- April 28, 2016
- Posted by: admin
- Category: Berita
Labuan Bajo, BP-Labuan Bajo “Komodo” Flores, NTT tampaknya akan semakin bersinar dalam peta pariwisata Indonesia. Progres pengembangan destinasi dengan konsep 3A –Akses, Amenitas dan Atraksi— makin menjanjikan. Hari ini, Selasa 26 April 2016, satu lagi maskapai Nam Air, dengan pesawat bertubuh pendek Boeing 737-500 landing ke Bandara Komodo, yang dulu bernama Bandara Mutiara II, itu.
“Nam Air sudah terbang ke Labuan Bajo, bersama maskapai yang lain yang sudah lebih dahulu menerbangi Labuan Bajo, seperti Wing Air, Garuda, Trigana Air, Tran Nusa Aviation Mandiri,” kata Shana Fatima, Anggota Tim Percepatan 10 Top Destinsai di Labuan Bajo.
Dengan begitu aksesibilitas dari dan menuju Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar, dan Pulau Motang, 4 pulau habitat binatang langka yang oleh masyarakat sekitar sering disebut “buaya darat” itu akan semakin lancar. Boeing 737-500 itu dikenal sangat lincah, dan sanggup landing di landasan yang kurang dari 2.000 meter dengan aman. Karena itu dia sangat cocok mendarat di bandara-bandara kecil di Indonesia, sambil menunggu proses perpanjangan dan pelebaran airport yang sudah dalam perencanaan di kawasan wisata.
Boeing 737-500 itu didukung oleh dua engine turbopan CFM 58-3C1 dengan daya dorong maksimal saat take off sebesar 20.000 kg. Pesawat itu diproduksi perdana sejak 1997 oleh Boeing Company Seatle USA, dengan registrasi awal PK-GGF. Pesawat ini bisa terbang hingga jarak 3.180 kilometer, dengan 96 penumpang (84 ekonomi, 12 bisnis), 2 kru kokpit dan 5 awak kabin. Kecepatan maksimal bisa mencapai 840 kilometer per jam dengan kapasitas cargo maksimal sampai 3.180 kilogram.
Menpar Arief Yahya menyambut gembira penerbangan NAM Air ke Labuan Bajo tersebut. Paling tidak akan menambah akses dan menaikkan potensi wisatawan yang datang ke Labuan Bajo. “Saat ini wisatawan yang terbang ke Labuan Bajo dengan ikon Komodo itu sekitar 70 ribu orang, dan 70 persennya adalah wisatawan mancanegara (wisman). Menuju Labuan Bajo saat ini masih didominasi dengan akses udara atau pesawat. Sisanya, dengan kapal-kapal kayu kecil dari Bali, Lombok, Sumbawa, sampai ke Labuan Bajo,” ungkap Arief Yahya.
Soal Atraksi, Menpar tidak pernah merasa ragu. Labuan Bajo sudah menjadi destinasi snorkeling nomor dua terbaik di dunia, setelah Raja Ampat, versi CNN Internasional tahun 2015. Peringkat ketiganya, baru Kepulauan Galapagos di Amerika Latin. Snorkeling, diving dan pantai pink-nya (putih kemerah-merahan, red), sulit tertandingi. “Kalau atraksi, sudahlah, saya tutup mata, sudah keren Labuan Bajo,” jelas Menpar.
Belum lagi ada manta point, tempat berkumpulnya manta atau ikan pari setiap pagi sebelum jam 08.00 di dekat-dekat taman nasional. Ada komodo, si kadal raksasa yang di tahun 1986 sudah ditetapkan sebagai Taman Nasional Komodo oleh UNESCO, lembaga PBB yang bergerak di pendidikan dan kebudayaan. Pulau Komodo juga pernah meraih award sebagai New Seven Wonders of Nature, penghargaan untuk tujuh tempat wisata alam terbaik di dunia. Penentuan pemenang diperoleh dari hasil voting dan penelitian para ahli, pulau Komodo berhasil meraih voting tertinggi bersama enam tempat wisata lainnya yaitu Air Terjun Iguazu, Hutan Amazon, Sungai Bawah Tanah Puerto Princesa, Teluk Halong, Pulau Jeju dan Table Mountain.
Menurut Menpar Arief Yahya, critical success factor pengambangan kawasan wisata Labuan Bajo adalah infrastruktur pariwisata, seperti perpanjangan dan pelebaran bandara, pembangunan dermaga untuk cruise dan marina untuk yacht. “Kalau akses dan atraksi sudah siap semua, tinggal amenitas yang disentuh dengan konsep business lead, government support,” ungkap Arief Yanha. (*)