- May 30, 2016
- Posted by: admin
- Category: Berita
No Comments
Palembang,BP- Komisi Hak Asasi Manusia RI tidak mendukung rencana hukuman kebiri bagi pelaku pemerkosa, karena hal tersebut merendahkan martabat kemanusiaan. Dan seharusnya hukuman bagi pelaku pemerkosa lebih berat.
Anggota Komnas HAM RI, Nurcholis kepada wartawan, Jumat (27/5), saat di jumpai di DPRD Provinsi Sumsel.
Menurut Nurcholis, pihaknya kurang mendukung rencana kebiri bagi pelaku pemerkosa, karena hal itu sesuai dengan HAM.
“Menurut saya itu merendahkan martabat manusia, dan setidaknya mereka di hukum yang lebih berat saja,” kata Nurcholis.
Meski perilaku kejahatan pemerkosaan merupakan pelanggaran HAM, dan secara pribadi dirinya juga tidak menentang rencana hukuman tersebut, dalam HAM hal tersebut kurang bisa diterima. “Karena manusia memiliki hak asasi, dan tidak seharusnya ada rencana hukuman yang terlalu merendahkan. Karena hukum itu bukannya membalas kejahatan dengan kejahatan,” katanya.
Sementara, Direktur Women Crisis Center (WCC) Yenni Izi dalam acara FGD yang tentang kekerasan perempuan dan korban pemerkosaan mengatakan, pemerkosaan banyak terjadi dengan rata-rata pelaku dan korban saling kenal. Hingga, ketika kasus itu terjadi banyak yang tidak terungkap. Akibatnya, kasus semakin banyak dan media massa turut memberitakan yang ternyata berakibat merugikan korban. “Memang harus dilakukan upaya hukuam agar memberi efek jera kepada pelaku. Karena pemerkosaan adalah fenomena gunung es yang harus disikapi dengan maksimal,”kata Yenni.
Ketua Peradi kota Palembang, Bambang Hariyanto menambahkan, dalam pandangan hukum para pelaku memang harus mendapatkan hukuman yang berat, namun dalam tatanan hukum yang adil. “Jadi memang dalam aturan hukum harusnya pelaku diberi hukuman yang berat. Tetapi dalam penegakan tersebut, media massa harus menjadi yang pertama untuk menekan angka kekerasan seksual tersebut,” kata Bambang.
Dia menambahkan, dalam beberapa kasus kekerasan, media massa benar-benar menjadi bagian dari politik hukum untuk menekan pelaku kekerasan dari kalangan orang terpandang. “Ketika melibatkan orang kaya, terkadang mereka menerima.
“Perdamaian karena uang. Hal ini tidak benar, dan media massa yang mendorong agar kasus tersebut terus terungkap,” katanya.#osk