IMPLEMENTING RESTORATION PARTNERSHIPS BONN GERMANY 20-21 MARCH 2015

Ilustrasi
Ilustrasi

LATAR BELAKANG KEBERADAAN THE BONN CHALLENGE:
The Bonn Challenge (Tantangan Bonn) adalah suatu inisiatif restorasi tingkat internasional yang terbesar untuk merestorasi lanskap yang kritis. Targetnya pada Tahun 2020 untuk merestorasi 150 juta hektar tanah kritis, dan selaras dengan Deklarasi New York 2014 tentang Hutan, pada Tahun 2030 ditargetkan mencapai 200 juta hektar.  Forum ini diluncurkan pertama kali pada September 2011 dalam suatu acara pertemuan antara Menteri-Menteri Lingkungan Hidup  yang diselenggarakan oleh Pemerintah Jerman dan the International Union for Conservation of Nature (IUCN), yang didukung oleh organisasi Kemitraan Global The Global Partnership on Forest Landscape Restoration (GPFLR).
Pemimpin-pemimpin dari berbagai sektor menyerukan pemulihan 150 juta hektar tanah kritis pada Tahun 2020.  The Bonn Challenge ini dirancang sebagai sebuah wadah dalam mengimplementasikan beberapa eksisting dari komitmen internasional, khususnya bertujuan untuk reduksi emisi dari deforestasi, degradasi hutan dan lahan (REDD)serta (+) berupa kegiatan pengayaan stok karbon dan pelestarian/restorasi keaneka-ragaman hayati (REDD+) di bawah UNFCCC dan Target 15 CBD Aichi serta organisasi yang berkontribusi untuk pembangunan berkelanjutan dan yang menentang terjadinya degradasi hutan dan lahan.
Deklarasi New York 2014 tentang Hutan (the New York Declaration on Forests) yang disepakati pada KTT Iklim 2014 (the 2014 Climate Summit) suatu momentum yang mendorong secara global untuk restorasi lebih lanjut (the global momentum for restoration further). Momen tersebut disokong oleh lebih dari 100 pemerintah dunia, masyarakat sipil, dan organisasi masyarakat adat, termasuk perusahaan swasta. Dalam konteks ini, selaras dengan target The Bonn Challenge, sebagai tantangan dengan suatu ambisi dan pengakuan berdasarkan kebutuhan yang mendesak, perlunya suatu pernyataan untuk dikembangkannya kegiatan restorasi mencapai 200 juta hektar pada Tahun 2030.  Sampai sekarang,  The Bonn Challenge dengan komitmennya telah melestarikan lebih dari 50 juta hektar hutan dan lahan yang terdegradasi di Amerika Serikat, Ruanda,  El Salvador, Kosta Rika, the Brazilian Mata Atlantica Restoration Pact, Guatemala, Republik Demokratis Kongo, Uganda, Kolombia dan Ethiopia.
Target restorasi, dalam proses rekomendasi untuk mendapat tambahan seluas 10 sampai 13 juta hektar dari komitmen negara-negara Meksiko, Peru, Ekuador, Chili dan Program Regional Patagonica (the Regional Program of Conservacion Patagonica).  Dengan berbagai komitmen tersebut,  The Bonn Challenge adalah jalur yang benar untuk mencapai Target 2020. Namun, ambisi dan sukses tidak hanya diukur dari komitmen yang terbatas pada target jumlah hektar  saja, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana untuk mengimplementasikannya di lapangan.  Lebih lanjut didasari oleh target dan komitmen tersebut diperlukan upaya percepatan dengan aksi nyata, baik di negara-negara berkembang maupun di negara-negara maju dengan berbagai mitra pendukungnya, untuk pengembangan kegiatan restorasi.  Dengan ini, dalam perubahan yang transformatif yang sedang berlangsung, harus diambil suatu langkah-langkah yang penting untuk menciptakan lingkungan yang serasih.
Tujuan High Level Roundtable The Bonn Challenge_2,0:
Dalam rangka untuk menjaga momentum ini dan membangkitkan ambisi untuk restorasi lanskap, Pemerintah Republik Federal Jermandan Kerajaan Norwegia bersama dengan the International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan World Resources Institute (WRI) menyelenggarakan  The Bonn Challenge 2.0 High Level Roundtable.The Bonn Challenge sebagai suatu wadah internasional berperan untuk berkontribusi menjalin kemitraan global bagi pemulihan lanskap hutan, the Global Partnership on Forest Landscape Restoration (GPFLR).
Dari latar belakang tersebut di atas, maka tujuan diselenggarakannya High Level Roundtable The Bonn Challenge_2 adalah untuk:

