Megawati Ingatkan Cak Imin untuk Tak Lupa, Apa Maksudnya?


Foto: Megawati dan Cak Imin makan malam bersama Jokowi. (dok istimewa).


Jakarta – Megawati Soekarnoputri menyapa sejumlah tokoh di HUT PDIP ke-46. Ketum PDIP itu pun juga menyapa Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dengan pernyataan yang membuat penasaran.

Hal tersebut disampaikan Megawati saat potong tumpeng sebagai syukuran hari lahir PDIP di JI-Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (10/1/2019). Awalnya ia menyapa Hamzah Haz, wakilnya saat ia menjadi presiden.

“Kalau PAK Hamzah Haz ini sebuah keunikan saudara-saudara. Kalau sekarang setelah masuk ke reformasi calon itu sudah boleh nyari sendiri langsung dicalonkan untuk presiden dan wapres. Tapi waktu saya, mustinya ’99 saya ini kan kalau lihat menang, terus secara de facto sudah harusnya jadi presiden, tapi waktu itu kan masih di MPR,” ungkap Megawati.

Setelah berbicara soal eks ketum PPP itu, Megawati lalu mengingat sejarahnya dengan Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Megawati merupakan wapres saat Gus Dur menjadi presiden.

“Waktu itu Pak Abdurrahman Wahid. Tapi beliau bilang mbak yang jadi wapres saya ya. Saya tadinya ndak mau karena perintah kongres partai itu ketum harus jadi presiden. Jadi saya bilang nggak mau saya nggak ada penugasan dari partai. Wah bingung,” kisah Megawati.

Presiden RI ke-5 ini mengaku bahkan sampai dibujuk oleh Ketum PKB saat itu, almarhum Matori Abdul Djalil. Megawati akhirnya mau menjadi wapres untuk Gus Dur.

“Saya sangat ingat waktu itu sudah ada partai baru PKB, yang ketumnya adalah Pak Matori Abdul Djalil almarhum, jadi beliau itu sampai nyuwun-nyuwun (minta-minta). Saya nggak mau, kalau PDI yang tadinya presiden terus jadi wakil presiden. Akhirnya, jadi saya ini unik yang mencalonkan sebagai Wapres waktu itu adalah PKB,” jelas Megawati.

Pada saat membahas hal ini lah Megawati mengingatkan Cak Imin. Namun ia tak membahas lebih jauh maksud dari tegurannya kepada Cak Imin yang jadi tamu di HUT PDIP itu.

“Jangan lupa lho Pak Muhaimin, Pak Muhaimin suka lupa,” kata Megawati.

Usai Gus Dur lengser, Megawati lalu diangkat menjadi presiden. DPR/MPR memilih Hamzah Haz sebagai wakil putri Soekarno itu.

“Lha kok saya dan sama Pak Hamzah sampai hari ini ya kayak gini ini. Yo nggak ada persoalan jadi sama PPP malah. Dulu pernah ada lagi zaman yang goyang-goyang itu yang namanya Mega Bintang sih masih ingat apa tidak?” tanya Megawati.

Isu Mega-Bintang muncul di era Pemilu 1997 sebagai antitesa dari hegemoni Golkar yang selalu menang sejak tahun 1971. Warga PDIP dan PPP menginginkan adanya perubahan. Kader PPP menghijaukan Jakarta dengan lambang bintang (lambang partai mereka saat itu) mengarak atribut bergambar Megawati, padahal saat itu Megawati tidak ikut pemilu karena berseteru dengan PDI yang dipimpin Soerjadi.

Kembali ke Megawati, ia kemudian berbicara soal hubungannya dengan Try Sutrisno yang merupakan orang dekat Soeharto. Seperti diketahui, PDIP bertentangan dengan pemerintahan orde baru.

“Pak Tri kan ajudannya Pak Harto sekarang juga satu kantor sama saya, jadi wakil saya di ketua dewan pengarah di BPIP. Saya tidak bisa hadir, beliaulah yang mimpin rapat. Jadi ini sebenarnya tokoh-tokoh yang sudah senior yang menunjukkan keakraban nya,” kata Megawati.

“Jadi seperti tadi saya katakan baunya bangsa ini seperti apa? Ya itu pertanyaan saya kalau kita bisa. Saya nggak punya persoalan dengan Pak Try padahal ikut dengan Pak Harto. Karena apa? Karena ini semua demi kecintaan Indonesia Raya,” tutupnya. 
(elz/tor)



Leave a Reply