Perbankan Syariah Masih Tertinggal

2Palembang, BP –Pertumbuhan industri perbankan syariah masih mengalami perlambatan. Kondisi ini dipengaruhi minimnya ketertarikan masyarakat menggunakan jasa perbankan syariah. Market share saat ini berada di bawah 5 persen dan harus ada upaya yang cepat untuk mengembangkan sektor usaha.
 
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional VII Sumatera bagian Selatan Lukdir Gultom mengatakan, perbankan syariah masih kesulitan untuk menembus angka lima persen.  Melihat perkembangan dua tahun terakhir, ada dua poin hambatan perbankan syariah pertama dari sisi eksternal dan yang kedua dari internal perbankan syariah itu sendiri.
 
Dari eksternal kondisi perekonomian sedang menurun yang mengakibatkan beratnya industri untuk melakukan ekspansi dan kinerja nasabah existing pun menurun. alu dari internal, perbankan syariah ikut terpengaruh dengan adanya menurunnya kondisi ekonomi karena portofolio UMKM kinerjanya turun.
 
Sedangkan bank syariah sangat erat kaitannya dengan UMKM. Selain itu, perbankan syariah saat ini masih dalam tahap konsolidasi. Adanya kedua fakor tersebut menjadikan saat ini merupakan waktu yang tepat bagi perbankan syariah untuk berbenah. Penutupan beberapa jaringan kantor syariah dikarenakan peningkatan efisiensi, perubahan strategi bisnis, dan remapping untuk penyesuaian model bisnis.
 
Melihat kondisi ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumsel meminta sejumlah perbankan syariah untuk giat menyosialisasikan kepada masyarakat mengenai manfaat dari ekonomi syariah. Perlu ditingkatkan edukasi, promosi dan kampanye kepada masyarakat secara luas untuk mendongkrak share perbankan syariah.
 
Jika sudah dilakukan, pihaknya optimis dapat meningkatkan market share dan pertumbuhan perbankan syariah. Sebab potensi pasar perbankan syariah masih cukup besar. Selain itu, jumlah masyarakat yang belum bankabel juga masih banyak dan itu bisa digarap perbankan syariah. Memang masih kalah dibandingkan konvensional.
 
“Tapi dengan terus dilakukan pengembangan di berbagai sisi, diharapkan perbankan syariah juga menjadi pilihan untuk bertransaksi,” terangnya.
 
Berdasarkan data OJK per Desember 2015, industri perbankan syariah terdiri dari 12 bank umum syariah (BUS), 22 unit usaha syariah (UUS) yang dimiliki oleh bank umum konvensional dan 163 BPRS.
Saat ini industri perbankan syariah memiliki total aset sebesar Rp296,262 triliun, pangsa pasar BUS dan UUS sebesar Rp4,87 persen. Sedangkan untuk total pembiayaan Rp212,996 triliun dan dana pihak ketiga sebesar Rp231,175 triliun.
 
Terpisah, Direktur Bisnis, Mikro dan Konsumer BRI Syariah, Erdianto Sigit mengatakan, jika dibandingkan perbankan konvensional, market share syariah relatif memang masih kecil. Sebab, bank syariah belum banyak dan keberadaannya relatif masih baru.
 
Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK) pertumbuhan masih bagus. Pertumbuhan pembiayaan bagi perbankan syariah kecil biasanya terbentur besarnya modal yang dibantu induknya. “ Tapi, khusus untuk yang sudah besar seperti BRI syariah tidak ada kendala,” terangnya.
 
Dikatakan, BRI syariah sendiri sudah memiliki kompetensi menggarap pasar mikro, sehingga mempermudah ekspansi di segmen tersebut. “Fokus bisnis kami antara lain terus memperbesar penyaluran pembiayaan mikro. BRI Syariah melihat peluang bisnis pada sektor tersebut masih sangat besar,” katanya.
Dia mengatakan, jika melihat potensi pertumbuhan pembiayaan mikro, pihaknya merasa optimis di tahun ini akan mampu melampaui realisasi tahun lalu. Dimana mengacu pada 2014 -2015, pertumbuhan pembiayaan mikro di BRI Syariah dapat tumbuh hingga 400 persen. “Optimisme kami didukung dengan sudah adanya  271 unit syariah yang tersebar di seluruh Indonesia,” katanya.
 
Pimpinan BNI Syariah Palembang, Nirwan Purnama mengungkapkan, perlambatan pertumbuhan syariah saat ini menyikapi pertumbuhan makro ekonomi. Semua pelaku usaha termasuk bank syariah meresponnya dengan hati-hati. “Dari sisi pembiayaan pilihannya adalah menyeimbangkan antara ekspansi dengan kualitas pembiayaan,” katanya.
 
Artinya, ekspansi dilakukan dengan tetap menjaga kualitas yang sudah diisyaratkan OJK. Untuk target pertumbuhan sendiri tentunya diarahkan lebih positif. “ Minimal bias sama dengan pertumbuhan ekonomi di Sumsel,” katanya.
 
Nirwan mengungkapkan, pihaknya optimis dan yakin bahwa potensi pengembangan pasar syariah akan lebih baik kedepannya. Untuk memaksimalkan kinerja, pihaknya senantiasa melakukan sharing dengan nasabah.
 
Sharing ini bersifat dua arah. Satu sisi kami memberikan coaching dan edukasi lewat costumer gathering dengan mengundang narasumber sesuai bidangnya. Sisi lain, kami juga sharing dari nasabah terkait kondisi usaha mereka, sehingga komunikasi dua arah ini sangat efektif,” katanya.
 
BNI Syariah sendiri mengklaim sektor DPK secara proposional sudah lebih dari 30 persen. Sedangkan untuk pembiayaan diproyeksikan bias tumbuh positif pada akhir Juni ini.
 
Sementara itu, data Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Sumsel mencatat DPK perbankan syariah pada Februari 2016 mengalami pertumbuhan sebesar 12,04 persen (yoy). Begitu pula dengan pembiayaan yang tumbuh 6,86 persen (yoy). Artinya pasar perbankan syariah masih memilih potensi besar untuk dapat berkembang. #ren



Leave a Reply