- November 24, 2023
- Posted by: Eko Adjis
- Category: Berita
Dalam suasana yang mendalam, hutan Alas Purwo dari Banyuwangi, Jawa Timur, menggambarkan relasi antara mikrokosmos dan makrokosmos, dunia gaib dengan alam nyata, serta ikatan manusia dengan Tuhan. Cerita legenda ini diusung oleh Sanggar Tari Swargaloka, memberikan perspektif mistis yang tak pernah lekang oleh waktu.
Pertunjukan yang digelar di Gedung Kesenian Wayang Orang, satu-satunya di Jakarta, menarik perhatian dengan kapasitas 200 tempat duduk yang terasa penuh sesak oleh penonton yang antusias.
Dibawakan oleh sutradara Bathara Saverigadi Dewandoro, panggung ini menghadirkan perpaduan musik dan gerak sebagai medan kompleks untuk mengaktualisasikan nilai artistik, imajinasi, kreasi, dan simbolisasi yang mendalam.
Dosen Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Endang Mariani, M.Psi, mengomentari pertunjukan tersebut sebagai perpaduan filosofi hidup-mati yang kuat. “Matinya adalah cara mengakhirinya. Luka yang tak pernah hilang,” ujarnya, memberikan wawasan mendalam tanpa kesan menggurui.
Magisnya suasana pertunjukan membangun penghormatan kepada tahta tertinggi hutan Alas Purwo, diwarnai oleh dialog tawar-menawar dan sentuhan canda yang menusuk. “Seperti itulah kehidupan. Kadang menertawakan dan ditertawakan,” tambah Endang.
Dosen Tari Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Maria Darmaningsih, SST, menyampaikan rasa bangganya atas kreativitas anak-anak muda Swargaloka. Eyang Anjar Purwani dari Sanggar Tari Kusuma menyebut pertunjukan sebagai “spektakuler dan luar biasa,” dengan pesan moral sebagai peringatan untuk generasi muda.
Dr. Nungki Kusumastuti, seorang seniman tari dan dosen, memberikan apresiasi terhadap kreativitas anak-anak muda Swargaloka, menyatakan bahwa karya “Ratapan di Timur Tanah Jawa” menggambarkan keberanian dan kemampuan khusus.
Pemain utama, Reni Wiritanaya sebagai Jelita dan Okvalica Harlis Natasya sebagai arwah Dara, berhasil menghipnotis penonton dengan kehebatan vokal dan akting yang luar biasa. Didukung oleh para penari Ksatria (IMB), Lima Pandawa (IGT), dan Swargaloka School of Dance.
Berbagai tokoh kreatif seperti Sutradara Bathara Saverigadi, Penulis Naskah Aryo Dimas, Penata Tari Bathara Saverigadi, dan Chikal Mutiara Diar turut serta menghidupkan panggung. Penata Musik Merak Brawa W dan Bagaskoro Putro, Penata Busana Yani Wulandari, serta Penata Rias Denta Sepdwiansyah Pinandito memberikan sentuhan profesionalisme pada keseluruhan pertunjukan.
Produser Dandy Febrianto Prakoso dan Eksekutif Produser Suryandoro dan Dewi Sulastri menyatakan kegembiraan melihat antusiasme penonton. Swargaloka Foundation berkomitmen untuk terus mengembangkan potensi dan peluang yang ada.
“Terima kasih atas atensi, dukungan, dan apresiasi dari semua pihak. Langkah selanjutnya, kami berharap dukungan lebih lanjut agar karya musikal penuh pesan moral ini dapat diapresiasi dan mengedukasi generasi muda,” ujar Suryandoro selaku Eksekutif Produser pertunjukan ini.
*Oleh Kelana Peterson*