  1. Mengetahui kemajuan yang telah dicapai sejak peluncuran The Bonn Challenge 2011, sebagai pengakuan terhadap suatu kontribusi restorasi lanskap hutan yang akan membangun tujuan ganda antara kepentingan sosial dan lingkungan, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, membatasi hilangnya keanekaragaman hayati, mempromosikan pembangunan berkelanjutan dan menghasilkan manfaat di tingkat lokal, nasional dan internasional;

 

  1. Mempublikasikan suatu komitmen baru, kebijakan, perencanaan dan langkah-langkah lain yang relevan untuk memperdalam dan memperkuat restorasi lanskap hutan di seluruh dunia;

 

  1. Menjajaki peluang untuk menciptakan dan melaksanakan idea dan kreasi baru “Kemitraan Implementasi Restorasi Lanskap”, kemitraan yang variatif, dimana aktor pemerintah dan sektor swasta yang belum pernah ambil bagian diundang untuk berasosiasi pada komitmen The Bonn Challenge dan the New York Declaration untuk berkontribusi dalam implementasi restorasi lanskap.

 
TUJUAN
 
Tujuan dari berpartisipasinya Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan pada Forum High Level Round Tabel Implementasi Restorasi Lanskap The Bonn Chalangge 2.0 adalah untuk:
 

  1. Mengekspos dan mengakseskan Model Ekoregion Sumatera Selatan pada jaringan internasional dalam kegiatan restorasi lanskap sebagai implementasi dari Deklarasi New York pada KTT Iklim 2014 (the 2014 Climate Summit);

 

  1. Mencari peluang dukungan kemitraan global dari berbagai pihak dalam kegiatan penurunan emisi nasional terkait kegiatan REDD+ dan restorasi lanskap berkelanjutan;

 
Memberikan semangat bagi para stakeholder yang melakukan kemitraan bahwa Model Ekoregion di Sumatera Selatan mendapat pengakuan secara internasional
PESERTA
The Bonn Challenge akan dibangun seperti halnya the 2009 London Challenge yang diselenggarakan oleh Inggris dan IUCN dan the 2005 Petropolis Challenge yang diselenggarakan oleh Brasil, Inggris dan IUCN.  Peserta atau partisipasi dalam Diskusi Tingkat Tinggi ini adalahmenteri-menteri dari beberapa negara, kepala daerah yang telahmenunjukkan kepemimpinan dalam permasalahan hutan dan lingkungan, atau yang telah membuat komitmen yang signifikan, dan juga beberapa Organisasi/Badan Internasional, Non Government Organization (NGO), dan Chief Executive Of­ficers (CEO) dari Perusahaan Swasta bertaraf internasional.
Delegasi dari Sumatera Selatan berdasarkan Surat Undangan dari The Federal Republic of Germany Ministry of the Environment, Nature Conservation, Building and Nuclear Safety; (Dr. Barbara Hendricks) Tanggal 26 Februari 2015, adalah:
 

  1. Gubernur Sumatera Selatan H. Alex Noerdin, sebagai Pimpinan Delegasi Provinsi Sumatera Selatan.
  2. Staf Khusus Gubernur Sumatera Selatan Bidang Perubahan IklimDr. Najib Asmani sebagai Pendamping.

