Obesitas Rizki Ancam Jiwanya

1Terbaring dan terkadang merengek meminta makan sembari didampingi keluarganya itu yang terus dilakukan Rizki Rahmad Ramadhan, bocah 11 tahun yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) mencapai 119 kilogram. Oleh dokter kegemukannya didiagnosa sebagai kasus penyakit yang mengancam jiwa.
RIZKI hanya bisa berteriak dan matanya nyaris tak terlihat karena tertutup gumpalan daging. Namun terlihat juga dia senang dikunjungi oleh kerabat dan saudaranya.
Bahkan, pihak Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) dr Muhammad Hoesin Palembang sampai membentuk tim dokter lebih 10 dokter spesialis, dengan dokter utama spesialis ahli gizi dr Julius Azhar Sp A (K).
Ada berbagai dokter yang menangani Rizki, mulai dari ahli jantung, ahli paru-paru, neurologi, nutrisi, gizi, psikologi, radiologi, THT, dan ortopedi.
Menurut Julius, kasus bocah kelas 6 SD ini sudah berada pada ‘lampu merah’. “Jika itung-itungan sederhana adalah usia x 2 + 8 tahun. Nah artinya, kita akan lakukan penurunan tapi perlahan-lahan karena kalau drastis takutnya nanti berefek bagi kesehatan dan psikologinya,” jelasnya.
Sambung dia, bocah yang masih kelas 6 SD ini masih dalam tahap tumbuh kembang. Dan berdasarkan riwayat makan mencapai dua kali lipat orang biasa, yakni 4.500 kalori.
Menurutnya, ini juga harus menjadi perhatian semua orangtua, khususnya ibu, karena masyarakat kadang abai dengan anak yang hobi makan dengan anekdot bahwa kalau banyak makan sehat.
Namun pada kenyataaannya, jika ada kejanggalan tentu harus ditanggulangi sejak dini dengan aktif di Posyandu karena di Posyandu asa namanya grafik tumbuh kembang anak melalui menimbang. “Selain itu jangan lupa konsultasi ke dokter tentang ini. Jangan sampai terlambat,” tegasnya.
Mengenai kasus Rizki, dirinya menilai selain berefek pada sesak napas juga bisa menyerang jantung dan beresiko terjangkit gula darah.
Dijelaskan Sailah, ibunda Rizki, kebiasaan makan sebelum tidur menjadikan tubuh Rizki obesitas, selain itu anak ketujuhnya tersebut setiap hari tidur di atas pukul 01.00, sehingga memacu untuk makan terus.
Akibat tubuhnya yang terlalu besar, Rizki saat ini tak bersekolah. Ia hanya bisa berbaring seraya bermain game dari gadgetnya, selain itu berendam untuk mendinginkan suhu tubuhnya.
“Dia sudah alami obesitas sejak usia 9 tahun. Sekarang 11 tahun,” ujarnya.
Diakuinya, Rizki mengalami penambahan berat badan yang tak normal yakni sekitar 3 kilogram setiap minggunya. Menurut Salia, awalnya Rizki seperti anak normal, namun di usia 9 tahun ada perbedaan. Berat badan Rezki terus bertambah, saat di usia 9 tahun sudah memiliki berat 90 kilogram.
“Awalnya biasa saja, kita belum tahu kalau bakal jadi seperti ini. Terakhir kami timbang, sebelum Ramadan, Rizki memiliki berat badan 112 kilogram, namun kini sudah 119 kilogram. Selama Ramadan kemarin, Rizki tidak bisa puasa karena selalu lapar. Setiap jam 12 siang selalu makan berat. Dia selalu kelaparan,” jelasnya.
Rizki yang merupakan anak bungsu dari 7 saudara itu baru dibawa ke rumah sakit pada Selasa (19/7). Hal itu karena kekhawatiran orangtua dan melihat penanganan kasus Arya di media sosial.
Koordinator medis, Dr Aditiawati, SpA mengungkapkan pihaknya sudah dua hari memantau perkembangan Rizki. Pihaknya juga terus mencari penyebab faktor kelainan obesitas selain penyakit amandel yang diderita.
Dalam perawatan ini, Rizki diberikan pola makan sesuai kebutuhan dan tidak bisa diprediksi kapan bobot tubuhnya akan kembali normal. Pastinya, perawatan selama di rumah sakit ditanggung oleh BPJS.
“Kita belum hitung-hitungan berapa, tapi yang jelas ini sudah dikordinasikan dengan BPJS. Sebagai Rumah Sakit Pemerintah, kita fokus dulu mengenai ananda Rizki ini sehat,” tukasnya.
Sering Tertidur di Kelas
Pihak SD Negeri 43 Palembang, tempat Rizki menimba ilmu, dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Palembang, prihatin dengan kondisinya.
Kepala SD Negeri 43 Palembang Susilawati memastikan jika Rizki Ramadan merupakan salah satu siswa di sekolahnya. Dengan dirawatnya dia di rumah sakit, pihak sekolah memberikan dispensasi untuk tidak mengikuti pelajaran di kelas.
“Rizki Ramadan adalah salah satu siswa kelas enam yang kita miliki. Dengan dirawatnya dia di rumah sakit, kita memberikan dispensasi kepadanya untuk tidak mengikuti pelajaran di dalam kelas selama proses perawatan dilakukan,” kata Susilawati kepada BeritaPagi, Kamis (21/7).
Ia menceritakan, walaupun siswa yang bersangkutan dalam keadaan susah untuk bergerak, namun ia punya semangat untuk belajar. Dia mengakui, Rizki kerap tertidur saat proses pelajaran sedang berlangsung. Dan hal ini bisa dimaklumi oleh setiap guru yang mengajar karena kondisinya memang seperti itu.
“Kita akan terus berupaya memberikan yang terbaik untuk dia, dan kita sudah memberikan izin kepadanya untuk tidak masuk sekolah selama masa perawatan,” jelasnya.
Susilawati juga menambahkan, apabila Rizki sudah bisa pulang dari rumah sakit dan diperbolehkan tim dokter, maka Rizki akan belajar di lantai dasar. Sebelumnya, ruangan kelas enam tempat Rizki biasa menempuh pendidikan terletak di lantai dua.
“Selain kami berikan dispensasi untuk tidak sekolah selama perawatan, kami akan mengusahakan ketika Rizki kembali sekolah, khusus kelasnya nanti akan dikembalikan ke lantai dasar,” bebernya.
Kepala Disdikpora Kota Palembang Ahmad Zulinto, pihaknya memastikan jika siswa tersebut akan diizinkan untuk tidak mengikuti pelajaran di sekolah hingga perawatan selesai dilakukan. Selain itu, ia mengaku akan mengecek langsung untuk memastikan kondisi siswa tersebut.
“Siswa ini saya pastikan mendapat izin untuk tidak sekolah dulu, dan saya akan datang nanti untuk melihat dan memastikan kondisi siswa tersebut. Jika ia berasal dari keluarga yang tidak mampu, maka kita akan memberikan bantuan kepadanya,” ujarnya. # sug/adk



Leave a Reply