- February 2, 2018
- Posted by: admin
- Category: Berita
RAFFLES duduk dan menunggu, namun sebulan kemudian pada April, tidak ada jawaban dari Pelembang. Dia mengirimkan pemberitahuan lain yang memperingatkan Baddrudin bahwa armada Inggris mulai berkumpul di Selat Malaka; petualangan ke Jawa bakal segera berlangsung, dan kalau sudah terjadi, tidak ada lagi kesepakatan yang bersahabat.
Sultan Badaruddin sesungguhnya sibuk menyusun perjanjiannya sendiri yang tidak terlalu agresif. Segera setelah dia membaca perjanjian yang diusulkan Raffles, dia menulis pemberitahuan kepada utusan, menjelaskan bahwa dia “sepenuhnya enggan terlibat permusuhan antara Belanda dan Inggris”.
Meski Raffles sudah berkoar, penaklukan Jawa masih belum pasti; jika Sultan terlalu cepat “menyingkirkan dan menghancurkan total” komunitas Belanda, dia bisa menimbulkan masalah yang buruk bagi dirinya sendiri. Pengelakannya bisa dipahami. Dia menulis surat yang dia rasa pasti akan menyenangkan si orang Inggris di seberang perairan, menyatakan bahwa hubungannya dengan Belanda telah retak, dan bahwa “aku telah mengirimkan kabar ke Batavia bahwa mereka boleh segera menarik orang-orang Belanda yang berada di Palembang, dan jika mereka tidak cepat melakukannya, kemalangan akan menimpa mereka, dan itu bukan kesalahanku.
” Namun perjanjian versi Sultan Badaruddin menyatakan bahwa “sementara Batavia belum diduduki, karena hal ini mungkin akan menyulitkan Yang Mulia, orang Belanda akan terus menempati (permukiman di Palembang)”. Namun perjanjian tersebut dikirimkan ke Malaka terlalu terlambat untuk ditandatangani Raffles atau untuk diperdebatkan isinya: armada Inggris sudah berangkat ke Jawa.
Raffles sudah geregetan karena lambannya kemajuan peeundingan dengan Palembang, namun dia setidaknya telah membuat Badaruddin tahu akan keinginannya, telah menunjukkan sifat jahat Belanda yang sesungguhnya, dan menekankan betapa bahagianya Inggris kalau bisa mendengar bahwa Belanda telah disingkirkan dari kota tersebut. Dia juga telah memberikan Badaruddin penjelasan yang sangat jelas akan sifat terbatas kekuasaannya kelakjika mereka tidak mengusir Belanda sebelum Batavia jatuh. Kemudian pada malam keberangkatannya dari Malaka pada bulan Juni, Raffles mengirimkan surat resmi lain ke Palembang dan dengan hadiah luar biasa:
“Karena Belanda berada di Palembang, aku kirimkan empat peti berisi 80 senapan serta 10 keranjang pelum yang diisi dengan bubuk mesiu dan gotri.”

BP/IST
SMB II
Thomas Stamford Raffles mungkin tidak meminta secara langsung untuk membasmi komunitas Eropa kecil yang kesepian di Palembang; dia bahkan mungkin tidak menginginkannya (meski pengiriman senjata merupakan tindakan yang bisa menjebak). Namun melalui kombinasi ketamakan dan kenaifan dia telah menenggelamkan Belanda di Sungai Musi.
Namun mengapa Raffles begitu berharap Sultan Badaruddin menghancurkan pos Belanda dan mendeklarasikan kemerdekaan sebelum Inggris mencapai Jawa?Jawabannya tentu saja ketamakan dan hal itu jelas menunjukkan seberapa liciknya Raffles sebagai pengatur siasat.
Dalam penjelasannya mengenai ketentuan perjanjian yang diusulkan, Raffles mencoba menyakinkan Badaruddin bahwa Inggris memiliki wilayah dan kekuasaan yang begitu besar di Benua India… dalam kemajuannya menuju timur tidak di gerakkan sikap tamak dan serakah sebagaimana Belanda. Namun kenyataannya , itulah motip awal yang tepatnya telah menarik perhatian Inggris ke Palembang.
Banyak wilayah kerajaan Sultan Badaruddin merupakan hutan tak berpenghuni dan bukan mempakan negeri dengan prospek ekonomi terbesar. Namun sewaktu dia memulai surat-menyurat dari Malaka, Raffles telah memberitahu Lord Minto lewat surat bahwa “Sultan Palembang merupakan salah seorang pemimpin Melayu yang terkaya, dan benar-benar memiliki gudang dipenuhi dolar dan emas yang ditimbun oleh para leluhurnya.”. Penjelasan seperti itu cukup untuk memicu kecenderungan gelap pada kaum penjajah, namun yang membuat Raffles begitu tertarik bukanlah dolar melainkan kekayaan alam yang mendatangkannya. Sebagian besar pedalaman Palembang mungkin hutan, namun sultannya juga merupakan penguasa pulau tidak rata sepanjang 16o kilometer yang berada di seberang muara Sungai Musi. Namanya Pulau Bangka, dan pulau tersebut mempakan sumbet terkaya timah di seluruh Hindia.
