- January 22, 2019
- Posted by: admin
- Category: Berita
PALEMBANG – Gempita Sumsel menilai isu sara digunakan dalam jajaran politik. Hal ini dilakukan untuk mengurangi perpecahan pasca pemilu 2019.
Miril Ahmad Herni Ketua Gempita Sumael mengatakan masa kampanye pelaksanaan pileg dan pilpres tahun 2019 yang akan segera berakhir menjelang hari pemungutan suara pada tanggal 17 April 2019 mendatang dikhawatirkan akan semakin meningkatkan intoleransi di kalangan masyarakat.

“Isu-isu berbau SARA menjadi pilihan utama digunakan sebagai senjata untuk menjatuhkan lawan politik. Hal tersebut akan sangat berdampak terhadap suhu perpolitikan saat ini yang ujung-ujungnya dapat menimbulkan konflik sosial dimasyarakat,”ujarnya dalam rilisnya, Selasa (22/1/2019)
Menurutnya, permasalahan selama pelaksanaan pileg dan pilpres tahun 2019 tersebut yang berpotensi menimbulkan konflik menjadi PR besar bagi Kepolisian.
“Salah satu solusi bagi pihak Kepolisian adalah dengan menggandeng elemen masyarakat untuk menyuarakan pesan-pesan kamtibmas kepada masyarakat dalam rangka mewujudkan Pileg dan Pilpres tahun 2019 yang aman Damai dan sejuk di wilayah Sumsel,”terang Dia.
Salah satu elemen masyarakat di wilayah Sumsel itu yakni LSM GEMPITA Sumsel yang sepakat untuk menyuarakan menolak isu SARA dalam rangka mewujudkan terselenggaranya Pileg dan Pilpres tahun 2019 yang aman, damai dan sejuk.
Dikatakan dia, bentuk dukungan Gempita Sumsel terhadap tugas Kepolisian dalam rangka menjaga situasi kamtibmas yang kondusif yakni terselenggaranya deklarasi cinta damai yang berlangsung di Sekretariat LSM Gempita Sumsel di Jalan Gotong Royong 1 RT 04 RW 01 Kelurahan Sukodadi Kecamatan Sukarami Palembang.
“Gempita Sumsel menyatakan dukungannya untuk bersama-sama menolak isu SARA pada Senin (21/1/2019),”tegasnya.
Selain itu, lanjutnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta berupaya mewujudkan Pileg dan Pilpres tahun 2019 yang aman, damai dan sejuk di wilayah Sumsel.(FK)