Benarkah Sandi Bangun Tol Cikopo-Palimanan Tanpa Utang?


Foto: One way di Tol Palimanan (Sudirman)


Jakarta – Calon wakil presiden nomor urut 2 Sandiaga Uno menegaskan tidak akan bergantung pada utang jika terpilih di 2019 nanti. Dia mencontohkan, proyek Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) atau Cikampek-Palimanan sepanjang 116 km dibangun tanpa utang.

“Bisa (tanpa utang), saya membangun Cikopo-Palimanan 116 kilometer tanpa utang sama sekali,” kata Sandi usai berdialog dengan pelaku UMKM di Foodcourt Urip Sumoharjo, Surabaya, Selasa (1/1/2019).

Lantas, benarkah Tol Cipali dibangun tanpa utang?

Dalam catatan detikFinance seperti dirangkum, Rabu (2/1/2019), Tol Cipali mulai dibangun atau groundbreaking pada 8 Desember 2011. Awalnya, tol ini ditargetkan rampung pada September 2014.

“Jalan tol ini dijadwalkan untuk rampung pada bulan September 2014,” kata Presiden Direktur Utama PT Lintas Marga Sedaya (LMS) yang merupakan pemegang konsesi, Muhammad Fadzil saat groundbreaking.

LMS sendiri merupakan perusahaan patungan dengan kepemilikan perusahaan Malaysia, Plus Expressways Berhard 55% dan PT Bashkara Utama Sedaya (BUS) sebanyak 45%. Sementara, BUS merupakan konsorsium terdiri dari PT Interra Indo Resources, PT Bukaka Teknik Utama, dan PT Baskhara Lokabuana.

Interra Indo Resources merupakan anak usaha PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) di mana Sandi memegang sebagian saham perusahaan tersebut. Dalam keterbukaan Bursa Efek Indonesia (BEI), Sandi masih memegang saham sekitar 24%.

Lebih lanjut, pembangunan tol ini berdasarkan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol yang diamandemen pada 27 Oktober 2011. Total nilai investasi tol sebesar Rp 12,56 triliun dengan masa konsesi 35 tahun. Pendanaan tol berasal dari modal sendiri sebanyak 30% dan pinjaman sindikasi perbankan yang dipimpin oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Pada Juni 2013, LMS mendapat pencairan kredit perbankan sebesar Rp 1 triliun. Pencairan tersebut merupakan tahap pertama yang merupakan bagian dari sindikasi 22 bank dipimpin BCA dan Bank DKI dengan komitmen pinjaman Rp 8,8 triliun.

Muhammad Fadzil mengatakan, pinjaman ini merupakan komitmen untuk mempercepat pembangunan Tol Cipali. Tol ini pun diharapkan rampung pada 2015 atau mundur dari target awal September 2014.

“Kami menyadari bahwa proyek Tol Cipali ini sangat strategis untuk mendorong ekonomi nasional dan menciptakan manfaat ekonomi yang tinggi bagi masyarakat di sekitar proyek tol. Oleh karena itu, kami berharap dukungan seluruh pihak agar pembangunan ini dapat segera selesai,” kata Fadzil dalam keterangan tertulis 26 Juni 2013.

Kemudian, Tol ini rampung dan diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 13 Juni 2015. Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Achmad Abdul Gani Ghazali saat itu menyebut, nilai investasi tol bengkak sekitar Rp 1 triliun. Kenaikan nilai investasi ini disebabkan adanya perubahan rute dalam pelaksanaan pembagunan. Sebab, ada bidang tanah yang tidak bisa dibebaskan sehingga mesti mencari rute alternatif.

“Investasi yang ditelan untuk jalan tol ini hampir Rp 13,7 triliun. Awalnya hanya Rp 12,7 triliun,” katanya usai peremian di Pintu Tol Cikopo, Purwakarta.

Tak lama usai tol beroperasi, Saratoga Investama Sedaya kemudian melepas kepemilikannya di Tol Cipali. Hal tersebut diketahui melalui Keterbukaan BEI.

Dari surat Saratoga yang dilayangkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI pada 18 Januari 2017, perseroan selaku penjual melakukan satu paket transaksi kepada PT Astratel Nusantara selaku pembeli. Adapun yang ditransaksikan berupa kepemilikan atas 40% saham di PT BUS yang dimiliki secara tidak langsung oleh perusahaan, melalui anak usahanya PT Interra Indo Resources. Kedua, pengalihan piutang konversi perseroan terhadap BUS dengan nilai Rp 900,1 miliar.

“BUS merupakan pemegang 45% (empat puluh lima persen) saham di PT Linyas Marga Sedaya (LMS) yang merupakan pemilik konsesi ruas jalan tol Cikopo-Palimanan,” bunyi surat tersebut. (ang/ang)





Leave a Reply