Penduduk setempat pulau tersebut~dan pulau tetangganya yang lebih kecil, Belitung-selalu mendulang bijih hitam di sungai berlumpur yang mengalir melewati bukit berbatu, dan pada abad sebelumnya industri pertambangan yang terorganisir telah didirikan oleh imigran Tionghoa. Sebagian besar timah yang mereka tambang dikirim ke Tiongkok untuk digunakan membuat uang arwah sepuhan yang dibakar di kuil untuk persembahan.
Kakek Sultan Badaruddin dulu membayar V0C untuk membantunya dalam perebutan kekuasaan melawan kakaknya dan ketika dia naik takhta, dia menandatangani perjanjian dengan orang Belanda yang memberi mereka sebidang tanah untuk pos di seberang istananya dan kontrak untuk pengiriman timah tahunan dengan harga yang sudah diatur sebelumnya dalam koin perak. Perjanjian itu sungguh menguntungkan kedua belah pihak.
Raffles tahu mengenai timah tersebut; dia bertekad merampas Bangka dari Palembang, menjadikannya daerah yang dikuasai langsung oleh Inggris dan mengendalikan seluruh penghasilan tambang. Pada awal musim panas 1810 di Kolkata, Raffles menulis kepada Minto tentang Sultan Badaruddin dan timahnya: “Dia mengetahui betapa mudahnya Inggris, jika terjadi kesalahpahaman, merebut Banca [sic] dan kalau dia merenungkan kemungkinan kehilangan harta yang dinyatakan sebagai modalnya, yang bisa terjadi karena kesalahpahaman, dia pasti akan menganggap serius penawaran yang dibuat untuknya.”
Jelas bahwa waktu mereka akhirnya mencapai Batavia, lama sebelum mereka mendengar adanya pernbantaian, Raffles dan Minto sepenuhnya bertekad untuk merampas Bangka dan tambangnya dari Sultan Badaruddin.
Dalam suratnya pada Oktober 1811 kepada Komite Rahasia Benggala Perusahaan, yang ditulis selagi dia bersiap meninggalkan Jawa, Lord Minto menulis di kolom berjudul “Lain-lain” bahwa “Palembang akan diduduki secepat mungkin Terkait dengan Banca dan timahnya, Letnan Gubernur mengetahui pendapatku.”
Lubang tambang timah yang menguntungkan dan perdagangan yang sudah mapan dengan Tiongkok bisa saja meyakinkan tuan-tuan mereka di London bahwa seluruh proyek liar Jawa ada hasilnya. Sedangkan usaha untuk membuat Badaruddin mengusir Belanda dan mendeklarasikan kemerdekaan sebelum invasi itu sangat licik dan penuh dengan pertimbangan. Raffles tidak berbohong saat dia menegaskan kepada Sultan Palembang mengenai sifat kedaulatannya, dan menyatakan bahwa satu satunya cara untuk membatalkan perjanjian yang sudah ada adalah bertindak sebelum Batavia jatuh.Namun dia memikirkan kepentingan Inggris jangka panjang, bukan Sumatera, ketika dia menekankan hal itu.
Bahkan sebelum prajurit pertama Inggris tiba di pantai pada Agustus 1811, baik Raffles maupun Minto sudah menyadari bahwa jika Belanda memperoleh kembali kedaulatannya dari Prancis, Jawa mungkin bakal harus dikembalikan. Mereka membenci gagasan tersebut. “Yang aku takutkan adalah perdamaian umum; tulis Minto ketika dia meninggalkan Batavia pada Oktober,
Mereka berharap Inggris memiliki warisan nyata yang terjamin di kepulauan tersebut, bahkan jika orang Belanda kembali ke permata Jawa. Cinderamata apa yang lebih baik untuk diambil dari masa pemerintahan peralihan daripada pulau Bangka, yang bukan hanya merupakan konsesi tambang yang berharga tapi juga lokasi yang cukup berguna di dekat mulut Selat Malaka? Jika mereka merampasnya setelah Janssens menyerah, dengan Palembang yang masih terikat perjanjian dengan Batavia, itu bakal percuma, dan mereka pada akhirnya harus mengembalikan Bangka beserta dengan yang lain. Namun jika Palembang juga merdeka pada saat penaklukan, maka akan ada alasan~lemah, namun tetap suatu alasan-untuk mengusahakan kepemilikan Inggris.
Itulah sebabnya mengapa Raffles mati-matian mencoba membujuk Sultan Badaruddin untuk mengenyahkan Belanda dan menandatangani perjanjian baru yang membatalkan yang lama pada awal 1811.
Ketika melakukan itu, dia sepenuhnya tidak melihat bahaya sangat nyata yang dia timpakan kepada komunitas kecil Eropa di Palembang.#osk
Sumber :
1. Tim Hannigan 2012” Raffles And
British Invasion Of Java”