Selain Songket, Palembang Punya T-Shirt Khas

nyenyesPalembang, BP-Kondisi perekonomian Indonesia yang sedang mengalami keterpurukan tampaknya berdampak pada beberapa sektor bisnis. Salah satunya bisnis penjualan baju kaos (T-Shirt).
“Kalau kita bicara bisnis sekarang memang lagi dalam keadaan yang tidak bagus. Bukan hanya di Indonesia saja, tetapi juga secara global,” kata Pemilik Toko Suvenir Khas Palembang Musi Mania, Wawi Susanto, saat diwawancarai wartawan, Kamis (26/11).
Kendati demikian, sambung Wawi, semua orang khususnya para pelaku bisnis harus tetap berusaha memberikan ide-ide baru di setiap usaha yang digeluti. “Seperti suvenir yang kami jual disini. Semua diusung dengan tema dan desain yang lebih spesifik sebagai ciri khas Palembang,” terangnya.
Menurut Wawi, suvenir berupa kaos khas Palembang ini belum dianggap barang penting yang harus dibeli oleh wisatawan ketika berkunjung ke Palembang. “Mereka (wisatawan:red) tidak menganggap ini suvenir khas. Ini karena Palembang bukan kota wisata seperti Bali maupun Jogja yang setiap harinya selalu banyak didatangi turis,” tutur Wawi.
Ditambahkannya, dirinya berniat untuk mengubah pandangan orang ketika berkunjung ke Palembang harus membeli suvenir berupa kaos khas Palembang. “Kami selalu menjaga kualitas agar tetap bagus dan membuat pengunjung tertarik untuk membeli kaos,” katanya.
Setiap bulan, kata Wawi, selalu ada desain baru untuk menyegarkan pandangan pengunjung. “Jadi orang yang dateng kesini tidak bosen lihat gambar dan desain kaos yang sama. Selain kaos, kami juga menjual aksesoris lain seperti gantungan kunci, sandal, dan topi. Tentunya masih kental dengan gambar icon kota Palembang,” katanya lagi.
Untuk harga suvenir, dikatakannya bermacam-macam. “Untuk kaos, harganya mulai dari 40 ribu – 130 ribu rupiah. Tergantung bahannya,” jelasnya.
Ditanya soal, pengaruh masuknya distro Bandung ke Palembang, Ditambahkan Wawi, apapun bisnis distro atau bisnis lain dengan konsep yang berbeda sekalipun, perkembangannya sampai saat ini juga sama-sama masih menurun.
“Sekarang bisnis penjualan kaos memang sedang mengalami penurunan tren. Penurunannya malah bisa sampai 50 persen. Saya menganggap semuanya bukan kompetitor, khususnya toko yang ikut menjual suvenir khas Palembang. Tujuannya juga sama untuk mempromosikan Palembang secara tidak langsung,” tegasnya.
Ia mengharapkan, pemerintah setempat juga bisa memperhatikan juga para pelaku bisnis suvenir khas Palembang agar bisa saling menguntungkan. “Orang luar kan banyak yang belum tahu. Ketika ke Palembang, yang dicari pasti pempek dan songket. Nah, pemerintah harusnya bisa juga mensosialisasikan bahwa kaos khas Palembang juga ada,” harapnya. Odil



Leave a Reply