- March 2, 2018
- Posted by: admin
- Category: Berita
Palembang, BP
Zero konflik terus terpelihari dengan baik di Sumatera Selatan (Sumsel) Itu menjadi tugas berat bagi Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Sumsel dan Forum Kesatuan Umat Beragama (FKUB) Sumsel.
Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di Bumi Sriwijaya kedua organisasi kemasyarakatan itu menggelar Dialog Kebangsaan. Dengan tema “Peran Tokoh Agama Sumsel dalam Mengantisipasi dan Menanggulangi Radikalisme Beragama” dialog dihariri 200 peserta dari berbagai utusan organisasi kepemudaan di Aula Catur Pratsetya Mapolda Sumsel, Kamis (1/3) siang.
Turut hadir Wakapolda Sumsel, Brigjen Pol Drs Bimo Anggoro Seno MH, tokoh masyarakat Sumsel, Prof Dr KH Aflatun Muchtar MA serta, Fitriana Ssos, MSI, PLH Kepala Badan Kesbagpol Sumsel, serta Heri Junaidi perwakilan UIN Raden Fatah, Dr H Much Baryadi SE MM selaku ketua FPK Sumsel dan Sekretaris FPK Sumsel Ahmad Marzuki.
Dr H Much Baryadi SE MM selaku ketua FPK Sumsel didampingi Sekretaris FPK Sumsel Ahmad Marzuki mengatakan, kegiatan ini adalah dialog kebangsaan yang diselenggarakan oleh Pemuda NKRI Sumsel di Polda Sumsel.
“Salah satu tujuan utama adalah untuk mendeteksi dini, prilaku sebagian yang ingin membuat kerusahanan, onar dan radikal, semua unsur agama, suku ada dan di bukan Wakapolda,” katanya.
Lanjut dia, Sumsel adam ayem bahkan menjadi daerah layak huni nomor 6 di Indonesia. Meski demikian tetap mengantisipasi adanya radikalisme.
“Pertumbuhan ekonomi, pembangunan hebatnya Sumsel tokoh-tokoh agama harus menjunjung tinggi rasa gotong royong,” katanya.
Sedangkan Prof Dr KH Aflatun Muchtar MA menambahkan, bagaimana peran tokoh agama Sumsel dalam mengantisipasi dan menanggulangi radikalisme beragama? “Bagaimana memahami makna yang sesungguhnya. Kedua keadilan sosial, ketiga kemiskinan, keempat dendam politik, dan kelima kesenjangan sosial atau iri dengan keberhasilan orang lain. Lima faktor ini yang menimbulkan radikalisme,” katanya.
“Tokoh agama adalah tokoh sentral. Dimana saja kapan saja mereka punya posisi kokok dan kuat. Baik mewujudkan kerukunan umat beragama, dalam rangka memelihara NKRI harga mati. Sekarang apa yang harus dilakukan secara intern tokoh agama harus melakukan pemahaman terutama masalah akidah dan ibadah. Sosialisai untuk tidak menjelekan menghina memprovokasi agar tokoh agama memperkokoh tali silatirahim,” katanya.
Heri Junaidi perwakilan UIN Raden Fatah mengatakan, mahasiswa adalah orang muda agar jangan terpengaruh dengan ajakan-ajakan kekerasan dan radikal .
Sedangkan Fitriana Ssos, MSI, PLH Kepala Badan Kesbagpol Sumsel menambahkan, masyarakat harus lebih cerdas memakai media sosial. “Berita hoax jangan langsung di sebarkan. harus konfirmasi, cek dan ricek dulu,” katanya. #osk