- December 2, 2015
- Posted by: admin
- Category: Berita
No Comments
Jakarta , BP-Ketua Komisi VII DPR RI Mulyadi menegaskan, kasus PT Freeport Indonesia membuka mata wakil rakyat untuk melihat selama ini pengelolaan sumber daya alam di Papua tidak transparan dan dilakukan dalam permainan gelap. Pembicaraan masalah Freeport ke depan terkait pengelolaan sumber daya alam harus transparan, mulai dari proses perizinan sampai pembagian sehingga tidak ada lagi bermain di wilayah gelap.
“Selama ini semua yang berkaitan dengan Freeport tidak pernah jelas. DPR terutama Komisi VII luput dari masalah substansi terkait Freeport. Dengan kegaduhan ini, membuat kita semakin waspada,” tegas Mulyadi di Gedung DPR RI Jakarta, Selasa (1/12).
Menurut Mulyadi, DPR terutama Komisi VII akan meningkatkan pengawasan terhadap PT Freeport Indonesia. DPR telah mengdengarkan masukan dan komentar dari sejumlah pakar dan pengamat , sehingga menjadi bahan yang digunakan dalam rencana revisi UU Minerba.
“Semua bahan yang terungkap dan disorot masyarakat menjadi referensi untuk pembahasan revisi UU Minerba. Banyak hal yang sebelumnya kita tidak tahu sekarang terbuka,” ujarnya.
Ramainya pembicaraan kasus Freeport ini lanjut Mulyadi, membuat DPR tegas kepada pemerintah untuk melaksanakan berbagai kebijakan mulai dari perda, PP sampai aturan perundangan. DPR bahkan sudah kerap mengingatkan pemerintah agar Freeport menjalankanperaturan di Indonesia.
“Kita akan tekan pemerintah untuk tegas kepada PT Freeprot termasuk mengenai pembangunan smelter. Pengolahan hasil tambang diamanatkan dalam UU bahwa sejak 2015 mereka harus menyediakan smelter. Ke depan kita tidak akan lagi menerima alasan dari Freeport yang menyebutkan mereka mengolah hasil tambang di luar Indonesia karena smelter di Indonesia kuang,” jelas Mulyadi.
Dikatakan, Freeport selama ini memanfaatkan ketidaktegasan pemerintah mengolah hasil tambang di Indonesia, sehingga Indonesia tidak tahu apa dan berapa yang dihasilkan dari tanah Papua itu. ”Sejak awal kami sudah meminta agar hasil tambang harus dipisahkan dan dimurnikan di Indonesia. Saat ini dari 3000 ton hasil produk Freeport,hanya 1000 ton diolah di Gersik Indonesia. Sisanya yang 2 juta ton diolah di Spanyol,” papar dia. duk