- June 10, 2016
- Posted by: admin
- Category: Berita
Palembang, BP-Fenomena harga daging meroket selama bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri jamak di negeri ini.
Para pedagang yang tidak bertanggung jawab sering memanfaatkan kondisi tersebut dengan menjual daging murah namun kualitasnya tidak layak konsumsi, baik dikarenakan kondisi daging yang sudah rusak atau adanya campuran zat berbahaya. Untuk itu perlu trik khusus agar konsumen tidak salah dalam membeli daging.
“Kita tidak bisa pungkiri itu, tinggal bagaimana kita harus jeli. Kita tahu sendiri makanan berformalin bisa memicu penyakit liver dan juga kanker,” ujar DR Dr Zulkhair Ali, SpPD, K-GH, FINASIM saat dibincangi BeritaPagi, Kamis (9/6).
Sambung Zulkhair, diakui memang efeknya jangka panjang, seperti halnya merokok dan minum minuman keras. Itulah kenapa masyarakat kadang mengabaikan. Oleh karena itu, perlu lebih jeli dalam mengkonsumsi makanan, baik itu makanan jadi atau pun membeli daging di pasar tradisional.
Bicara mengenai makanan jadi, masyarakat jangan sampai tergoda dengan harga yang murah tapi pilihlah yang harga yang normal. Jangan sampai karena murah justru menjadi benih penyakit.
“Kadang yang ditakutkan masyarakat kalau ketika makan atau minum langsung pingsan, jadi efeknya spontan. Nah ini jangka panjang, tapi efeknya berat yakni liver dan kanker,” kata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Sumsel ini.
Menurutnya, boraks merupakan bahan kimia yang banyak dipergunakan untuk industri kertas, pengawet kayu, pengontrol kecoa dan industry keramik. Di masyarakat luas, boraks sering disalahgunakan sebagai bahan tambahan makanan untuk pembuatan kerupuk, mie basah, lontong, bakso dan produk makanan lainnya. Akibat mengonsumsi makanan yang mengandung boraks, lama-kelamaan akan terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan testis.
Asam borat (H3BO3) merupakan asam organik lemah yang sering digunakan sebagai antiseptik, dan dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat (H2SO4) atau asam khlorida (HCl) pada boraks. Asam borat juga sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater.
“Nah kalau formalin atau formaldehyde itu adalah zat yang tidak berwarna, mudah terbakar, namun memiliki bau yang sangat menyengat. Formalin biasa digunakan sebagai bahan untuk cairan pembersih dan juga digunakan juga dalam pembuatan perkakas rumah tangga, furniture, atau kayu lapis. Bahan perekat seperti lem juga menggunakan formalin untuk membuatnya. Formalin juga digunakan untuk bahan desinfektan, fungisida dan germisida,” jelasnya.
Menurutnya, kalau mau membeli daging di pasar lihat warna daging tersebut. Daging yang masih segar berwarna merah segar, tidak pucat dan kotor. Untuk warna daging sapi lebih gelap dan domba lebih berwarna putih.
Tekstur daging lebih kenyal, apabila ditekan sedikit maka akan kembali ke bentuk semula. Pemakaian bahan pengawet seringkali membuat daging busuk menjadi kenyal, namun untuk daging yang diberi zat tertentu akan kenyal dan mendekati keras.
Kemudian, aroma yang khas. Daging sapi yang masih segar akan berbau khas sapi, apalagi daging domba, sedangkan daging yang busuk akan berbau busuk atau apabila menggunakan zat tertentu daging tidak berbau atau berbau zat lain, dan tidak adanya lalat di sekitar daging.
“Nah, jangan salah kadang kita menghindari daging sapi atau ayam yang ada lalat, justru itu yang sehat karena yang berformalin itu lalat tak akan menempel,” pungkasnya.