- May 4, 2016
- Posted by: admin
- Category: Berita
Palembang, BP-Kemacetan akibat pembangunan kereta cepat ringan atau light rail transit (LRT) semakin menjadi dari hari ke hari. Terutama di kawasan Pasar Cinde menuju Jembatan Ampera, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Kolonel H Burlian, Jalan Kapten A Rivai, dan Jalan Demang Lebar Daun.
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera Selatan Nasrun Umar mengatakan, kemacetan akibat pembangunan LRT memang tidak dapat terhindarkan. Pihaknya bersama Waskita Karya, Dishub Kota Palembang dan Satuan Lalu Lintas Polresta Palembang akan mengoreksi hal tersebut akan kemacetan setidaknya bisa diminimalisir.
“Ini menjadi koreksi bagi kami supaya kordinasi dikencangkan agar lebih baik. Banyak jalan yang rusak pun memperparah kemacetan karena kendaraan harus melaju lebih lambat. Sedikit demi sedikit jalan yang rusak akibat aktivitas pemancangan akan diperbaiki oleh Waskita Karya,” tuturnya saat konferensi pers progres pembangunan LRT di Kantor Dishubkominfo Sumsel, Senin (2/5).
Nasrun mengungkapkan, saat ini progres pembangunan LRT baru mencapai 6,01 persen. Persentase progres pembangunan lintasan 0-15 persen, merupakan fase kritis dimana seluruh progresnya memerlukan proses konstruksi seperti pemancangan dan mengecoran. Banyak alat berat yang digunakan pun membuat pengguna jalan harus berhati-hati dan tidak sembarangan saat melintasi kawasan pembangunan.
Pemancangan di tengah Sungai Musi pun termasuk fase kritis. Lalu lintas sungai yang setiap harinya padat dengan angkutan manusia maupun barang akan menjadi salah satu hambatan saat pemancangan. Nasrun berujar, pihaknya telah melakukan sosialisasi untuk pengeliminiran arus lalu lintas sungai pada saat pemancangan.
“Pengerjaan lintasan kritis ini ditargetkan tidak sampai akhir 2016 susah selesai. Sesudah 15 persen, aktivitas pembangunan tidak lagi kritis. Pengerjaan akan didominasi oleh pemasangan pre-cast yang tidak dibangun di lokasi, tinggal pasang saja,” sambungnya.
Pada akhir Mei akhir, PT KAI akan memulai lelang rel atau rolling stock LRT. Pada akhir 2017, pemasangan rolling stock diatas pondasi akan selesai, setelah itu tinggal penyesuaian signaling dan kelistrikan.
“Awalnya Menhub minta LRT pakai diesel saja, tapi Pak Gubernur tidak mau karena akan menimbulkan polusi yang sangat tinggi. Setelah diskusi alot, akhirnya disetujui pakai listrik. Tinggal menentukan letak substasiunnya nanti untuk tenaga listriknya,” jelasnya.
Total anggaran yang digunakan demi kereta cepat ini, ungkap Nasrun, adalah Rp11,4 triliun. Sebesar Rp7,2 triliun digunakan untuk pembangunan sarana prasana, Rp1,2 untuk pengadaan rel, dan sisa Rp3 triliun untuk kelistrikan, signaling, dan kebutuhan operasional lainnya.#idz