- April 12, 2018
- Posted by: admin
- Category: Berita
No Comments
Sungaikeruh, BP–Kebudayaan di Kabupaten Musi Banyuasin masih kental dan sarat nilai yang terus dilakukan masyarakat setiap tahun. Seperti tradisi perayaan Sedekah Rami (Bumi) yang dilakukan Masyarakat Desa Kertayu, Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin, Rabu (11/04/2018).
Sedekah bumi ini merupakan bagian dari rasa bersyukur masyarakat setempat kepada yang maha kuasa atas rezeki yang telah di limpahkan pada masyarakat, dan berdoa untuk menjauhkan musibah, memohon kepada Allah.
Sejak pagi, terlihat rasa kebersamaan dan kekeluargaan masyarakat Desa Kertayu yang di sibukkan dengan berbagai persiapan sedekah rami. Tak ubah seperti hari raya, setiap rumah bersuka cita membakar lemang dan saling memberi.
Sebelum memasuki acara puncak yakni berebut lemang, masyarakat desa maupun wisatawan yang datang melakukan ziarah terlebih dahulu ke Makam Keramat Puyang Burung Jauh di Desa Kertayu.
Setelah ziarah selesai dilakukan, sekitar pukul 14.00 WIB masyarakat berkumpul di rumah juru kunci makam Tarmizi untuk berebut lemang yang merupakan hasil dari buatan masyarakat Desa Kertayu sebagai simbol mengambil keberkahan
Plt Bupati Muba Beni Hernedi yang ditemani sang istri turut hadir prosesi adat tersebut mengucapkan terimakasih kepada masyarakat desa Kertayu yang tetap mempertahankan tradisi yang sudah lama berjalan secara turun-temurun.
“Pemkab Muba menyambut kegiatan adat sedekah rami yang dilaksanakan setiap tahun sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dan melestarikan budaya khas Muba”, katanya
Dalam upaya membangun dan mempertahankan tradisi sedekah rame Beni menjanjikan akan membangunkan gedung baru balai adat budaya Kertayu sehingga tempat pelaksanaan pembagian lemang lebih representatif.
sementara itu Tarmizi tokoh masyarakat desa kertayu mengatakan sedekah rame rutin dilaksanakan sebagai tradisi untuk menghindari balak dan sebagai rasa syukur (berkah) pasca panen.
Untuk kepengurusan berikut
“Sedekah bumi identik dengan lemang, makanan khas terbuat dari ketan yang dibakar menggunakan bambu. Ini tradisi kami turun temurun, sebagai bentuk ucapan syukur atas nikmat Allah terhadap hasil panen,” ujarnya. #arf