Pertumbuhan Hijau Sumsel Jadi Rujukan

1Palembang, BP-Kepiawaian Gubernur Sumatera Selatan H Alex Noerdin dalam menyampaikan materi di hari pertama pada forum The Oslo Exchange REDD (Reducing Emission from Deforestation and Degradation) Conferences, Selasa (14/6), membuat kerja ekstra Organizing Committee yang berkolaborasi dengan IDH The Sustainable Trade Initiative untuk menjadwalkan pertemuan dengan para donor internasional, Rabu (15/6).
Pada pertemuan tersebut, Alex Noerdin yang mendapat julukan dari Panitia Pelaksana sebagai ‘The Good Public English Speaking’, memaparkan tentang kemitraan para pihak domestik dan global, untuk pertumbuhan hijau dalam suatu kelembagaan Konsorsium Donor Public Private People Pertnership atau P4. Kelembagaan tersebut merupakan sinergi antara pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Sumsel mengajak berhimpun semua potensi dalam suatu kelembagaan yang diberi nama Kelola Foundation. Kelola merupakan singkatan dari Kemitraan Pengelolaan Lanskap. Para peserta mengapresiasi Gubernur Sumsel yang telah melakukan inisiasi peduli terhadap lingkungan sebelum terbentuknya platform resmi tentang REDD yakni Satgas REDD+ tahun 2010, kemudian menjadi Badan Pelaksana REDD+. Dan sejak tahun 2015 menjadi bagian domain Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, dan sebagian fungsinya sejak 2016 dilakukan oleh Badan Restorasi Gambut (BRG).
Isu tentang kemitraan pengelolaan lanskap pada waktu itu belum menjadi fokus dalam beberapa agenda internasional tentang perubahan iklim dan REDD. Pada konferensi REDD di Oslo ini, kemitraan pengelolaan lanskap menjadi fokus utama di mana ketika wakil peserta lainnya masih sebatas wacana tentang kemitraan pengelolaan lanskap di Sumatera Selatan sudah diimplementasikan secara nyata di lapangan.
Kemitraan pengelolaan lanskap di Sumsel dengan dukungan Konsorsium Donor diluncurkan pada Mei 2016 lalu, dukungan berasal dari mitra internasional IDH (Belanda), UKCCU dan ZSL (Inggris), NICFI (Norwegia), GIZ Bioclime (Jerman), Asia Pulp and Paper dan Sinar Mas Grup (mitra swasta), Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (mitra pemerintah) dan Yayasan Belantara (NGO). Sebagai model awal difokuskan pada Taman Nasional Sembilang, Dangku, Bentayan, Lalan, Merang, dan HSM Padang Sugihan.
Gubernur mengemukakan bahwa spirit pelestarian lingkungan di Sumsel dimulai sejak abad tujuh sesuai Prasasti Talang Tuwo tanggal 23 Maret 684 Masehi, yang merupakan Maklumat Raja Sriwijaya Sri Baginda Sri Jayanasa.
Prasasti berisikan ‘semoga tanaman-tanaman dengan bendungan-bendungan dan kolam-kolamnya, dan semua amal yang saya berikan dapat digunakan untuk kebaikan semua mahluk, semoga mereka tidak terkena malapetaka, tidak tersiksa, semoga semua planet dan rasi menguntungkan mereka/lestari’.
Lawatan Alex Noerdin yang didampingi Staf Khusus Bidang Perubahan Iklim Najib Asmani di Oslo diakhiri dengan pertemuan silaturahim dengan Dubes RI untuk Norwegia Yuwono A Purranto dan staf.
Pertemuan tersebut juga dihadiri Kepala BRG, Dirjen PPI KLHK dan Gubernur Kalbar. Gubernur Sumsel melanjutkan lawatan ke Kopenhagen Denmark, Kamis (16/6), memenuhi undangan pada peluncuran Green Hydrogen Automotive. #osk
 



Leave a Reply