- June 20, 2016
- Posted by: admin
- Category: Berita
Palembang, BP-Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Selatan memastikan pasokan seluruh bahan pokok di Sumsel mencukupi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, tim mengimbau kepada seluruh warga Sumsel supaya tidak berlebihan berbelanja kebutuhan bahan pokok pada masa menjelang Lebaran ini.
Ketua TPID H Mukti Sulaiman mengatakan, momentum Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri memang seringkali berdampak pada harga bahan pokok dan ketersediaan pasokan. Hal tersebut tentu sangat dikhawatirkan oleh masyarakat.
Namun dirinya menegaskan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan masalah penyediaan bahan pokok. Saat ini stok daging ayam, telor, cabai dan bahan pokok lainnya lebih dari mencukupi. Bahkan, untuk persediaan gula, PTPN VII segera akan memasarkan 500 ton gula tambahan dalam waktu dekat.
“Maka dari itu, masyarakat tidak usah mengkhawatirkan masalah bahan pokok. Belanja jangan berlebihan, belilah yang secukupnya, jangan diborong-borong karena persediaan kita aman, tidak akan kekurangan,” imbau Mukti saat memimpin Rapat TPID di Ruang Rapat Besar Kantor Bank Indonesia (BI) Palembang, Jumat (17/6).
Pria yang menjabat Sekda Provinsi Sumsel ini menjelaskan, perlu diadakannya pasar murah untuk mengendalikan inflasi di Sumsel, sehingga lebih efektif mempengaruhi harga pasar. Dalam pelaksanaannya, diperlukan partisipasi aparat keamanan dan bekerjasama dengan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Palembang Jaya.
Serta perlu dilakukan pertemuan dengan distributor besar terutama daging, bawang dan gula untuk koordinasi ketersediaan stok dan harga juga untuk melakukan pengendalian inflasi kepada komoditi holtikultura dan melakukan Sidak pasar menjelang Hari Raya Idul Fitri nantinya.
“Untuk pasar murah sudah dilakukan diberbagai titik di Kota Palembang. Ada tujuh kecamatan yang kita fokuskan, salah satunya diadakan di halaman Kantor Gubernur Sumsel,” terang Mukti.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Holtikultura Sumsel, Erwin Noor Wibowo mengungkapkan, pihaknya telah menyelenggarakan pasar penyeimbang yang berpusat dikantornya. Adapun tujuan dari pasar penyeimbang adalah untuk memberikan harga yang layak dengan harga konsumen yang rendah.
“Seperti contoh, harga di satu komoditi cabai Rp45.000, sedangkan dari petani sendiri harga jual sampai sekitar Rp28.000-an. Jadi nilai perbedaan itu cukup tinggi, inilah yang harus kita pangkas rantai distribusi di seluruh komoditi pertanian,” ujarnya.
Pasar penyeimbang ini, lanjut dia, akan dilaksanakan nantinya di seluruh kabupaten/kota. Saat ini pihaknya memulainya di Pemprov Sumsel. Melalui pasar penyeimbang ini, Erwin berharap, kepentingan para petani itu terpenuhi. Selama ini, hasil pertanian masyarakat untuk hadir di pasar ke konsumen membutuhkan sekitar sembilan titik dan itulah yang harus dilewati.
“Jadi hanya tiga titik saja yang kita lewati, dan inilah yang harus kita pangkas. Jadi kita simpulkan bahwa petani akan dapat nilai yang tinggi, sedangkan konsumen sendiri akan mendapat harga yang lebih murah atau lebih rendah,” ucapnya.
Terpisah, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Palembang, Hamid Ponco Wibowo menambahkan, berdasarkan pemantauan harga bulan Juni diperkirakan mengalami inflasi sebesar 0,61 persen (mtm), 1,51 (ytd), 4,53 persen (Year on Year) angka tersebut adalah hasil SPH murni. Ditambah dengan penyesuaian sebesar 0,22 persen peningkatan pertama pada saat menyambut Idul Fitri dan diantara empat kota di Sumsel. #idz