Namun dibangunnya LRT, dapat ‘ngewongke’ atau memanusiakan masyarakat sehingga mereka merasa mendapatkan pelayanan yang maksimal. Dengan catatan, LRT harus dikelola dengan baik, profesional, dan mengedepankan aspek sosialnya,” tambahnya.
Beberapa dampak akan muncul dari pembangunan LRT ini. Secara ekonomi, daya tarik Sumsel pun akan meningkat. LRT akan menjadi city branding atau ikon kota dan meningkatkan nilai jual karena menjadi yang pertama di Indonesia. Investor akan lebih memilih Palembang ketimbang kota besar lainnya, karena adanya LRT yang meminimalisir kemacetan.
Selain itu, pembangunan LRT pun akan memunculkan reformasi transportasi perkotaan. Agar LRT tidak mematikan jenis transportasi lain seperti angkot dan bus kota, pemerintah daerah memiliki pekerjaan rumah untuk mengubah jalur trayek dan mensinergikannya dengan LRT.
“LRT akan menjadi tulang punggung jaringan transportasi antarmoda di Palembang. Rerouting dan sinergi antarmoda di sini menjadi sangat penting. Di setiap stasiun LRT harus ada terminal moda transportasi lain yang menghubungkan stasiun dengan daerah tujuan lain yang tidak terjangkau oleh LRT. Jangan sampai nanti di stasiun LRT, penumpang malah ditunggu oleh ojek, becak, dan yang lainnya. Pembentukan sistem layanan baru menjadi krusial,” tutur Yayat.
Oleh karena itu, pola kerja sama pengembangan transit oriented develompent (TOD) menjadi penting. Selain mengatur sistem transportasi antarmoda, dengan TOD yang tepat, tata ruang kota akan menjadi lebih rapi, tidak semrawut, dan potensial menghasilkan sumber pendapatan lain.
Yayat menjelaskan, TOD merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan masal seperti LRT dengan moda transportasi lainnya yang dilengkapi jaringan pejalan kaki atau sepeda.
Kawasan yang berada di zona TOD akan menjadi konsentrasi pembangunan kota yang baru. Namun sebelumnya, Pemko Palembang pun harus memperkuat peraturan zonasi dan menyusun perda tata ruang yang disesuaikan dengan adanya LRT.
Seperti yang mulai dilakukan di Jakarta dan telah diterapkan di beberapa kota besar di dunia seperti di New York, Seoul, dan Tokyo. Zona TOD menjadi kawasan yang ketat akan peraturan, namun mendatangkan keuntungan bagi siapa pun yang memiliki wilayah di sana.
Di zona TOD, pemerintah bisa membangun beberapa bangunan fasilitas umum seperti rumah susun, mal, apartemen, atau fasilitas umum lainnya.
Setelah LRT nantinya mulai beroperasi, Yayat mengatakan, adalah momen perubahan budaya yang terjadi di masyarakat. Perubahan sistem pembayaran dari tiket kertas menjadi kartu, keberangkatan kereta yang terjadwal akan memaksa masyarakat agar lebih disiplin.
“Perubahan perilaku ini seperti yang terjadi di Jabodetabek dengan adanya Commuter Line PT KAI mampu mengubah kultur. Esensi daya tarik membangun transportasi umum adalah ‘ngewongke’ penumpang. Perilaku masyarakat dibangun oleh sistem transportasi menjadi lebih disiplin, dan pengelolaannya pun menjadi lebih profesional dan tertata,” tambahnya.
Sementara itu, Gubernur Sumsel H Alex Noerdin mengatakan, sebelum memulai pengerjaan LRT, pihaknya sudah merancang sistem TOD dan integrasi antarmoda. Berdasarkan studi lalu lintas yang sudah dilakukan, Alex menuturkan, lalulintas Palembang akan grandlock pada 2019 mendatang bila tidak ada penambahan ruas jalan atau tidak mengurangi intensitas volume kendaraan.
“Sembari menambah ruas jalan-jalan baru, kami pun berupaya mengurangi intensitas volume kendaraan di jalan dengan membangun transportasi massal baru, LRT ini. Untuk mengurai kemacetan dan kesemrawutan ini membutuhkan satu tindakan berani, kalau tidak kemarin tidak berani mengambil momen untuk meminta dukungan kepada Presiden, sampai kapan pun LRT ini tidak akan bisa dibangun di Palembang,” tuturnya.
Selain menghindari macet total tersebut, LRT pun menjadi salah satu infrastruktur penting demi penyelenggaraan Asian Games 2018. Para atlet, undangan, dan ofisial, nantinya tidak perlu turun ke jalan untuk mencapai Jakabaring Sport City (JSC). Cukup mendatangi stasiun LRT di bandara, dalam hitungan menit sudah sampai di JSC tanpa harus macet-macetan.
Dengan sistem TOD, nantinya LRT akan terintegrasi dengan Transmusi dan angkutan kota lainnya. Fasilitas umum dan bangunan lainnya yang dilintasi jalur LRT pun, tanpa disuruh, akan mempercantik untuk menarik para penumpang menikmati perjalanan mereka.
“Bangunan direnovasi, dicat ulang jadi lebih bagus, lampu diperbanyak. Ini dampak motivasi yang langsung muncul saat LRT sudah beroperasi nanti,” jelasnya.
Untuk kemacetan yang disebabkan oleh pembangunan ini, Alex berujar, masyarakat tidak perlu khawatir kemacetan akan terjadi hingga pembangunan usai pada 2018 mendatang. Karena apabila dalam satu titik pembangunan selesai, seng-seng yang menutupi area konstruksi akan dibuka, serta jalan yang rusak pun akan segera diperbaiki.
“LRT adalah transportasi yang high end technology. Pakai listrik agar selain ramah lingkungan, perawatannya pun lebih murah dibandingkan dengan diesel. Jalur LRT JSC-Bandara SMB II ini adalah koridor I. Nanti selepas Asian Games akan dibangun tiga koridor lainnya yang akan menyambungkan daerah lain di Palembang untuk terintegrasi,” tandasnya. # idz



Leave a Reply