Kalau TN Komodo Ditutup, Pariwisata Indonesia Bisa Mati


Turis yang sedang berfoto dengan komodo di Pulau Komodo (Afif)

Jakarta – Rencana penutupan Taman Nasional (TN) Komodo jadi kontroversi. Pengamat pariwisata menilai, itu bisa mematikan pariwisata Labuan Bajo juga Indonesia.

Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat rencananya akan menutup Taman Nasional Komodo selama 1 tahun. Didasari oleh kondisi habitat komodo di Kabupaten Manggarai Barat, ujung barat Pulau Flores itu sudah semakin berkurang serta kondisi tubuh komodo yang kecil sebagai dampak dari berkurangnya rusa yang menjadi makanan utama komodo.

Namun hingga kini, baik dari pihak TN Komodo dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai aktivitas di TN Komodo masih berlangsung normal. Serta penutupan itu pun masih sebatas wacana.

Pengamat pariwisata, Tedjo Iskandar angkat suara. Seorang tour leader senior yang sudah berkecimpung selama 30 tahun di dunia pariwisata ini menegaskan tidak setuju dengan penutupan Taman Nasional Komodo.

“Kalau itu sampai ditutup, bukan cuma pariwisata Labuan Bajo yang mati, tapi pariwisata Indonesia bisa mati,” katanya kepada detikTravel, Senin (21/1/2019).

Tedjo menjelaskan, Taman Nasional Komodo sudah menjadi destinasi wisata Indonesia yang terkenal di dunia. Kementerian Pariwisata dan pelaku wisata di Labuan Bajo sudah banting tulang membangun branding TN Komodo di dunia dalam jangka waktu lama. Apalagi, TN Komodo sudah masuk dalam daftar 10 Destinasi Prioritas pemerintah atau lebih dikenal dengan sebutan 10 Bali Baru.

“Kementerian Pariwisata kalau branding di New York, Eropa perhatikan deh pasti memakai gambar komodo. Artinya apa, branding untuk komodo sudah mati-matian. Pelaku wisata di Labuan Bajo juga sudah promosi keliling dunia,” papar Tedjo yang juga pendiri TTC (Tourism Training Center).

Pariwisata di Taman Nasional Komodo, dinilai Tedjo sudah menjadi mata pencaharian bagi masyarakat Labuan Bajo. Ada yang menjadi guide, penjaja suvenir, penyedia homestay, penyewaan perahu dan banyak lagi.

“Pesawat sudah banyak yang terbang ke Labuan Bajo dan investasi sudah banyak yang masuk. Bayangkan kalau taman nasionalnya ditutup, pergi semua turis dan perekonomian masyarakat yang sudah bergantung pada pariwisata bisa turun drastis,” paparnya.

“Soal branding juga, kalau Taman Nasional Komodo sampai ditutup selama 1 tahun berarti butuh branding dari awal lagi. Branding bukan hal yang mudah dan murah,” tambah Tedjo.

Tedjo berharap, semua pemangku kepentingan baik dari Pemprov NTT, Taman Nasional Komodo, KLHK dan stakeholder pariwisata di Labuan Bajo bisa duduk bareng. Lebih baik dicari alternatif lain untuk melestarikan komodo dibanding dengan penutupan taman nasionalnya selama 1 tahun.

“Sayang, sungguh sayang kalau sampai ditutup selama 1 tahun. Efeknya bisa merugikan pariwisata Indonesia,” tutupnya.

(aff/aff)





Leave a Reply