- January 28, 2019
- Posted by: admin
- Category: Berita

Gerakan ‘syal merah’ yang memprotes kekerasan oleh kelompok ‘rompi kuning’ di Prancis (REUTERS/Benoit Tessier)
Paris – Lebih dari 10 ribu orang turun ke jalanan ibu kota Prancis, Paris untuk memprotes aksi kekerasan demonstran ‘rompi kuning’ dalam setiap aksi mereka. Orang-orang yang memprotes kekerasan ‘rompi kuning’ ini menamakan diri sebagai gerakan ‘syal merah’.
Seperti dilansir AFP, Senin (28/1/2019), dalam aksi yang digelar pada Minggu (27/1) waktu setempat, kelompok ‘syal merah’ melakukan aksi march dari alun-alun Place de la Nation menuju monumen Bastille. Dalam aksinya, kelompok ‘syal merah’ memakai kain berwarna merah di leher mereka.
Beberapa dari mereka meneriakkan ‘Iya untuk demokrasi, tidak untuk revolusi’ sembari melambaikan bendera nasional Prancis dan bendera Uni Eropa.
Gerakan ‘syal merah’ diketahui merupakan gagasan seorang insinyur dari Toulouse yang merasa ngeri atas tindak kekerasan yang terjadi dalam setiap unjuk rasa kelompok ‘rompi kuning’, khususnya yang diikuti para demonstran yang ekstrem.
Kebanyakan orang yang ikut gerakan ‘syal merah’ menegaskan bahwa mereka tidak menentang tuntutan yang disuarakan kelompok ‘rompi kuning’ demi membela kalangan miskin Prancis. Namun mereka mengaku muak dengan bentrokan dan aksi kekerasan yang selalu mewarnai unjuk rasa ‘rompi kuning’.
Seorang manajer perawat bernama Marie-Line yang ikut aksi ‘syal merah’ menyerukan bahwa ‘kekerasan verbal dan fisik harus dihentikan’.
“Ini bulan aksi protes melawan ‘rompi kuning’ — ini sebuah protes untuk mengatakan, kalian telah mengungkapkan tuntutan kalian, kami mendengarkannya,” ucap Francois Patriat, seorang senator dari Partai La Republique en marche yang menaungi Presiden Emmanuel Macron.
“Ada tempat-tempat lain untuk membahas hal ini selain di jalanan. Anda tidak bisa memblokir negara dan perekonomiannya hanya karena Anda menganggap presiden tidak sah,” imbuhnya.
Aksi kelompok ‘syal merah’ tercatat diikuti massa yang jumlahnya dua kali lipat lebih banyak dari aksi kelompok ‘rompi kuning’ yang digelar di Paris pada Sabtu (26/1) lalu, dengan sekitar 4 ribu orang yang hadir. Unjuk rasa ‘rompi kuning’ selalu digelar setiap akhir pekan selama 11 pekan terakhir.
Kelompok itu disebut ‘rompi kuning’ karena rompi kuning mencolok yang selalu mereka pakai dalam aksi. Demonstran ‘rompi kuning’ mulai turun ke jalanan untuk memprotes kenaikan harga bahan bakar sejak 17 November lalu. Aksi protes ini semakin meluas hingga menjadi unjuk rasa besar-besaran yang memprotes kenaikan biaya hidup sehari-hari dan kebijakan ekonomi Macron.
Dalam aksi ‘rompi kuning’ pada Sabtu (26/1) lalu, seorang aktivis terkemuka bernama Jerome Rodrigues mengalami luka parah. Mata Rodrigues terkena peluru karet yang ditembakkan polisi saat menangkal aksi ‘rompi kuning’. Laporan menyebut insiden itu membuat Rodrigues koma di rumah sakit. Rodrigues disebut tidak ikut serta secara langsung dalam aksi ‘rompi kuning’ saat terkena tembakan, melainkan sedang menyiarkan aksi tersebut lewat live-streaming.
(nvc/ita)