- March 27, 2018
- Posted by: admin
- Category: Berita
Palembang, BP
Pasca naik pada 24 Februari yang lalu, bahan bakar non subsidi naik lagi 24 Maret 2018. Kali ini harga Pertalite yang naik Rp200. Di Sumsel harga Pertalite bertahan Rp7.800 pada 24 Februari, namun kini menjadi Rp8.000. Harga ini terpaut makin jauh dengan harga Premium Rp6.450.
Pantuan di lapangan, harga Dexlite, Pertamax dan Pertamina Dex yang sempat naik pada 24 Februati yang lalu kini bertahan masing-masing di Rp8.250, Rp9.000 dan 10.100. Bahan bakar ini sebelumnya naik cukup tinggi yakni mencapai Rp600 untuk Dexlite Rp300 untuk kenaikan Pertamax, dan 750 untuk kenaikan Pertamina Dex.
“Sekarang Pertalite yang naik Rp200, sebelumnya Pertamax, Dexlitedan Pertamina Dex juga naik duluan di 24 Februari, terakhir naik untuk tiga bahan bakar ini pada 20 Januari,” kata salah satu petugas SPBU di Kertapati, tidak ingin dikutif namanya.
Area Manager Communication and Relations PT Pertamina MOR II, Sumbagsel, Hermansyah mengatakan beberapa faktor kenaikan diantaranya harga minyak dunia dan kurs dollar. “Kalau pengaturan naik turun itu semya dari pusat, termasuk untuk Sumsel,” katanya, Minggu (25/3).
Dari data yang dihimpun BeritaPagi, kenaikan harga BBM non subsidi ini pada tahun ini sudah mengalami kenikan sebayak empat kali yakni, pada 13 Januari, 20 Januari, 24 Februari dan terakhir 24 Maret.
Kenaikan ini terpantau dilakukan secara bergantian. Pertamax yang lebih dahulu naik kini tidak naik, sebab Pertalite dilakakuna kenaikan. Kenaikan tidak merata ini, juga diikuti dengan bahan bakar lainnya dengan besaran yang tidak sama.
“Di daerah juga mengalami penyesuaian kecuali, tidak hanya di Sumsel. Saya juga tidak paham mengapa demikian, kebijakan harga termasuk di Sumsel semua dari pusat,” timpal Hermansyah.
Dari data yang dihimpun sebelumnya, konsumsi BBM jenis premium tahun 2017 mencapai 1.178.452 kilo liter atau tersalurkan sekitar 48 persen dari kuota batasan maksimum. Kondisi ini sejalan dengan situasi saat ini yang terpantau sudah sangat sedikit SPBU yang menyediakan premium.
Di tengah gejolak masyarakat yang menyayangkan range harga pertalite dengan premium makin menjauh. Masyarakat cukup menyayangkan premium sudah sangat sulit dijumpai.
“Saya sebenarnya tidak masalah menggunakan premium atau pertalite. Namun seharusnya memang harga premium dengan pertalite jangan terlampau jauh, namun sekarang makin menjauh,” kata Ali pengguna kendaraan roda dua ini.
Demikian diutarakan pengendara lainya, Susilo (30). Menurutnya konsumsi premium paling tinggi adalah mobil bukan sepeda motor. Hal ini terlihat dari nozel yang disediakan SPBU yang menurutnya paling banyak untuk mobil.
“Menurut saya penugasan atau pun subsidi untuk premium itu tidak ada bedanya. Saya pribadi melihat premium ini selayaknya untuk sepeda motor bukan untuk mobil, kalau pun masih ada kuota premium sebaiknya disalurkan semuanya untuk sepeda motor,” katanya.
Susilo mengklaim, pengendara mobil sudah pasti banyak duit, sementara pengendara sepeda motor sudah pasti banyak yang ekonominya di bawah pengendara mobil.
“Kalau konsumsi premium dikurangi, sebaiknya ini berlaku untuk mobil saja, karena saya sendiri sering melihat banyak mobil plat merah malah dibiarkan oleh petugas SPBU mengisi solar Subsidi,” katanya.
Susilo tidak menampik pengawasan ini melibatkan banyak pihak, namun mengapa petugas SPBU saja yang stay di lokasi malah tidak bisa menindak mobil plat merah mengisi solar.
“Intinya hasil bumi kita ini belum sepenuhnya untuk masyarakat yang membutuhkan, karna masih banyak masyarakat kaya yang menggunakan LPG 3 kg, premium hingga solar subsidi. Seharusnya ditutup saja nozel premium untuk mobil, dan dibuka untuk motor ini baru adil,” katanya.
Sementara itu, dengan kenaikan harga tersebut memunculkan kekhawatiran bahwa akan turut berimbas pada Inflasi di Kabupaten dan kota lainnya yang ada di Sumsel.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel Yos Rusdiansyah, jika berkaca dengan hal yang sama imbas dari kenaikan harga cukup memberikan dampak signifikan bagi masyarakat.
“Berdasarkan pengalaman yg sebelumnya ada dampak dari kenaikan harga BBM, biasanya 1 sampai 2 bulan dampaknya,” ujarnya. #ren