Site icon Trijaya FM Palembang

Petani Masa Depan: Saatnya Anak Muda Ambil Peran

YOGYAKARTA — Di tengah krisis pangan global dan ancaman alih fungsi lahan pertanian, harapan justru lahir dari generasi muda Indonesia. Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menilai, keterlibatan anak muda merupakan kunci strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional berbasis kedaulatan dan kemandirian pangan.

Komitmen ini kembali ditegaskan dalam Youth Forum RRI Voice of Indonesia (VOI) bertajuk Agri Hustle Generation yang digelar di Yogyakarta, Senin (22/9/2025). Direktur Kewaspadaan Pangan NFA, Nita Yulianis, menyampaikan bahwa peran pemuda semakin vital di tengah tantangan besar yang dihadapi sektor pangan nasional.

“Kita tidak bisa lagi bergantung pada pola-pola lama. Anak muda harus hadir bukan sekadar sebagai penerus, tetapi sebagai agen perubahan yang membawa energi baru, ide segar, dan teknologi inovatif untuk mempercepat transformasi sektor pangan,” kata Nita.

Ia mengingatkan bahwa dengan proyeksi penduduk Indonesia mencapai 318,96 juta jiwa pada 2045, dibarengi tekanan penurunan produktivitas dan alih fungsi lahan, perubahan iklim, serta tingginya angka susut dan sisa pangan (SSP), tantangan dalam mewujudkan ketahanan pangan semakin kompleks jika tidak diantisipasi sejak dini.

Menurutnya, Lumbung Pangan Nasional bukan sekadar cadangan pangan, melainkan fondasi bagi kedaulatan dan kemandirian bangsa yang harus dibangun bersama seluruh elemen, terutama generasi muda. Tahun ini, serapan gabah petani telah mencapai 2,99 juta ton, sementara stok BULOG tercatat sebesar 3,93 juta ton. Capaian ini menunjukkan upaya nyata pemerintah untuk menjadikan produksi dalam negeri sebagai tulang punggung ketahanan pangan nasional.

Dalam menjaga stabilitas harga dan pasokan, berbagai program turut dijalankan, di antaranya penyaluran beras SPHP yang telah mencapai 392 ribu ton sepanjang 2025, serta penyelenggaraan Gelar Pangan Murah di lebih dari 8.600 titik yang tersebar di 461 kabupaten/kota dan 36 provinsi. Di sisi lain, bantuan pangan beras untuk masyarakat rentan pada periode Juni–Juli 2025 juga telah mencapai 363 ribu ton dan akan terus dilanjutkan.

Diversifikasi pangan lokal juga menjadi perhatian penting. Menurut Nita, pengembangan pangan berbasis kearifan lokal dapat memperkuat ketahanan pangan nasional secara jangka panjang. Ia juga mengingatkan pentingnya edukasi tentang konsumsi pangan yang bijak, mengingat data susut dan sisa pangan di Indonesia masih tergolong tinggi.

Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, dalam pernyataan terpisah menegaskan bahwa pemberdayaan anak muda di sektor pangan tidak bisa lagi dipandang sebagai pilihan, melainkan kebutuhan strategis.

“Lumbung pangan nasional tidak akan terwujud tanpa keterlibatan anak-anak muda. Kita perlu menjadikan pertanian sebagai sektor yang memiliki value, modern, dan menjanjikan. Negara hadir lewat kebijakan, tapi perubahan nyata ada di tangan generasi penerus,” ujar Arief.

Ia juga menjelaskan bahwa NFA telah menyiapkan sejumlah program, seperti Cadangan Pangan Pemerintah, Lumbung Pangan Masyarakat (LPM), Rumah Pangan B2SA, pemanfaatan sarana dan prasarana rantai dingin, serta pengembangan pangan lokal. Seluruh program ini bertujuan menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan konsumsi pangan yang aman serta bergizi bagi seluruh lapisan masyarakat.

Dalam forum tersebut, pendiri Agradaya yang juga petani milenial, Asri Saraswati, mengungkapkan bahwa rendahnya minat anak muda untuk terjun ke dunia pertanian disebabkan oleh minimnya edukasi dan persepsi bahwa menjadi petani tidak menguntungkan. Menurutnya, sistem pendidikan di Indonesia belum mendorong anak muda untuk kembali ke desa dan terjun ke sektor pertanian secara utuh.

“Pendidikan pertanian di Indonesia selama ini hanya mengajarkan pertanian di lahan, padahal banyak aspek lain yang termasuk di dalamnya. Misalnya pengolahan tanaman centela untuk skincare, yang selama ini hanya dianggap rumput liar. Ini bukti bahwa hilirisasi produk menjadi kunci penting agar milenial dan Gen Z tertarik menjadi petani,” ujar Asri.

Forum ini turut dihadiri oleh Kepala RRI Yogyakarta Akhmad Suhartono, Wakil Direktur I Polbangtan Yogyakarta Magelang (YOMA) Endah Puspitojati, serta mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Institut Pertanian Stiper Yogyakarta, dan Polbangtan YOMA.

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Email: komunikasi@badanpangan.go.id
Telepon: 0877-8322-0455//Kelana Peterson