 
Peserta-peserta lainnya berasal dari Kementerian Lingkungan dari berbagai negara, Badan Internasional dan NGO yang mempunyai aktifitas  restorasi lanskap dan hutan serta perubahan iklim, serta CEO dari beberapa perusahaan skala internasional yang berkomitmen untuk konservasi dan restorasi hutan.  Negara peserta yakni:
 

No. Asal No. Asal
01. Jerman 16. China
02. Norwegia 17. Kolumbia
03. IUCN 18. Kongo
04. WRI 19. Meksiko
05. Indonesia (Sumatera Selatan) 20. Kosta Rika
06. USA 21. Elsavador
07. CBD 22. Etiopia
08. UNCCD 23. Guatemala
09. GEF 24. Indonesia
10. Komisi Eropa 25. Liberia
11. Human Right Foundation 26. Korea
12. WWF 27. Ruwanda
13. Asia Pulp Paper (APP) 28. Barclays Bank
14. Kanada 29. Swedia
15. Brazil

 
 
KESIMPULAN KONFRENSI:
 

Menteri Lingkungan Hidup dari seluruh dunia yang hadir pada The Bonn Challenge telah menyatakan ada kemajuan yang signfikan tentang restorasi lanskap dan hutan;  Sejak Tahun2011, negara-negara yang tergabung dalam forum ini telah berpartisipasi merestorasi lebih dari 60 juta hektar hutan dan lanskap dari          150 juta hektar target restotasi global Tahun 2020, dan tambahan 200 juta hektar target Tahun 2030;  Pemulihan hutan bertujuan secara simultan tentang perubahan iklim untuk mengurangi polusi karbon di atmosfer, kepunahan spesies,  meningkatkan ketahanan pangan, memperkuat ekonomi, menolong kehidupan jutaan orang, dan idea besar mengurangi kemiskinan; Kegiatan restorasi tidak hanya mengurangi emisi tapi harus aktif menghapus karbon dari atmosfir.
 
Laporan dari A New Climate Economy Analysis pada tahun lalu menunjukkan bahwa dengan melestarikan hutan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Target restorasi hutan seluas 350 juta hektar pada 2030 dapat menghasilkan pendapatan bersih sebesar USD 170 miliar per tahun dari kegiatan konservasi dan restorasi DAS, peningkatan produktivitas panen berbagai tanaman pertanian dan hasil hutan; Bila restorasi seluas 150 juta hektar tercapai dapat mendatangkan pendapatan lebih dari USD 85 miliar per tahun bagi perekonomian nasional dan lokal, dan menghasilkan tambahan sebesar USD 6 miliar dari panen berbagai tanaman, sekaligus mengurangi emisi CO2 sekitar 11-17 persen.
 
Model bisnis baru akan bermunculan muncul dengan pemahaman teknis yang lebih dalam untuk mendorong minat kemitraan, yang belum pernah terjadi sebelumnya, antara pemerintah dengan sektor swasta dan masyarakat; The Bonn Challenge mendukung program-program nyata di tingkat regional, yang mempunyai kesamaan lanskap dan budaya, dengan dukungnan pendanaan dari pihak swasta dan publik untuk restorasi lanskap di seluruh dunia.
 
Komitmen dari negara dan organisasi internasional (Key Donor)  akan meningkatkan dukungan  bagi restorasi global. Dukungan restorasi akan bermunculan dari sumber-sumber sektor swasta; The restoration activities of Initiative 20×20 akan mendukung melalui Penyandang Dana bilateral dan multilateral mencapai $365 juta USD “Dunia menyadari bahwa restorasi lanskap hutan menawarkan kontribusi untuk mengatasi beberapa tantangan global kami, seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati, ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi,”The Bonn Challenge“ tidak hanya sekadar penanaman pohon, tetapi juga terhadap  isu-isu yang mendesak untuk generasi sekarang dan generasi masa depan”.
 
Peserta Konferensi mengumumkan rencana untuk meluncurkan serangkaian inisiatif dan kemitraan untuk restorasi hutan;  El Salvador ingin memulai kemitraan di Amerika Tengah dan akan menjadi tuan rumah Konferensi regional untuk memulai kegiatan (kick-off); Di Afrika, Ethiopia dan Liberia melakukan inisiatif the Great Green Wall Initiative yang bertujuan untuk mencegah penyebaran Sahara dengan memulihkan hutan; Di Asia Tenggara pada gilirannya (“termasuk Provinsi Sumatera Selatan”) ada ide untuk memperluas kerjasama antara pemerintah dan perusahaan pada restorasi hutan; Tantangan Bonn melihat dirinya sebagai platform untuk tindakan yang mendukung kegiatan ini dan membawa bersama mitra di sekitar gagasan “belajar dari satu sama lain – mendapatkan hal dilakukan bersama-sama” “learning from each other – getting things done together”.


Leave a Reply