Fenomena Alam di Kebumen: Lantai Dasar Samudera Purba

Geopark Karang Sambung-Karang Bolong Kawasan Watu Kelir (Rinto)

Kebumen – Kebumen ternyata punya saksi bisu fenomena alam yang menarik. Bahkan, disebut-sebut sebagai Lantai Dasar Samudera Purba.

Geopark Karang Sambung – Karang Bolong merupakan kawasan wisata alam dan pengetahuan di Kebumen Jawa Tengah. Situs bebatuan berumur lebih dari 100 juta tahun itu kini sedang dikembangkan agar menjadi kawasan geopark internasional.

Kawasan geopark tersebut terletak sekitar 30 km ke arah utara dari kota Kebumen. Jika ingin menuju ke tempat ini, kita bisa menggunakan kendaraan pribadi atau pun angkutan umum jurusan Kebumen – Karang Sambung, setelah sampai di terminal Karang Sambung maka kita harus ganti angkot jurusan Sadang.

Sebelum menuju geopark, alangkah baiknya kita mampir dulu di Balai Peneliti dan Informasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indinesia (LIPI) Kebumen untuk mendapatkan informasi terkait kawasan geopark. Peneliti Utama LIPI, Chusni Ansori yang ditemui detikTravel di kantor menjelaskan sejarah kawasan tersebut. Beruntung, Chusni juga berkenan menemani detikTravel untuk menjelajahi geosite itu.

Sesuai dengan namanya, Karangsambung memiliki makna karang raksasa yang bersambung. Jika kita mencoba melihat lokasinya secara langsung, maka lokasi ini diyakini oleh para ahli sebagai lantai samudra purba yang muncul ke permukaan akibat adanya proses pergerakan lempeng bumi.

“Ya, kami menyebutnya sebagai lantai dasar samudera purba. Kawasan tersebut pertama kali ditemukan oleh peneliti geologi asal Belanda RDM Verbeek dan R Fennema pada sekitar tahun 1881,” kata Chusni Ansori kepada detikTravel, beberapa waktu lalu.

Himpunan batuan beraneka ragam, jenis dan ukuran ditemukan di lokasi geosite ini. Ukurannya pun mulai dari yang kecil hingga batuan yang berukuran raksasa sebesar bukit tersebar di beberapa lokasi.

“Karangsambung adalah wilayah yang memberikan cerita panjang tentang terbentuknya pulau Jawa. Hal ini terlihat pada beberapa singkapan batuan yang campur aduk muncul ke permukaan. Singkapan batuan tersebut menggambarkan evolusi lempeng tektonik dengan rentang usia sekitar 117 – 55 juta tahun yang lalu,” lanjut Chusni.

Singkapan batuan tua yang diperkirakan terjadi pada kedalaman 4 km di dalam samudera itu merupakan jejak-jejak proses paleosubduksi. Pengangkatan lantai dalam samudera terjadi akibat adanya aktivitas tektonik lempeng pada bagian zona subduksi antara lempeng Australia dan Eurasia.

Situs Karangsambung menjadi sangat menarik dipelajari, khususnya oleh para ahli geologi. Setiap tahunnya, ratusan mahasiswa Teknik Geologi dan Teknik Geofisika melakukan kuliah lapangan di komplel tersebut. Dalam kesempatan itu, detikcom diajak melihat langsung beberapa situs batuan di kawasan Geopark Karang Sambung – Karang Bolong.

Salah satu tempat yang dituju adalah Geosite Watu Kelir di Desa Seboro, Kecamatan Sadang. Batuan berwarna orange kecoklatan itu terbentang di tebing Sungai Muncar yang merupakan anak Sungai Lukulo. Di bagian atas terlihat lekukan batuan indah menyerupai bantal.

“Batuan ini diperkirakan terbentuk akibat adanya pemekaran tengah samudera sehingga memunculkan gunung api yang memuntahkan lava. Lava hasil muntahan gunung api membeku akibat terkena air laut. Karena bentuknya yang bulat lonjong seperti bantal maka batuan beku ini disebut dengan lava bantal atau pillow lava,” jelasnya.

Geopark Karang Sambung – Karang Bolong yang memilik luas total 543,5 km² ini telah ditetapkan menjadi kawasan geopark nasional sejak 30 November 2018 oleh Komite Nasional Geopark Indonesia. Rencananya, kawasan ini akan terus dikembangkan hingga diakui dunia menjadi kawasan geopark internasional dua tahun ke depan.(bnl/aff)



Leave a Reply