Pahit Manis 'Lord' Atep Bersama Persib Berujung Putus Lewat Telepon


Foto: Lamhot Aritonang


Jakarta – Telepon dari salah satu manajemen Persib Bandungpekan lalu membuat Atep meradang. Kini, dia berlapang dada dengan perpisahan itu, meskipun sulit menerima caranya. 

Pemutusan kontrak dari Persib sudah cukup membuat Atep terkejut. Emosinya naik tatkala kabar itu disampaikan lewat telepon. Bukan diajak duduk bersama. 

Padahal, saat itu, Atep ada di Bandung. bukan di luar kota atau di luar negeri. Kediamannya juga tak jauh dari markas Persib, 

Tapi, keputusan sudah diambil manajemen. Atep berlapang dada menerimanya. Tapi, dia tak akan melupakan proses perpisahan itu. 

“Pada intinya, saya menerima keputusan itu, tapi mungkin caranya tidak diterima, seperti tidak menghargai. Karena, saya bukan pemain yang bergabung satu musim, sudah cukup lama 10 musim,” kata Atep dalam One on One detikSport di Lapangan Lodaya, Kota Bandung, Selasa (22/1/2019).

Ya, Atep sudah bersama-sama Persib selama sepuluh tahun. namanya juga amat lekat dengan klub berjuluk Maung Bandung itu, meskipun kedatangannya sempat menjadi kontroversial. 

Atep bergabung dengan Persib pada 2018. Dia ‘pulang’ setelah sempat mengenakan jersey rival bebuyutan, Persija Jakarta, selama empat musim (2004-2008).

Kendati berada di Persija selama empat musim, darah Atep tetaplah biru. Atep yang dibesarkan oleh UNI Bandung, sebuah akademi sepakbola di Kota Kembang yang boleh dibilang menjadi penyuplai pemain Persib, kembali ke rumah.

Setelah bergabung dengan Persib, Atep juga bukan sekadar numpang lewat. Dia berkontribusi signifikan saat Persib menjadi juara liga, saat itu berlabel Indonesian Super League (ISL), 2014. 
Saat itu, Persib ditangani Djajang Nurdjaman. Atep mendapatkan tempat di tim utama. Tercatat, dia tampil dalam 28 pertandingan sampai laga final di Stadion Jaka­baring Palembang 7 November 2014. 

Statistik Atep di musim itu menjadi sebuah bukti Atep sebagai jimat Persib. Setiap kali Atep mencetak gol, Persib selalu keluar sebagai pemenang dalam laga di ISL 2015 itu. 

Di musim berikutnya, Atep kembali berperan penting mengantarkan Persib menjadi jawara. Saat itu, Persib meraih trofi Piala Presiden 2015. 

Tak hanya momen manis yang tertambat di ingatan Atep. Pemain asal Cianjur, Jawa Barat itu juga masih menyimpan memori masa-masa pahit bersama-sama Persib. Juga masa transisi Persib yang kala itu masih dikelola Pemkot Bandung hingga menjadi perseroan terbatas dengan nama PT Persib Bandung Bermartabat (PBB).

“Saya merasakan dari mulai Persib APBD sampai menjadi PT. Saya mengalami manis pahitnya dengan Persib,” dia mengungkapkan.

Musim 2018 bakal dikenang Atep sebagai periode paling pahit. Di musim, yang kemudian diketahuinya, menjadi musim terakhir, Persib tak berhasil menjadi juara. 

Apalagi, Persib justru diganjar sanksi oleh Komisi Disiplin (komdis) PSSI hingga harus menjalani partai usiran hingga akhir musim. Atep pun harus beraksi tanpa ditonton bobotoh. 

Tapi, Atep menyadari seorang lord (raja) tak melulu duduk di takhta dengan nyaman. Kapanpun, dia harus siap dilengserkan. Apapun caranya. 

Atep bersyukur dia tak sendirian melewati masa pedih itu. Keluarga dan bobotoh mendampinginya. 

Pemain 33 tahun itu pun legawa. Dia makin berlapang dada setelah ada itikad baik dari petinggi Maung Bandung yang berencana mengajaknya duduk satu meja. 

“Perlahan-lahan mulai melupakan, apalagi ada kontak dengan manajemen mau bicara. Mau meng-clear-kan,” kata bapak dua anak itu. 

Kisah Atep setelah diputus Persib Bandung akan ditayangkan lewat rubrik One on One detikSport. Simak terus, jangan sampai ketinggalan. 

(mud/fem)




Leave a Reply