- September 2, 2016
- Posted by: admin
- Category: Berita
Palembang, BP-Punggawa Sriwijaya FC selama ini terkesan cepat puas apabila sudah unggul satu gol. Inilah yang jadi penyebab kegagalan menangguk poin penuh. Oleh karena itu di pertandingan berikutnya, Laskar Wong Kito mesti main ngotot selama 90 menit pertandingan agar menang besar.
Ini demi mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti keputusan kontroversial wasit, yang menguntungkan pihak lawan. “Kalau sudah unggul, jangan cepat puas. Tetap main menyerang dan disiplin,” kata Manajer SFC Nasrun Umar, Rabu (31/8).
Di laga perdana putaran kedua nanti, SFC akan menjamu Persiba Balikpapan di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang, Sabtu (3/9) sore.
Anak asuh Widodo Cahyono Putro harus mulai menerapkan permainan ngotot selama 90 menit. Kalau nantinya bisa mencetak gol lebih dulu, pemain tidak boleh mengendurkan serangan. Terus gempur musuh sampai waktu habis.
“Kalau cuma unggul satu angka itu belum aman,” kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Sumsel ini.
Pemain harus terus tampil menekan, sehingga lawan tak bisa mengembangkan permainan.
Menyikapi hal ini, Pelatih SFC Widodo Cahyono Putro berjanji akan memberikan suntikan semangat dan meningkatkan performa tim, sehingga keinginan pecinta Laskar Wong Kito bisa terpenuhi.
Pelatih akan berusaha memenuhi target menang besar dalam setiap laganya. Kemenangan besar akan membuat wasit yang hendak bermain ‘curang’ tak bisa berbuat banyak.
“Saya tahu maksud manajemen, supaya tim menang besar sehingga sulit dikejar,” katanya.
Tim lawan sulit mengejar selisih gol yang dicetak anak asuhnya bila unggul lebih dari dari satu angka. Kerugian akibat tim lawan bermain mata dengan wasit pun diyakini akan dapat diminimalisir.
Dari pengamatan pelatih, wasit kerap ‘bermain’ di pengujung babak kedua. Tendangan bebas atau penalti kerap kali diberikan di masa krusial itu.
Akibat gol di penghujung babak kedua, nilai tiga yang sudah di depan mata harus sirna. Seperti ketika menghadapi Pusamania Borneo FC (27/8). SFC sudah unggul 2-1, tapi di pengujung babak kedua wasit memberikan tendangan bebas pada tim tuan rumah. Padahal tak ada pelanggaran yang dilakukan bek SFC Mauricio Leal. Pagar hidup pun dibuat, tetapi menghalangi pandangan penjaga gawang Teja Paku Alam. Akibatnya, gol penyama pun tercipta.
“Akhirnya gol tercipta dan SFC gagal meraih kemenangan karena skor menjadi 2-2,” katanya.
Lalu ketika menghadapi Bali United (19/8), SFC kalah tipis 0-1. Kekalahan ini pun dianggap karena wasit yang memihak tim tuan rumah.
Penalti diberikan menit ke-43, karena wasit menilai bola mengenai tangan Wildansyah. Padahal jelas sekali bila kedua tangan sang wing bek berada di belakang dan bola hanya mengenai bahunya. Wasit pun menunjuk titik putih dan SFC gagal mengejar ketertinggalan.
“Intinya, kita harus mencetak gol yang bersih dan banyak. Jangan sampai cuma selisih satu angka, karena itu bisa menjadi peluang bagi tim lawan mengejar ketertinggalan meski dengan cara yang aneh,” jelasnya. # zal
