Palembang Masih Sulit Hujan Hingga 16 Oktober

palembangPalembang, BP-Prakira Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang tentang hujan berubah. Berdasarkan data terbaru yang dikeluarkan BMKG, graifik presipitasi atau mampu curah hujan di Palembang hingga 16 Oktober yakni 16,9 milimeter.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG SMB II Palembang Agus Santosa menjelaskan, Kota Palembang dan sekitarnya masih sulit hujan hingga pertengahan Oktober berdasarkan hasil prakira yang terbaru.
Awan dengan potensi menumpahkan hujan hingga 5 mm/hari diperkirakan turun di utara Sumsel, yakni Provinsi Jambi, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, hingga Aceh.
“Subuh tadi (kemarin-red), turun hujan secara acak di beberapa kawasan di Palembang. Namun seperti kemarin, udara kering yang disebabkan oleh kabut asap menyebabkan awan cepat menguap. Jadi intensitasnya rendah dan hanya sebentar,” jelasnya.
Berdasarkan pantauan satelit MODIS Aqua/Terra, tersisa empat titik api di Sumsel pada pukul 16.0, kemarin. Meski begitu kabut asap yang menyerang sebagian besar Kota Palembang cukup pekat.
Penerbangan pun masih terganggu pada sore hari karena jarak pandang rendah yang hanya 500 meter. Dua pesawat dari Jakarta mengalamai return to base, dan tiga delay dalam kategori lebih dari satu jam.
Sementara itu, Komandan Satgas Bencana Asap akibat Karhutlah Danrem 044/GAPO Kolonel Infantri Tri Winarno mengatakan, pihaknya akan memadamkan lebih intensif lagi atas hotspot yang ada.
“Kita membuat langkah-langkah yang lebih efektif. Diharapkan dengan langkah-langkah ini pemadaman hotspot bisa lebih cepat,” katanya.
Langkah-langkah tersebut yakni dengan operasi pemadaman darat dengan mengerahkan personil TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, pihak perusahaan, relawan dan masyarakat sekitar. Di jalur darah, pihaknya mengerahkan pesawat Cassa dan Air Tractor, bersama tujuh helikopter dari BNPB.
Helikopter yang ada di Palembang akan di redisposisi ke Cengal dan Muara Medak, serta beberapa desa lain yang terpantau asap untuk mengefektifkan pemadaman.
“Kita minta bantuan aparat desa dari kecamatan hingga kelurahan. Harapan kita ini dapat memperkecil dan menghilangkan titik api,” terangnya.
Tri menjelaskan, lahan gambut saat ini masih berpotensi terbakar karena api sudah masuk ke dalam lahan gambut hingga kedalaman delapan meter. Diakuinya, saat ini luasan kebakaran terus meningkat sehingga paskan pemadaman tidak bisa mencapainya melalui operasi udara.
Pihaknya mengoptimalkan operasi darat dalam operasi pemadaman tersebut. Diakuinya saat ini keseluruhan personil ada 1.068 TNI, 489 Kodam, 200 Brimob Mabes PolrI dan Brimob Polda berkekuatan 300 orang sudah dikerahkan.
“Dinas kebakaran daerah setempat juga sudah diterjunkan,” ucapnya. Terkait penegakan hukum, kata Tri, sudah dilakukan oleh Polda Sumsel. Tercatat ada 34 kasus yang sedang diproses hukum.
Ia menuturkan hotspot di Sumsel terus mengalami naik dan turun jumlahnya. Kebakaran lahan banyak terjadi di lahan gambut, namun juga terjadi di lahan mineral. Oidz
 
 



Leave a Reply