- January 9, 2019
- Posted by: admin
- Category: Berita

Foto: DW (News)
Jakarta – Inggris rencananya akan hengkang dari Uni Eropa akhir Maret 2019. Semakin mendekati hari H, belum banyak orang yang bisa memprediksi masa depan negeri Ratu Elizabeth II itu.
Perdana Menteri Inggris Theresa May masih berjuang mempertahankan proposal Brexit (Britain Exit) di hadapan oposisi. Semua ini dilakukan supaya Brexit bisa berjalan dengan syarat-syarat tertentu daripada tanpa syarat sama sekali.
Brexit akan terjadi kurang dari 80 hari lagi, begini kira-kira situasi terkini dan prediksi yang akan datang. Apa saja pilihan buat Inggris?
Para pemangku kepentingan Inggris sudah mulai membahas proposal May pekan ini. Pekan depan akan dilakukan voting. Westminster harus memutuskan apakah menerima proposal May yaitu Brexit dengan berbagai syarat di bidang ekonomi dengan Uni Eropa, atau menolak dan menimbulkan ketidakpastian saat Brexit terjadi.
Hal ini membuat pound sterling jatuh 11% sejak April 2018. Para pelaku jasa keuangan juga kurang happy dengan situasi saat ini yang masih belum ada kepastian.
May masih harus berjuang keras meyakinkan Parlemen Inggris sebelum kembali berdebat dengan petinggi Uni Eropa.
Beberapa prediksi hasil akhirnya nanti antara lain: May dapat dukungan parlemen setelah voting dilakukan, atau bisa juga Brexit berjalan tanpa syarat, negosiasi ulang secara besar-besaran untuk syarat Brexit baru, kembali menggelar pemilu untuk Brexit, mosi tidak percaya kepada pemerintahan Inggris saat ini hingga referendum kedua.
Mari kita bahas satu persatu opsi tersebut, seperti dikutip dariCNBC, Rabu (9/1/2019). Klik selanjutnya untuk berita selengkapnya.
1. Brexit Sepakat dengan Syarat

Foto: DW (News)
Pandangan oposisi terhadap proposal May masih belum jelas. Namun May merasa percaya diri atas proposalnya karena sudah berbicara dengan para petinggi Uni Eropa untuk membujuk Democratic Unionist Party (DUP) menyetujui proposalnya.
Dukungan DUP sebagai partai oposisi ini sangat penting untuk May. Dukungan partai lain juga tak kalah penting, karena ada beberapa yang belum sepakat dengan May.
Arlene Foster, ketua Partai Irlandia Utara (Northern Irish) lebih pilih Brexit tanpa syarat daripada ada syarat yang malah merugikan Britania Raya.
Brexit Tanpa Syarat
Jika proposal May ditolak dan tidak terjadi apa-apa dalam beberapa pekan ke depan, otomatis Brexit akan berjalan tanpa syarat. Hal ini akan membuat pound sterling terjun bebas dan membawa Inggris ke masa resesi lebih parah dari krisis ekonomi 2008, menurut Bank of England (BOE) November lalu.
BOE juga menyatakan ekonomi Inggris akan mengkerut 8% tak lama setelah Brexit. Harga-harga properti juga akan anjok hingga 60%.
Negosiasi Ulang untuk Syarat Brexit
Jika proposal May ditolak oleh parlemen, pemerintah Inggris bisa mengajukan proposal baru. Namun dengan jangka waktu yang pendek, seperti opsi ini agak sulit dilakukan.
May sendiri juga sadar akan hal ini dan menyatakan jika proposalnya ditolak maka terpaksa Brexit berjalan tanpa syarat sama sekali.
Presiden Komisi Uni Eropa, Jean-Claude Juncker, juga sudah menyatakan “tidak ada ruang sama sekali,” untuk negosiasi ulang syarat Brexit.
2. Pemilihan Umum

Foto: DW (News)
Untuk mendorong mandat politiknya, May bisa memutuskan untuk mengelar pemilu lebih awal supaya memecah kebuntuan dalam perundingannya dengan parlemen.
Namun rencana ini juga perlu persetujuan Westminster melalui Fixed Term Parliaments Act. Apabila dua pertiga anggota parlemen setuju, pemilu bisa diselenggarakan 25 hari setelahnya.
Dengan adanya pemilu ini kemungkinan besar jadwal Brexit bisa dimundurkan.
Mosi Tidak Percaya
Jika proposal May ditolak parlemen, partai oposisi boleh melayangkan mosi tidak percaya kepada pemerintahan Inggris. Perdana Menteri juga secara teori bisa melakukan hal yang sama.
Jika mosi tidak percaya ini dilakukan, pemerintahan May harus bisa memenangkan voting, bisa dengan cara menyodorkan konsesi baru, dalam periode 14 hari untuk melanjutkan.
Referendum Kedua
Pemerintah Inggris juga punya opsi untuk menggelar referendum kedua. Namun hal ini tidak semudah itu dilakukan, apalagi dengan tenggat Brexit yang semakin dekat.
Tidak mungkin referendum bisa digelar sebelum 29 Maret 2019. Kalau memang referendum mau dilakukan, May harus meminta izin Uni Eropa memundurkan tanggal Brexit.
Brexit Batal
Awal Desember lalu, Pengadilan Uni Eropa menyatakan bisa membatalkan Brexit tanpa harus meminta persetujuan dari negara-negara anggota Uni Eropa.
Kasus ini dimunculkan oleh sejumlah pejabat Skotlandia yang mempertanyakan soal perceraian Inggris dengan Uni Eropa bisa dibatalkan sebelum 29 Maret 2019.
Hal tersebut sampai saat ini masih dibahas oleh para pemangku kepentingan.
(ang/eds)