- June 10, 2016
- Posted by: admin
- Category: Berita
Kebiasaan remaja turun ke jalan ketika Subuh saat bulan puasa telah menjalar ke Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). Sayangnya aksi ini diwarnai tindakan negatif yang mengganggu masyarakat.
Sambil turun ke jalan, para muda-mudi ini bermain petasan dan banyak juga diantaranya dimanfaatkan untuk ajang bermadu kasih padahal hal tersebut tidak diperbolehkan ketika berpuasa.
“Di rumah kami ada bayi, ketika usai subuh suara petasan tidak pernah berhenti akibat anak-anak yang biasa ke jalan. Ini sangat mengganggu karena anak kami nangis terus akibat suara petasan itu. Bukan kami saja, yang lain juga pasti terganggu,” ujar salah satu warga Pendopo ini kepada RMOLSumsel, Rabu (8/6).
Sementara Ari Wibowo, warga Pendopo lainnya merasa prihatin atas kebiasaan buruk para remaja tersebut. Menurutnya turun ke jalan usai sholat subuh adalah bukan budaya melainkan kebiasaan.
“Banyaklah sisi negatifnya ketimbang manfaat yang didapat dari kebiasaan itu. Selain bermain petasan yang tentunya sangat berbahaya juga mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar serta juga banyak dimanfaatkan kawula muda untuk memadu kasih dikala bulan puasa,” ujarnya.
Lebih lanjut Ari menyarankan agar orangtua harus berperan penting dalam mengawasi anak-anaknya.
“Kebiasaan itu bisa diredam asalkan orangtua jangan mengijinkan atau dampingi anaknya apabila keluar Subuh karena kebanyakan kawula muda yang melakukan kegiatan ini masih di usia sekolah,” harapnya.
Terpisah, Rozani tokoh masyarakat Pendopo mengatakan, kalau turun kejalan usai subuh sangat bagus karena bisa melatih anak-anak untuk bangun pagi dan olahraga namun kebiasaan main petasan itu yang tidak baik.
“Jaman saya dulu tidak ada kebiasaan turun kejalan usai sholat Subuh, malah disuruh ngaji sampai hari terang. Jadi saya sarankan daripada main petasan yang mengganggu orang lebih baik datangi masjid atau musholla untuk menimba ilmu agama,” pesannya.rmolsumsel.com